Sabtu, 21 Januari 2012

Beberapa Pandangan Terhadap Alkitab

Oleh Pdt. Mangapul Sagala

Sesungguhnya topik tentang Alkitab sangat penting. Ini adalah salah
doktrin gereja yang sangat penting. Mengapa? Jawabnya jelas: karena
sebenarnya seluruh doktrin gereja berasal dan dibangun dari topik ini.
Mengapa gereja percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus
Kristus? Mengapa gereja mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah sejati dan
manusia sejati? Mengapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh mati
untuk dosa manusia? Mengapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh
bangkit dalam bentuk tubuh? Mengapa kita percaya bahwa ada kebangkitan
tubuh sesudah kematian? Mengapa kita percaya bahwa Yesus akan datang ke
dunia yang kedua kalinya? Banyak lagi pertanyaan lain yang dapat kita
daftarkan di sini. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah: Karena
Alkitab mengatakan demikian. Maka tepatlah syair sebuah lagu: Jesus
loves me this I know, for the Bible tells me so. Dengan demikian, orang
Kristen tidak membangun imannya di atas pandangan- pandangan bapak-bapak
gereja atau para theolog, sekalipun pandangan mereka tidak dapat kita
abaikan. Akan tetapi orang Kristen membangun ajarannya di atas ajaran
Alkitab. Itulah sebabnya sikap orang terhadap Alkitab mempengaruhi
seluruh doktrin atau ajarannya. Bagi mereka yang melihat Alkitab sebagai
wahyu Allah yang bersifat mutlak, maka mereka akan tunduk terhadap
segala pernyataan-pernyataan Alkitab, tanpa kecuali, sekalipun nampaknya
pikiran mereka dan pandangan ahli theologia berbeda dengan itu.
Sedangkan bagi mereka yang melihat Alkitab sebagai buku biasa atau
sekedar tradisi manusia belaka, maka pernyataan-pernyataan Alkitab tidak
berarti apa-apa. Karena itu, marilah kita melihat berbagai pandangan
yang diberikan kepada Alkitab.

1. Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula

Bagi kelompok ini, yang hanya melihat Alkitab sebagai tradisi manusia
abad mula-mula, tentu kurang menghargai Alkitab. Seorang hamba Tuhan
pernah berbicara tentang Alkitab kepada seorang pemuda bahwa Alkitab
tersebut benar dan penting untuk dibaca. Namun pemuda tersebut tetap
menolak untuk melihat pentingnya membaca Alkitab. Karena itu, hamba
Tuhan tersebut bertanya, "Mengapa Anda tetap bersikap negatif terhadap
Alkitab? Apakah Anda melihat bahwa Alkitab itu banyak berisi kesalahan?"
Maka pemuda tersebut menjawab, "Bagi saya, Alkitab tidak penting bukan
karena banyak kesalahan. Saya setuju bahwa Alkitab tersebut banyak
mengandung kebenaran. Masalahnya adalah, Alkitab tersebut tidak relevan
lagi untuk abad modern ini". Kemudian, pemuda tersebut bertanya:
"Bagaimanakah Anda melihat relevansi Alkitab yang merupakan tradisi
manusia zaman primitif tetap dapat diterapkan pada abad modern ini?"
Penulis juga memiliki pengalaman nyata tentang hal ini. Dalam sebuah
diskusi bebas dengan seorang teman yang sedang mengambil program
doktoralnya, kami mendiskusikan tentang topik Kristologi. Sebenarnya,
topik tersebut adalah topik yang sedang Penulis bahas dalam penelitian
Penulis. Dalam diskusi tersebut Penulis menegaskan bahwa Yesus itu
sungguh-sungguh adalah Allah dan manusia. Dia adalah Juruselamat seluruh
dunia. Maka dia menyanggah Penulis dan mengatakan hal itu tidak benar.
Ketika kami terus berdebat, Penulis menegaskan bahwa itulah hasil
penelitian Penulis. Karena itu, Penulis mengatakan: "Jika kita
sungguh-sungguh mengerti Injil Yohanes serta mempercayainya, maka kita
tidak bisa menyimpulkan lain dari pada itu. Sejak ayat permulaan
(Yoh.1:1) telah ditegaskan bahwa Firman itu, bukan saja bersama dengan
Allah, tetapi Firman itu sendiri juga adalah Allah". Mendengar itu,
saudara tersebut di atas, dengan nada kesal mengatakan, "Masa karena
Yohanes mengatakan demikian, lantas saudara percaya begitu saja?
Bagaimana kalau ternyata Injil Yohanes itu salah? Bagaimana Yesus yang
hidup di Palestina in a small community dan hidup di abad pertama
Saudara jadikan Allah seluruh dunia?…"
Jadi, bagi mereka yang menganut pandangan seperti di atas, Alkitab tidak
memiliki otoritas dalam hidup mereka.

2. Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari kesalahan

Seorang pernah menulis dalam bukunya bahwa kalau kita membaca Alkitab
harus mendekatinya sebagaimana kita mendekati buku lainnya. Kita tidak
boleh membaca Alkitab dengan sikap menerima saja, tetapi kita harus
membacanya dengan sikap kritis. Karena itu, dia menulis, "Semuanya harus
dikaji, sebab prinsip-prinsip baru mulai berlaku. Prinsip itu mengatakan
bahwa segala sesuatu harus 'mulai dengan keraguan, menuju kepemupukan
pengetahuan berdasarkan dasar-dasar yang kokoh'. Alkitab pun tak
terkecuali dan harus dikaji ulang".
Jadi, dengan asumsi bahwa segala sesuatu harus "mulai dengan keraguan",
bukankah ini bertentangan dengan seruan Alkitab itu sendiri agar
pembacanya datang kepadanya dengan iman dan penyerahan penuh? Mari kita
perhatikan penegasan Tuhan Yesus kepada orang-orang Yahudi di zamanNya:
"Dan firmanNya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya
kepada Dia yang diutusNya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu
menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun
Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau
datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu" (Yoh.5:38-40).

3. Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi catatan tentang Firman Allah

Bagi mereka yang menganut pandangan ini, wahyu Allah tidak bisa
dituliskan. Logikanya adalah, Allah itu tidak terbatas, maka FirmanNya
pun tidak terbatas. Jadi sebenarnya, menurut teori ini peristiwa Allah
berfirman terhadap Musa, Elia dan nabi-nabi lainnya sudah berlalu.
Tetapi kemudian, peristiwa tersebut (baca: wahyu) dicatat. Itulah
Alkitab. Jadi menurut pandangan ini, menyamakan Alkitab dengan Firman
Allah adalah dosa. Jika Alkitab hanya sekedar catatan tentang wahyu
Allah yang sudah berlalu, maka pertanyaan yang muncul adalah, sejauh
manakah Alkitab tersebut memiliki kuasa dalam hidup mereka?
4. Alkitab mengandung Firman Allah

Menurut pandangan ini, Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi di dalamnya
terdapat Firman Allah. Disamping itu, Alkitab juga mengandung 'firman
iblis' dan 'firman manusia'. Penganut pandangan ini setuju bahwa bagian
Alkitab yang mengatakan, "Beginilah Firman Allah", atau "Demikianlah
Firman Allah", memang adalah Firman Allah. Tetapi bagian lainnya,
seperti "Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah
berfirman…(Kej.3:1b), bukanlah Firman Allah. Demikian juga dengan
nasehat-nasehat sahabat Ayub, yaitu Elifas, Bildad dan Zofar bukanlah
Firman Allah, karena memang kemudian Allah menegur mereka dan menyuruh
mereka minta maaf kepada Ayub atas segala nasehat mereka yang salah
(Baca Ayub 42:7-9).

5. Alkitab menjadi Firman Allah ketika terjadi pertemuan atau pengalaman
pribadi.

Menurut pandangan ini, ketika seseorang membaca Alkitab dan Allah
berbicara melalui ayat-ayat yang sedang dibaca tersebut, maka pada saat
itulah ayat tersebut menjadi Firman Allah. Dengan perkataan lain, ada
saatnya Alkitab tersebut bukanlah Firman Allah yaitu sebelum terjadi
pengalaman pribadi dengan ayat-ayat tersebut. Dengan demikian, Firman
Allah menjadi sangat subjektif, tidak lagi objektif, tergantung manusia
yang mengalaminya. Bagi orang tertentu ada kemungkinan ayat tertentu
bukan Firman Allah kerena dia tidak mengalami apa-apa dari ayat
tersebut. Tetapi orang lain, yang mengalami sesuatu dari ayat tersebut,
itu adalah Firman Allah.

Nampaknya, pandangan inilah yang dianut oleh seorang pendeta dari gereja
tertentu di Korea, dengan anggota jemaat ratusan ribu orang. Kelompok
ini membagi Firman Allah menjadi dua, yang dalam bahasa Yunani disebut
logos dan hrema. Logos dimengerti sebagai Firman Allah secara umum,
sedangkan hrema dimengerti sebagai Firman Allah yang sudah berbicara
kepadanya secara pribadi. Pandangan ini juga telah menjalar ke
gereja-gereja tertentu di Indonesia, yaitu gereja yang mengikuti aliran
theologia gereja Korea tersebut di atas. Memang ada sebagian penafsir
yang membedakan kedua kata tersebut. Namun sebenarnya tidak demikian.
Dalam Injil Yohanes kita dapat melihat bagaimana kedua kata tersebut
dipakai saling bergantian. Sebagai contoh adalah dalam Yoh.12:48 yang
berbunyi: "Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu
(hremata), ia sudah ada hakimnya, yaitu Firman (logos) yang telah
Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman".
Selanjutnya dalam Yoh.17:8a dan 14, kita juga melihat kedua kata
tersebut digunakan saling bergantian. "Sebab segala firman (hremata)
yang Engkau sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka…Aku telah
memberikan firmanMu (logos) kepada mereka. Maka dari ayat-ayat tersebut
jelaslah bahwa sebenarnya kedua kata tersebut tidak perlu dibedakan.
Kita juga perlu menegaskan bahwa Firman Allah tetap adalah Firman Allah,
sekalipun hal itu belum dialami secara pribadi. Masalah pengalaman
pribadi kepada Firman Allah tersebut tidak tergantung kepada Firman itu
sendiri, tetapi tergantung kepada pekerjaan Roh Kudus serta kepekaan dan
keterbukaan kita sendiri.

6. Alkitab adalah Firman Allah

Menurut pandangan ini, Alkitab bukan sekedar tradisi manusia abad
pertama, meskipun memang ada unsur tradisi di dalamnya. Alkitab juga
bukan sekedar tulisan manusia, meskipun memang ada unsur keterlibatan
manusia dalam penulisannya. Tetapi, sesungguhnya Alkitab adalah Firman
Allah. Karena Alkitab adalah Firman Allah, maka Alkitab tidak bersalah
terhadap segala hal yang dinyatakannya. Karena itu, Alkitab memegang
kuasa dan otoritas tertinggi dalam kehidupan. Sebenarnya, menurut
keyakinan kami, inilah pernyataan Alkitab tentang dirinya, dan ini
jugalah yang merupakan pandangan kami. Kami setuju dengan tokoh
reformasi, Martin Luther yang mengatakan:

"No one is bound to believe more than what is based on Scripture. The
Word must be believed against all sight and feeling and understanding.
It also has the primacy over dreams, signs and wonders. (Tidak
seorangpun diharuskan untuk mempercayai sesuatu lebih daripada apa yang
dikatakan Alkitab. Alkitab harus dipercayai melebihi penglihatan,
perasaan dan pengertian. Dia juga memiliki keutamaan lebih dari
mimpi-mimpi, tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat).

http://www.mangapulsagala.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar