Efesus 1:12-14
Kepastian Jaminan Kristen-1
Di
tengah kehidupan yang tidak pasti, manusia sangat membutuhkan
kepastian. Di dalam ketidakpastian selalu terjadi kepanikan, kebingungan
dan tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga kita
mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran, permainan
palsu manusia (bnd Ef 4:14).
Di
tengah ketidakpastian ini, orang Kristen tidak seharusnya memiliki
naturalitas yang sama seperti orang yang tidak percaya. Paulus, ketika
belum kembali kepada Kristus tidak memiliki pegangan yang kokoh. Namun,
setelah Paulus kembali kepada Kristus, dia memiliki pegangan dan arah
yang jelas. Mengapa? Karena Paulus mengerti secara mendalam Siapa yang
dia percaya. Dalam II Tim 1:12 Paulus mengatakan, "Aku tahu kepada Siapa
aku percaya."
Hal
ini juga dibuktikan oleh Paulus di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang
sebelumnya menaruh harapan kepada Kristus." Kata ‘yang sebelumnya telah
menaruh harapan,’ menggunakan kata proelpizo. Di sini
seolah-olah memberikan urutan ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan
pada Kristus.’ Sebenarnya, istilah ini berarti ‘pra-harapannya pada
Kristus’. Istilah yang dipakai di sini hanya satu kata dan kata ini (proelpizo)
hanya dipakai satu kali di dalam seluruh Alkitab PB. F. F. Bruce
seorang eksegeses yang sangat ternama menyoroti kata ini. Dia mengatakan
proelpizo ini bukan mengajarkan satu harapan yang ada embel-embel-nya
tetapi juga bukan merupakan suatu masalah lalu kita berharap.
Pra-harapan ini merupakan suatu presaposisi yaitu satu dasar
harapan yang dipegang lebih dahulu. Jadi ini bisa dikategorikan sebagai
pegangan dasar, artinya apapun yang dibangun disana saya pegang ini
dahulu. Jadi kata proelpizo digunakan oleh Paulus berarti sudah
memiliki pegangan pertama yaitu di dalam Kristus. Kemudian di dalam ay.
13 ditambah lagi, "di dalam Dia kamu juga."
Paulus
mengatakan, "aku tahu kepada siapa aku percaya (II Tim 1:12)." Ini
menjadi pra-harapan Kekristenan. Ini bukan pengharapan yang
mudah-mudahan dan tidak ada kepastian yang pasti. Pra-harapan ini
memberikan suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Dasarnya
dapat kita lihat di dalam Ef 1:12-14. Dalam bagian ini Paulus
menjelaskan
mengapa jaminan kepastian tidak bisa diganggu gugat. Hal ini berbeda
dengan para futurologi-futurologi yang bisa keliru, karena seringkali
banyak faktor "x" yang berada di luar pertimbangan mereka.
Berikut ini kita akan melihat beberapa alasan mengapa janji Allah tidak bisa diganggu gugat. Pertama, jaminan keselamatan.
Di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh pengharapan
pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya." Dan di dalam
ayat 13 dikatakan, "di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar
firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga,
ketika kamu percaya." Kekristenan dimulai dengan karya
Yesus. Di sini oknum kedua menjadi patokan jaminan pertama. Di sini
seluruh pengharapan yang dijanjikan dipegang oleh oknum kedua yaitu
Kristus yang menjadi dasar Injil keselamatan dan menjadi dasar firman
kebenaran yang kita pegang. Ini adalah dasar epistemologi Kristen yang
sangat kokoh. Epistemologi yang dimaksud di sini adalah patokan, prinsip
mengerti kebenaran yang paling benar.
Di
dalam dunia kita tidak cukup hanya mengatakan ini benar. Ini harus
dipertajam dengan kata yang "benar-benar, benar". Mengapa ada yang
"benar-benar, benar," karena ada yang "benar-benar tidak benar". Dan
juga ada yang "tidak benar-benar
tidak benar." Mengapa bisa demikian? Jawabannya,\ karena dunia kita
penuh penipuan. Sehubungan dengan hal ini Alkitab menggunakan satu
paralel dari firman kebenaran dan Injil keselamatan. Jika kita
mempelajari ay. 13 dikatakan, "di dalam Dia engkau sudah mendengar
firman kebenaran.’ Lalu ditambah lagi di dalam Dia yaitu Kristus engkau
mendapat Injil keselamatan. Di sini Injil keselamatan dan firman
kebenaran diidentikan. Tanpa penebusan oleh darah Kristus tidak ada
Kekristenan sejati. (Ef 1:6-7 dan 14). Di sini kita mendapat jaminan
yang paling kuat secara epistemologi karena kebenaran didirikan di atas
Kristus bukan di dalam diri manusia. Manusia tidak mungkin menemukan
kebenaran karena manusia bukan sumber kebenaran sehingga manusia tidak
boleh dijadikan patokan kebenaran. Inilah kesalahan Hawa ketika jatuh
dalam dosa.
Oleh
sebab itu manusia harus kembali kepada kebenaran sejati. Dan kebenaran
sejati ini bukan hukum. Kebenaran sejati ini hanya satu yaitu Kristus
(Kis 4:12). Dan ketika Yesus ada di dalam dunia dia berkata, "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui aku." Kata yang dipakai untuk ‘kebenaran’ di
sini tidak menggunakan kata righteousness tetapi menggunakan kata aleiteia artinya Truth. The Truth artinya
kebenaran asasi atau hakekat. Ini tidak bisa diganggu gugat. Jadi,
Kekristenan memiliki kekuatan epistemologi karena kebenaran Kekristenan
di dasarkan pada kebenaran di atas saya yang sudah dikerjakan melalui
penebusan darah Kristus.
Kedua, melalui Roh Kudus.
Dalam Efesus 1:13b dikatakan, "di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu." Pada
bagian kedua ini jaminan kepastian tidak hanya berhenti pada titik
tolaknya saja tetapi juga di dalam prosesnya. Roh kudus oknum ketiga
dari Allah Tritunggal tinggal di dalam diri manusia yang menjadi meterai
yang menjamin. Kepastian kita di sini dijamin oleh meterai yang sah.
Ketiga, Allah Bapa adalah jaminan kita
(ay. 14). Kita di jamin oleh Allah tidak hanya berhenti pada titik awal
melainkan proses ini harus berhenti di dalam titik akhir yaitu pada
waktu kembalinya kita kepada Allah untuk memuji kemuliaanNya. Pada waktu
itu jaminan ini dijamin kembali ke dalam kepenuhan total ketika kita
dipersatukan kembali di dalam Allah Bapa. Dalam ayat 14 ini Allah
Tritunggal sendiri menjadi kepenuhan bagi kita yang menjadi jaminan yang
tidak bisa diganggu gugat.
Adakah
jaminan yang lebih besar dari hal di atas? Dapatkah manusia menjamin
kita dengan jaminan yang pasti. Tentu tidak ada. Karena banyak faktor
"x"
yang akan terjadi dan berada di luar kemampuan manusia. Hanya di dalam
Allah Tritunggal kita memiliki jaminan yang pasti, dari mulai titik
pertama sampai dengan titik akhir.
Semua
jaminan di atas tidak dapat dilepaskan dari providensia Allah yaitu
Allah yang memelihara, menolong, menjamin, dan menopang anak-anak Tuhan
untuk bisa mendapatkan kepastian yang paling kokoh ditengah dunia yang
berproses secara sejarah. Ditengah dunia yang tidak ada kepastian,
anak-anak Tuhan diberikan suatu jaminan yang tidak bisa diganggu gugat
yaitu jaminan pemeliharaan Allah. Providensia Allah dikembangkan begitu
kuat di dalam theologi Reformed.
Alkitab
melihat Kekristenan dimulai dengan pengorbanan Allah demi untuk
menyelamatkan manusia. Inilah manifestasi kasih yang begitu besar yang
bisa dirasakan dan dinikmati oleh manusia. Dengan cinta kasih yang
begitu besar Tuhan membimbing anak-anakNya untuk kembali kepada jalur
yang seharusnya sesuai dengan maksud Pencipta. Untuk hal inilah Allah
Tritunggal berperan aktif di dalam memberikan jaminan kepada anak-anak
Tuhan. Ini merupakan anugerah yang begitu besar.
Namun
seringkali anugerah atau cinta kasih yang begitu besar ini diresponi
secara keliru oleh manusia. Seharusnya, justru ketika Tuhan memberikan
jaminan yang begitu besar, ketika Allah mengorbankan Anaknya untuk
menebus dosa kita, ketika Allah tritunggal di dalam penebusan menjamin
kita mulai dari titik awal sampai pada proses dan akhirnya, ini
mendorong dan menjadikan kita lebih taat dan lebih setia.
Namun,
Jika ada orang yang mengatakan telah menerima anugerah Tuhan yang
begitu besar namun telah menyalahgunakan anugerah tersebut dengan
berbuat dosa sesukanya maka hal ini menunjukkan orang tersebut belum
diselamatkan. Dengan kata lain orang tersebut tidak berada di dalam
jalur Allah. Marilah kita sebagai anak-anak Tuhan
ditengah krisis seperti ini Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk
tetap berjalan dalam jalur Tuhan.
Biarlah
providensia Allah jaminan melalui Yesus Kristus melalui Roh Kudus dan
melalui Bapa ketiganya menjadi kekuatan yang membuat kita tidak
menyimpang dari jalan Allah. Amin!
Kepastian Jaminan Kristen-2
Hidup
di tengah dunia membutuhkan jaminan yang pasti. Untuk ini kita
membutuhkan landasan yang kokoh dan mutlak, agar kita tidak
diombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ketika kita menjadi orang
percaya
kita tahu bahwa di dalam Kristus kita mendapat jaminan yang pasti dan
kokoh. Keselamatan orang Kristen dijamin bukan oleh manusia melainkan
didasarkan pada kematian dan karya penebusan Kristus di atas kayu salib.
Jaminan ini tidak hanya berhenti pada satu titik. Allah memberikan
jaminan yang bersifat menyeluruh yang kita sebut sebagai total protection. Alkitab menjamin dari titik awal sampai kepada penyempurnaan totalnya.
Jaminan
pertama dijamin oleh Yesus Kristus, Allah oknum kedua. Namun proses ini
tidak berhenti hanya pada titik pertobatan saja. Hidup manusia adalah
hidup yang terus diproses dan membutuhkan satu jaminan yang pasti.
Setiap orang yang
ada di dalam Kristus berarti sudah dijamin oleh Injil Kristus. Di sini
kita sudah mendapatkan harapan pertama.
Jaminan kedua, orang yang percaya dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam ayat 13 dikatakan, "Di
dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran,
yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya,
dimeteraikan oleh Roh Kudus." Di dalam bagian kedua ini kita masuk
kepada jaminan dari Allah oknum ketiga dari Allah Tritunggal yang
menjamin dan membuat kita berproses. Juga di dalam Yoh 16:8-11, firman
Allah mengatakan, "Aku akan pergi kepada Bapa dan Bapa akan mengirimkan Roh Penghibur yaitu Roh Kudus untuk
menyertai kamu selama-lamanya." Ayat ini membicarakan prinsip
kehadiran Roh Kudus ditengah dunia. Pada waktu Roh Kudus datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus
memeteraikan orang percaya supaya kita boleh sadar akan dosa, kebenaran
dan penghakiman. Tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup orang berdosa,
maka orang tersebut tidak mungkin sadar akan dosa.
Namun
orang yang insaf akan dosa belum berarti selesai dengan kebenaran. Tahu
itu dosa maka harus tahu juga apa itu kebenaran. Mengapa? Karena Roh
kudus bekerja bukan hanya memberitahu dosa melainkan juga menginsafkan
orang tersebut akan kebenaran. Jadi seorang Kristen
yang benar bukan hanya insaf akan dosa melainkan memberikan solusi atas
dosa. Disatu pihak kita mengerti yang salah, dilain pihak kita mengerti
bagaimana kita melangkah secara benar. Selanjutnya Roh Kudus
menginsafkan kita akan penghakiman. Dosa, kebenaran bukan tanpa resiko,
dibelakangnya ada penghakiman. Alkitab bukan hanya memberitakan kasih
Allah tetapi Alkitab juga dengan jelas memberitakan murka Allah baik
dalam PL maupun PB.
Jika
kita dapat menangkap ketiga tugas dari Roh Kudus ini, barulah kita
dapat menangkap fungsi dan tugas Roh Kudus ketika Ia memeteraikan kita.
Paulus menggunakan kata meterai di sini dengan bagus sekali. Pada masa
itu meterai
memiliki dua pengertian besar. (a) Yang dimeteraikan, menjadi milik yang
memeteraikan. Meterai yang dipakai tidak bisa diperjualbelikan karena
meterai ini ada ditangannya dan dipegang secara rahasia oleh pemilik
meterai yang biasanya adalah orang-orang berkedudukan. Meterai ini unik
karena setiap pemilik memiliki materai yang berbeda. Maka meterai yang
dicap itu langsung menandai siapa yang memberi meterai. Dan materai yang
sudah dibubuhkan tidak bisa dicabut lagi. Dan apa yang dimeteraikan
menjadi milik dari yang memeteraikan. Waktu kita dimeteraikan kita tidak
dimeteraikan oleh benda mati melainkan oleh Roh Kudus. Dengan demikian
jaminan kita adalah jaminan yang solid dan pasti yang tidak bisa
diganggu gugat oleh siapapun. Meterai ini menjadikan kita milik Allah.
Dalam bahasa Yunani ayat ini menggunakan bentuk aorist pasif
negatif. Bentuk pasif artinya dari sisi manusia tidak ada unsur sama
sekali. Pemeteraian ini dikerjakan sepenuhnya oleh Allah sehingga dalam
kasus ini manusia dalam keadaan pasif total. Sedangkan tenses-nya menggunakan bahasa Yunani aorist tense
artinya suatu kejadian yang terjadi hanya satu kali dimasa lampau namun
berdampak kekal selamanya. Pemeteraian Roh Kudus juga menggunakan
bentuk aorist pasif. Ini menggambarkan jaminan sepenuhnya
dilakukan oleh Tuhan. Pemeteraian ini terjadi hanya satu kali namun
terus berdampak selama-lamanya. Roh Kudus akan tinggal di dalam kita
sampai selama-lamanya. (b) Waktu kita dimeteraikan Roh Kudus bukan oleh
meterai yang mati. Ini berarti relasi antara satu pribadi dengan pribadi
lain. Pemeteraian Roh Kudus menunjukkan bahwa kita berada di dalam
pemilikan yang total dari Allah.
Hal
ini menjadi kekuatan yang membuat kita berhak hidup secara kuat
ditengah dunia ini. Kita dimeteraikan oleh Allah sehingga tidak ada
sesuatupun yang berani mengutak-atik, yang berani mengutak-atik
langsung berurusan dengan yang memberikan meterai. Paulus menggunakan
gambaran ini sehingga orang-orang Efesus mengerti apa artinya
dimeteraikan oleh Roh Kudus. Berani mengutak-atik meterai Roh Kudus
berarti berurusan dengan Tuhan Allah. Setiap orang Kristen sejati berada
di dalam meterai Allah ini berarti kita diproteksi oleh Tuhan Allah.
Jadi ketika kita dimateraikan oleh Roh Kudus kita adalah milik Allah
yang harus bertanggungjawab kepada pemiliknya. Tuhan menginginkan kita
memuliakan Dia. Untuk ini Tuhan menjamin kita dengan Allah Roh Kudus di
dalam diri kita dan menginsafkan kita. Itu sebabnya sangat tidak masuk
akal kalau kita tidak bertumbuh dan memuliakan Tuhan. Orang yang
dimeteraikan oleh Roh Kudus
seharusnya insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus
menjamin kita di dalam ayat 14 mengatakan, "Dan Roh Kudus itu
adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya."
Kalau Roh Kudus menjamin kita, ini merupakan satu keterikatan untuk
kita mendapatkan keseluruhannya. Ini sama seperti kita membeli barang.
Pada saat kita membayar uang muka maka barang tersebut sudah diikat dan
tidak boleh dijual kepada orang lain, sampai pembayaran sepenuhnya
dilakukan. Demikian pula dengan meterai Roh Kudus adalah meterai untuk
proses menuju kepada konsumasi (penyempurnaan akhir). Uang muka yang
sudah dibayar tidak mungkin dilepas lagi dan ini terus diproses sampai
kita mendapat keseluruhan konsumasi yang digambarkan oleh Tuhan.
Pada
waktu Roh Kudus memeteraikan kita ini bukan persoalan sehari atau dua
hari melainkan persoalan seumur hidup sampai kita mendapatkan
keseluruhan. Alkitab mengatakan barang siapa setia sampai akhir, dia
akan mendapatkan mahkota kehidupan. Ini menjadi bukti seseorang itu
dimeteraikan oleh Roh Kudus atau tidak.
Waktu
adalah ujian yang terindah. Tidak ada kesuksesan tanpa melalui ujian.
Iman Kristen justru dibuktikan ketika kita sedang krisis. Waktu kita
hidup dalam beban yang berat, dalam
kesulitan, ini merupakan satu berkat. Ditengah-tengah kegelapan ini,
kita bisa melihat siapa yang sejati, siapa yang palsu. Yang sejati akan
bertahan sampai akhir sedang yang palsu akan murtad. Yang benar-benar
milik Tuhan, Roh Kudus akan menjamin kita sampai mendapat keseluruhan
bagian kita di dalam konsumasi. Di dalam Yoh 10:28-30 ini, Yesus memberi
jaminan kepada setiap orang percaya yang diberikan Bapa kepadaNya tidak
akan kehilangan keselamatan melainkan akan mendapatkan hidup yang kekal
selama-lamanya. Tidak ada seorangpun yang dapat merebut orang percaya
dari tangan Yesus Kristus.
Ketiga,
jaminan dari Allah Bapa. Seluruh sasaran dari jaminan ini bukan
hanya berhenti pada titik pembayaran tetapi akan berakhir di dalam
jaminan Allah Bapa sampai kita mendapatkan keseluruhannya untuk kita
memuliakan Dia. Ini menjadi sasaran akhir yang harus terjadi. Semua
progres dari perjalanan sejarah harus sampai kepada tujuan akhir yang
telah direncanakan oleh Allah. Allah Bapa yang memiliki kedaulatan, yang
telah merencanakan dan menggarap persoalan ini sampai menuju titik
akhirnya yaitu semua yang percaya akan mencapai satu tujuan yaitu kita
akhirnya boleh menjadi puji-pujian untuk kemuliaanNya (ay. 14).
Seluruhnya ini tidak mungkin bisa digagalkan oleh siapapun. Allah adalah
Allah yang berdaulat.
Ini
seharusnya menjadi
kekuatan bagi kita untuk menjadi saksi yang kokoh ditengah dunia yang
rapuh ini. Dan Allah menghendaki anak-anak-Nya hidup di dalam jalur yang
telah disediakan olehnya bagi kita agar kita boleh menggenapkan
rencanaNya untuk memuji kemuliaanNya. Amin!
Sumber:
Ringkasan Khotbah Pdt. Sutjipto Subeno di GRII Andhika, Surabaya tanggal 15 Februari dan 1 Maret 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar