Contoh LITURGI PEMAKAMAN
TATA IBADAH dan KHOTBAH PEMAKAMAN
A. DI RUMAH :
1. KATA PEMBUKA
“Sebab rancanganKu bukan rancanganMu, dan jalanmu bukanlah jalanKu. Demikian Firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu, danrancanganKu dari rancanganmu.” Tuhan menyertai ibadah kita sekalian. Amin.
2. KIDUNG PENYEMBAHAN: KJ 202 : 1,4
3. DOA
4. PELAYANAN FIRMAN
5. DOA PENGANTAR JENAZAH
6. KIDUNG PENYERAHAN: KJ 364 : 1,2
B. DI PEMAKAMAN :
a. Pengantar
“Marilah sat ini jenazah almarhum Sdr/I ________________ ini kita serahkan kepada tanah. Pengharapan kita adalah sabda Tuhan Yesus : “orang mati akan mendengar suara Anak Allah dan mereka yang mendengarNya akan hidup’ (Yoh 5:25).
Kita ini lahir seolah-olah pada hari kemarin dan seorangpun dari kita tidak tahu kapan kesudahannya segala hari-hari kita di atas bumi seperti bayang-bayang saja. Hanya Firman Tuhan yang kekal.”
(Peti Jenazah diturunkan)
“Kita letakkan tubuh almarhum Sdr/i ______________ ini dengan sentosa di tempatnya. Tuhan berfirman: “Engkau kembali lagi kepada tanah karena dari situ engkau diambil, sebab engkau debu dan engkau akan kembali kepada debu.”
Akan tetapi Tuhan Yesus yang menjadi sumber kebangkitan akan menghidupkan tubuh orang percaya pada hidup yang kekal. Karena Ia berfirman: “Aku inilah kebangkitan dan hidup, siapa yang percaya kepadaKu, walaupun sudah mati, ia akan hidup” (Yohanes 11:24b)
Segala syukur bagi Allah yang mengaruniakan kepada kita kemenangan dan pengharapan yang begitu besar oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Amin”.
(Selanjutnya makam ditutup, dan jika memungkinkan diiringi dengan kidung pengantar penutupan makam)
b. Doa
c. Kidung Penguatan
d. Pengakauan Iman Rasuli
e. Berkat
“Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmatNya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima sautau bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu”.
Anugerah Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah Bapa dalam persekutuan Roh Kudus menyertai saudara sekalian.
Ayat-Ayat Untuk Khotbah Pemakaman:
Yohanes 14:6
"Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Wahyu 14:13
"Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."
Mazmur 116:1.
"Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya."
Ibrani 9:15
"Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama."
Imamat 17:11
"Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa."
Ibrani 9:22
"Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan."
Ibrani 9:27
"Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi."
Pengkhotbah 7:2
"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.."
Pengkhotbah 12:13-14.
Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat."
Yohanes 3:16.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
1 Tesalonika 4:13-18
4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
Mazmur 49:8-10
49:8 Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, 49:9 karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -- 49:10 supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.
2 Tesalonika 4: 6-8
4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. 4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
________________________________________________________________
KEBAKTIAN PEMAKAMAN
(The Funeral Service)
Oleh Dr. W. A.
Criswell
Alih bahasa Wisma
Pandia, Th.M.
Editor Dr. Eddy
Peter Purwanto
Ketika
Kematian Menghampiri Sebuah Keluarga
Kebutuhan
Terhadap Pendeta
Pelayanan
yang berhubungan dengan kematian berlangsung dengan sedih, dan pedih, lembut dan
kadang-kadang bersifat tragis, suatu tangisan umat Allah. Dimanakah dia?
Dimanakah dia dapat ditemukan? Apakah dia memiliki firman Allah? Apakah ada
suatu harapan di balik kesuraman yang mengerikan itu? Adakah di sana sebuah
kehidupan di balik kegelapan yang tidak dapat dimasuki? Oh, bagi umat Allah
siapakah yang dapat menawarkan pertolongan dan kelegaan dalam kesedihan ini,
waktu yang menyedihkan!
Orang itu
adalah pendeta. Anda akan menemukan dia di gereja. Dia memiliki sebuah pesan
dari surga. Kehadiran dan doanya merupakan sebuah berkat yang tidak ternilai.
Tanpa dirinya kita telah terhilang seperti orang buta yang meraba-raba dalam
kegelapan malam tanpa akhir. Tetapi bersama dengan dia, kita diangkat kepada
Cahaya kehidupan. Kita dihibur dan dibuat nyaman dengan kata-katanya yang
berasal dari Juruselamat kita yang berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup;
barangsiapa percaya kepadaKu ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap
orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:25-26).
Pesan dari Surga yang Ditunggu Setiap Hati
Tidak ada
pelayanan pastoral yang memiliki pintu yang paling terbuka terhadap kesempatan
rohani yang ditawarkan daripada apa yang dilakukan oleh kehadiran kematian
dalam sebuah keluarga. Kematian sangat bersifat universal. Wujudnya sangat
dingin dan suram. Kehadirannya sangat gelap dan menakutkan. Dan jalur ombaknya
merupakan lautan dukacita dan sungai airmata. Ini merupakan sebuah momen ketika
kasih dan perhatian seorang pendeta sangat dibutuhkan. Di sini biarlah dia
menjadi yang terbaik, baik dari segi kerohanian maupun sesuai dengan Alkitab.
Kehadiran dalam sebuah pelayanan yang berhubungan dengan pemakaman, banyak
sekali dipenuhi oleh orang-orang yang sungguh-sungguh membutuhkan Tuhan. Harus
ada keberanian untuk memimpin kepada sebuah kepastian dan pengharapan yang tak
pernah gagal dalam Kristus Yesus. Ada begitu banyak orang terhilang untuk dapat
diselamatkan. Ada orang-orang percaya yang harus diteguhkan dalam iman. Ada
keluarga dan sahabat-sahabat yang butuh untuk diubahkan, untuk memalingkan
pandangan mata mereka terhadap hal-hal yang bersifat temporal, momen yang fana
dari nafas kehidupan ini kepada kebenaran yang kekal, janji dan realitas yang
kita ketahui dalam Kristus Yesus. Rasul Paulus menulis tentang jaminan dan
kejayaan yang menakjubkan dalam kata-kata ini:
Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam
gelap akan terbit terang!” , Ia juga yang membuat terang-Nya di dalam hati kita,
supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak
pada wajah Kristus.
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah
liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,
bukan dari diri kami.
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak
terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan
sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam
tubuh kami, supaya kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun
manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui
dari sehari kesehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini,
mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih
besar dari pada penderitaan kami.
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan,
Karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah
kekal.
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat
kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyatakan suatu tempat
kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat
oleh tangan manusia.
Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh,
karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman
kita yang sekarang ini,
Sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak
kedapatan telanjang.
Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita
mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu
tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh yang hidup.
Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita
untuk hal itu dan mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu
yang telah disediakan bagi kita.
Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah,
meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari
Tuhan,
Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya,
bukan karena melihat-
Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami
beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan (2 Kor. 4:6-10, 16-18, 5:1-8)
Bukan Kata-Kata
Penghiburan yang Kosong—Tetapi Mengkotbahkan Injil
Pendeta
harus menerima pelayanan pemakaman sebagaimana Allah membuka pintu baginya untuk
berbicara kepada orang banyak tentang hal-hal yang bersifat fundamental,
kebenaran yang paling dasar dari hidup, kematian, dunia, surga, waktu, dan
kekekalan. Menghabiskan waktu dalam pembicaraan yang sia-sia dengan kata-kata
penghiburan yang murahan dan lagak yang kosong merupakan sebuah dosa yang
bertentangan dengan kehadiran Roh Kudus. Berbicaralah tentang pesan Allah.
Mereka akan mendengarkan hal itu sebagaimana mereka belum pernah mendengar
sebelumnya ketika mereka duduk dalam ibadah di hadapan anda.
Saya tidak
akan pernah dapat melupakan pelayanan saya yang berhubungan dengan pemakaman
ketika saya dipanggil untuk memimpin pada penggembalaan saya secara penuh waktu
setelah lulus dari seminari. Seorang pemabuk di kota itu, seseorang yang tidak
dihargai dan penceroboh yang tidak berguna dan yang gagal dalam segala-galanya.
Yang meninggal dunia akibat ditabrak oleh sebuah mobil ketika dia berjalan
dengan terhuyung-huyung di jalan raya. Apakah yang akan disampiakan oleh seorang
pendeta yang baru tentang hidup dan kematian seseorang yang tidak dihargai
diantara keluarga manusia seperti itu? Terlihat oleh saya bahwa setengah
penduduk kota itu duduk disana untuk mendengarkan apa yang akan saya sampaikan.
Saya
mengambil kesempatan dalam ibadah pemakaman itu untuk membuat suatu seruan pada
orang-orang yang menyaksikan dan yang berdoa dalam ibadah itu, satu hal yang
tetap hidup di dalam hati orang-orang selama tahun-tahun yang telah berlalu
adalah hal ini. “Anda kenal orang malang ini? Berapa banyak dari anda yang telah
berdoa untuknya dan menyebutkan namanya? Berapa banyakkah dari anda yang
berusaha untuk memenangkannya kepada Kristus? Berapa banyakkah dari anda yang
berusaha untuk membawanya datang ke gereja? Berapa banyakkah dari anda yang
telah mengingat dia saat hari Pengucapan Syukur atau saat Natal? Berapa
banyakkah dari anda yang bersuha menjangkau dengan mengulurkan tangan yang penuh
kasih untuk membantu dia datang kepada Allah? Berapa banyakkah dari anda yang
mengetahui bahwa dia terhilang atau sudah selamat, yang sekarang berdiam bersama
Kristus di surga ataukan terlempar dari kekekalan di hadapan Allah? Sungguh, hal
itu membuat sebuah perubahan yang besar bagi orang-orang ketika mereka
meninggalkan ibadah pemakaman daripada sebelumnya mereka menghadiri ibadah itu.
Keyakinan yang dalam telah menggerakkan hati dari orang-orang kepada sebuah hari
yang baru di dalam usaha memenangkan jiwa secara pribadi, hal itu secara
keseluruhan disebabkan oleh ibadah penguburan dari seorang pemabuk.
Ibadah
peringatan seharusnya tidak menjadi sebuah pelayanan dari kesengsaraan tetapi
sebuah pesan yang menakjubkan dari Kristus yang penuh makna. Berkotbahlah
tentang injil. Bukalan Kitab dari segala kitab dan sampaikan firman Allah. Anda
tidak akan pernah mendapat kesempatan yang berharga untuk membuat sebuah seruan
bagi iman di dalam Kristus, yang dapat menyelamatkan seseorang dari kematian
kepada hidup yang kekal.
Pendeta yang
Simpatik
Ketika
kematian menghampiri sebuah keluarga, seorang Kristen yang percaya harus menjadi
orang pertama yang hadir disana untuk menguatkan keluarga yang sedang
membutuhkan, akan lebih baik lagi jika yang berkunjung adalah pendeta. Pendeta
atau asisten pendeta harus dihubungi segera agar dapat hadir secepatnya di rumah
keluarhga yang berduka tersebut. Bacalah Alkitab, dan berdoa bersama dan
keluraga dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan. Pelayanan kasih tidak akan
pernah dilupakan.
Untuk
kenyamanan yang lebih baik dan hal yang akan selalu diingat adalah jika pendeta
dapat menangis bersama dengan keluarga yang kehilangan. Hati seorang gembala
akan memimpin dia kepada sebuah rasa simpati yang dalam dan penuh kasih.
Simpati dan kasih yang diberikan akan jauh lebih berharga daripada kata-kata
yang dapat diberikan. Hal itu seperti seorang gadis kecil yang baru pulang dari
sekolah dan memberitahukan ibunya bahwa teman kecilnya duduk berdekatan dengan
mejanya kelihatan sangat sedih. “Mengapa?” kata ibunya. “Karena,” jawab gadis
kecil itu, “karena ibunya telah meninggal.” “Dan apa yang kamu lakukan untuk
membantu gadis kecil itu?” tanya ibunya. Anaknya menjawab, “Saya hanya duduk
disampingnya dan ikut menangis.” Hal itu sudah cukup. Allah telah memberikan
penghiburan. “Menangislah dengan orang yang menangis,” (Roma 12:15). Hal itulah
yang kita lakukan pada saat dibutuhkan—memberi, peduli dan berbagi dalam kasih
Kristus—pertolongan yang tepat waktu dari dukacita yang diekspresikan.
Pelaksanaan dan
Tatacara dalam Ibadah Peringatan
Pelaksanaan dalam ibadah pemakaman harus berlangsung dengan sederhana. Hal itu
dapat berlangsung seperti ini:
Nyanyian
Pembacaan
Alkitab
Doa
Nyanyian
Khotbah
oleh pendeta
Doa
Permohonan
Nyanyian
dapat dilakukan dengan solo, duet atau kuartet, paduan suara, atau secara
berjemaat. Jika disana ada beberapa pelayan, seseorang dapat membaca Alkitab,
yang lain dapat menaikkan doa dan yang lain dapat menaikkan doa permohonan.
Ibadah
harus dilaksanakan di gereja. Jika saya meninggal, saya ingin dimakamkan dari
gereja. Ini tidak berarti bahwa sebuah pelayanan pemakaman tidak dapat dilakukan
dalam sebuah kapel. Saya haya berpikir bahwa akan lebih baik jika umat Allah
harus dimakamkan dari gereja, sebagai sebuah kesaksian terakhir terhadap
komitmen kita terhadap Tuhan kita Yesus.
Pesan yang
akan disampaikan oleh pendeta tidak perlu terlalu panjang. Roh Kudus akan
memimpin dia untuk menyampaikan kata-kata yang harus dia sampaikan,
menempatkannya dengan hikmat dan saat yang kudus. Lima belas hingga dua puluh
lima menit merupakan waktu yang cukup untuk menyampaikan wahyu Allah dan
pengharapan bagi kita yang tetap tinggal dalam dunia ini. Keseluruhan ibadah
harus tercakup dalam waktu yang berlangsung sekitar empat puluh lima menit.
Pandangan
Pribadi Tentang Ibadah Pemakaman
Ada
beberapa hal yang saya pikir dapat diperhatikan dalam ibadah pemakaman:
1.
Jenazah lebih baik ditutup selama ibadah berlangsung. Mengapa beberapa
keluarga tetap menginginkannya tetap terbuka selama ibadah berlangsung di depan
mimbar hal itu tidak pernah saya ketahui. Sebuah jenazah yang ditempatkan secara
terbuka di hadapan pengkhotbah yang sedang terlihat menyampaikan khotbah
merupakan pengalihan yang mengerikan.
2.
Jenazah sebaiknya tidak dibuka setelah ibadah selesai. Biarkan
orang-orang untuk pergi kerumah pemakaman untuk melihat orang yang meninggal,
atau biarlah mereka datang lebih awal untuk memberikan penghormatan, tetapi
untuk selanjutnya biarkan jenazah tertutup selamanya. Adalah lebih baik untuk
tidak membukanya kembali baik di dalam gereja, kapel atau di pemakaman.
3.
Keluarga yang kehilangan harus duduk di depan gereja atau kapel dihadapan
mimbar atau pengkotbah. Keluaga yang terlindung dalam sebuah layar bahkan
pendeta tidak dapat melihat mereka harus keluar dari sebuah rasa malu karena
mereka berduka. Seluruh dunia termasuk keluarga dipenuhi dengan kedukaan.
Mengapa hal itu menjadi sebuah keanehan atau sesuatu yang harus disembunyikan
bahwa mereka sedang berduka. Tidak ada yang salah dengan airmata. Setelah
semuanya, ibadah bersifat umum dan bukan bersifat pribadi dan tujuan dari ibadah
adalah menawarkan kepada keluarga dan sahabat sebuah kesempatan untuk
menyampaikan ucapan syukur atas berkat dari pengharapan yang diberikan oleh
Kristus Yesus.
4.
Jika ibadah adalah untuk seseorang yang percaya kepada Kristus sebagai
Juruselamat pribadinya, pelayanan harus memiliki catatan keberhasilan dalam
hidupnya. Kristus telah mati dan juga bangkit kembali. Jika kita mati bersama
dengan Dia, kita juga akan dibangkitkan bersama dengan Dia. Kematian adalah
pintu masuk bagi kita kepada kemuliaan. Paulus mengekspresikan kemuliaan ini
dalam sebuah kebangkitan yang agung dalam 1 Korintus 15:
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang
telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang
manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti orang mati dalam persekutuan
dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya:
Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada
waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia
menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala
pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai
Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan
kepadamu, yaitu bahwa darah dan daging tidak mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu
rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
Dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang
terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan
dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan
yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak
dapat mati.
Dan sesudah yang dapat mati ini mengenakan yang
tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati,
maka akan genaplah Firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam
kemenangan.
Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut,
dimanakah sengatmu?”
Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah
hukum Taurat.
Tetapi syukur kepada Allah, yang telah
memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab
kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia ( 1
Kor. 15:20-25, 50-58).
5.
Jika ibadah pemakaman adalah bagi seseorang yang bukan orang Kristen,
pendeta seharusnya tidak mengingkari pesan mimbarnya tentang penghukuman dan
penhakiman Allah. Dia seharusnya tidak berusaha untuk memberi kesan bahwa
“Orang yang terhilang masuk surga”. Dia harus berbicara dengan doa yang
sungguh-sungguh dan penuh kasih kasih tentang hidup yang singkat, kepastian dari
kematian, dan kebutuhan akan seorang Juruselamat, dan kekekalan yang akan datang,
membuat sebuah permohonan yang tetap bertahan untuk untuk memberikan hatinya dan
hidupnya untuk beriman kepada Tuhan Yesus. Tidak ada kesempatan untuk membuat
sebuah permohonan yang sungguh-sungguh kepada Kristus seperti dalam ibadah
pemakaman. Kita sungguh-sungguh kemurahan Allah dan diselamatkan oleh anugrah.
Setelah Ibadah
Pemakaman Selesai Dilaksanakan
Setelah
ibadah pemakaman telah selesai, setelah beberapa hari berikutnya, sebuah
kunjungan berikutnya harus dilakukan terhadap keluarga yang kehilangan.
Pertolongan ini akan menjadi sesuatu yang bermakna. Dan kadang-kadang akan
menjadi sauh bagi sebuah keluarga dalam gereja.
Saya juga
akan mengirimkan sebuah booklet kecil kepada keluarga yang kehilangan yang
berjudul “Rumah Kita di Dalam Surga.” Dalam beberapa tahun belakangan ini saya
telah memiliki sebuah kebiasaan untuk mengirimkan sebuah booklet kepada setiap
rumah dimana ada kerabatnya yang telah meninggal. Ini merupakan sebuah cara
untuk mengungkapkan bahwa kami peduli dan mengasihi mereka.
Mengingat
anggota keluarga setelah ibadah pemakaman selesai atau tidak sama sekali akan
memiliki arti yang sangat mendalam seperti sebuah perbedaan antara sebuah
kemenangan dan kekalahan.
Seorang
janda berkata, “Jika saya tahu sebelumnya terlebih dahulu betapa saya
sungguh-sungguh akan membutuhkan bantuan selanjutnya, maka saya seharusnya
menempatkan buku tamu di rumah pemakaman dengan sebuah kelender, menanyakan
setiap pengunjung untuk menandai suatu hari yang akan datang dimana dia akan
dapat menghibur dengan sebuah kunjungan, kartu simpati atau dengan menelpon.”
Dia dapat disamakan dengan seseorang telah mendapat curahan simpati sesaat dan
kemudian akhirnya dilupakan.
Kadang-kadang pengabaian seperti ini seperti ini membuat orang yang berkabung
menjadi kecewa terhadap gereja lokal mereka. Seorang janda dapat saja memiliki
gambaran bahwa gereja merupakan instrument dasar terhadap perwujudan belas
kasihan dan kasih. Dan ketika kemudian dia ingin berbagi tentang semua bebannya,
berminggu-minggu setelah pemakaman, gerejanya tidak ada disana untuk membantu.
Semoga
Allah menjamin bahwa kesalahan seperti itu tidak akan pernah kita lakukan.
Sebagaimana sebelumnya, kita harus tetap mengasihi, mengingat, dan peduli
terhadap jemaat kita yang telah kehilangan.
Khotbah Saat Ibadah Pemakaman
Didalam
menyampaikan kotbah pada saat pemakaman, saya selalu membaginya ke dalam dua
bagian. Yang pertama berkenaan dengan orang yang telah meninggal. Saya dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk melaksanakan setiap ibadah dengan penekanan
terhadap pribadi orang yang meninggal. Saya tidak melakukannnya hanya sebagai
sebuah ritual yang bersifat secara umum saja. Pertama-tama saya akan berbicara
tentang pribadi orang yang telah meninggal, tentang kehidupannya, kasihnya,
pekerjaannya, kebaikannya, dan pengaruhnya. Bagian yang kedua dari kotbah
meliputi firman dan janji Allah. hal ini disampaikan dari Alkitab dan
disampaikan dengan seluruh keyakinan yang ada di dalam jiwa saya.
Disini ada
beberapa teks, garis besar, dan pesan yang sungguh-sungguh yang pernah saya
gunakan dalam ibadah pemakaman dimana Allah sungguh-sungguh memberkatinya untuk
memberikan sebuah kenyamanan dan menguatkan iman terhadap orang-orang yang telah
kehilangan.
Mati adalah Keuntungan
Filipi
1:21 “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
1.
Kita beruntung karena mendapat sebuah tubuh yang lebih baik, tubuh
kemuliaan, tubuh kekekalan dan tubuh kebangkitan. Di dalam tubuh kedagingan kita
yang sekarang ini, kita merupakan subjek terhadap semua kedukaan dan air mata.
Pertambahan usia, kesakitan, dan kematian merupakan hal yang tidak dapat
dielakkan yang menyertai kediaman yang terbuat dari debu tanah ini. Tetapi di
dalam kematian dan kebangkitan kita memperoleh sebuah tubuh yang lebih baik,
tubuh yang tidak akan mengalami proses penuaan, yang tidak mengenal penyakit,
rasa sakit, dan tidak akan pernah mati. Kita beruntung karena memperoleh tubuh
yang lebih baik.
2.
Kita beruntung karena mendapat rumah yang lebih baik. Betapapun indahnya
serta penuh dengan hiasan sebuah rumah yang mungkin kita bisa miliki di dunia
ini, hal itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan kediaman kita yang ada di
kota Allah. berdasarkan janji yang telah disampaikan oleh Yesus Kristus dalam
Yohanes 14:1-3, Tuhan kita selama bertahun-tahun dan berabad-abad telah
menyiapkan bagi kita sebuah tempat tinggal di surga. Kita tidak akan memiliki
hal itu di dalam hidup ini. Hanya dengan kematian kita dapat berpindah ke dalam
rumah kita di surga. Kerinduan rasul Paulus terhadap kediamannya di surga
diekspresikan dalam Filipi 1:23 yang merupakan pengharapan yang mendalam bagi
perasaan setiap orang Kristen jika perjalanan hidupnya telah berakhir. Bapa-bapa
leluhur kita telah menggunakan hal itu untuk menyanyikan lagu lama ini:
Aku merupakan seorang asing disini
Surga adalah rumahku
Dunia hanyalah sebuah padang yang suram
Surga adalah rumahku
Dukacita dan bahaya berdiri mengancam
Mengitariku dalam setiap sisi
Surga adalah tanah airku
Surga adalah rumahku
3.
Kita akan memperoleh warisan yang lebih baik. Warisan terkahir kita tidak
berada disini. Hadiah terakhir kita tidak ada disini tetapi berada di surga.
Hili itu hanya terdapat dibalik jembatan kematian sebagaimana yang selalu kita
dengar dari firman Tuhan yang sungguh-sungguh berharga,”Baik sekali perbuatanmu
itu hai hambaku yang setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung-jawab dan perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat. 25:21).
4.
Kita akan memperoleh sebuah persekutuan yang lebih baik. Semua kita yang
hidup di dalam dunia ini berada dalam lingkaran keluarga yang tidak utuh. Ibu
kita pergi, ayah kita pergi, atau seorang anak pergi, kakek kita yang terkasih
pergi, dan sahabat-sahabat kita pergi. Jika kita berumur panjang maka kita akan
menjadi seorang yang asing di dunia ini. Setiap orang yang kita kenal dan kita
kasihi akan pergi. Tetapi lingkaran itu tidak akan putus di surga sampai
selama-lamanya. Di sana tidak ada kematian, tidak ada lagi dukacita, airmata dan
kesakitan, semua hal ini akan lenyap. Tetapi yang terbaik dari semua, bahwa
dibalik itu kelurga kita dan sahabat-sahabat kita akan menunggu untuk menyambut
kita, kita akan melihat Juruselamat kita muka dengan muka. Kita akan duduk
bersama-sama dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Allah dan
selamanya bersama dengan Tuhan kita melewati setiap kekekalan yang akan datang.
5.
Jika “Bagiku hidup adalah Kristus,” lalu kematian adalah keuntungan.”
Jika bagiku hidup adalah uang, maka kematian adalah sebuah kehilangan. Jika
bagiku hidup adalah kesenangan, maka kematian adalah sebuah kehilangan. Jika
bagiku hidup adalah dosa, maka kematian adalah sebuah kehilangan. Jika bagiku
hidup adalah dunia ini, maka kematian adalah sebuah kehilangan. Tetapi jika
bagiku hidup adalah Kristus maka kematian adalah keuntungan.
Apa yang Allah Sediakan Bagi Kita yang Mengasihi Dia
Ibrani
11:40 “Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita….”
1.
Kematian bukanlah sesuatu yang diharapkan ketika Allah menciptakan
laki-laki dan perempuan dan menempatkan mereka di Taman Eden. Allah menciptakan
mereka dengan kekal, sempurna, dalam rupa dan gambar Allah untuk memiliki
persekutuan dengan Dia. Dosa dan penghukuman atas kematian telah menghancurkan
hubungan yang suci dan indah itu. Kematian adalah sebuah penghalang, pengacau,
dan malapetaka yang mengerikan. Tetapi kisah itu belum terlaksana sepenuhnya dan
cerita belum berakhir dengan hukuman kematian. Allah telah menyediakan sesuatu
yang lebih baik bagi kita. Kuburan bukanlah tempat peristirahatan terakhir kita
dan kerusakan bukanlah perwujudan akhir dari hidup kita. Ada pasal lain yang
harus ditulis sebelum kitab akhirnya ditutup. Kesimpulan dari pasal itu adalah
salah satu kemenangan dan kejayaan di dalam Kristus.
2.
Pasal 11 dari surat kepada orang Ibrani mendaftarkan tokoh-tokoh iman.
Mereka digambarkan satu demi satu. Kisah mereka berisi tentang kedukaan, air
mata, penganiayaan, pengorbanan dan kematian. Lihatlah ke dalam pasalnya dan
daftar dari penderitaan mereka. Dari penumpahan darah Habel hingga orang-orang
kudus yang mendapat pencobaan yang berat dan mengerikan yang digambarkan dalam
Ibrani 11:33-38, kisah ini merupakan salah satu tragedi. Tetapi Allah
menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Ada sebuah kehidupan yang jauh
lebih baik dari pada penderitaan yang kita saksikan dan yang kita pikul di dalam
dunia ini. Allah telah menyediakan surga sebagai sebuah warisan bagi umatNya.
3.
Paulus dalam 1 Korintus 2:9 berbicara tentang keindahan dan hal yang
lebih baik itu yang telah Allah sediakan bagi mereka yang mengasihi Dia. Dia
mengakui bahwa mata tidak pernah melihat dan telinga tidak pernah mendengar
bahkan hati tidak pernah bisa membayangkan hal-hal surgawi yang telah disediakan
bagi anak-anak Allah. tetapi di dalam ayat 10 rasul Paulus berkata, “Karena
kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh.” Apa yang tidak dapat kita lihat
atau dengar atau rasakan oleh perasaan natural kita, kita dapat mengenalnya
melalui kebenaran, melalui fakta, melalui realitas, dan melalui kenyamanan oleh
Roh Yesus di dalam hati kita. Oh kebenaran surgawi! Betapa melimpah semua janji
yang kita miliki di dalam Kristus Yesus yang akan menjadi milik kita untuk
dipegang, menjadi jaminan, yang, melegakan, dan diperlukan sebuah kesabaran
untuk menunggu seluruh penggenapan dari semua hal itu. Ini yang harus kita capai
dalam menerjemahan segala kekhawatiran dunia ini untuk kehidupan surgawi yang
akan datang.
Betapa
indah himne yang ditulis oleh Ellen H. Gates:
Aku akan menyanyikan sebuah lagu bagimu tentang
negri yang indah itu
Jauh disana, kediaman bagi jiwa
Dimana badai tidak akan pernah menghempas diatas
hamparan pantai yang berkilau
Dimana tahun-tahun keabadian menggelinding
Oh, betapa manisnya jika berada di negeri yang
indah itu
Terbebas dari semua kedukaan dan kesakitan
Dengan lagu diatas bibir kita dan pengharapan
diatas tangan kita
Untuk bertemu kembali antara satu dengan yang
lain
Ibadah Penguburan bagi Seorang Ibu
Amsal
31:10,20,25-31
Istri yang cakap
siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata.
Ia memberikan
tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.
Pakaiannya adalah
kekutan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.
Ia membukakan
mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.
Ia mengawasi segala
perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.
Anak-anaknya bangun,
dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia:
Banyak wanita telah
berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.
Kemolekan adalah
bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan
dipuji-puji.
Berilah kepadanya
bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatan tangannya memuji-muji dia di
pintu-pintu gerbang.
Bukan
tanpa sebuah arti yang mendalam dan sangat signifikan bahwa pria yang paling
berhikmat di dunia menutup Kitab Amsal yang diisnpirasikan dengan sebuah
penghormatan bagi seorang ibu. Kita juga akan bergabung dengannya dalam
kata-katanya yang penuh kasih dan pujian kepada ibu.
Pelayanan
yang penuh kasih dari ibu kita dan mengorbankan dirinya sendiri bagi kita
menjadi sebuah kekuatan dan penghargaan bagi kita. Mereka sangat peduli terhadap
kita ketika kita membutuhkan pertolongan. Mereka mengawasi kita sebagai malaikat
penjaga kita. Mereka berdoa bagi kita sebagaimana kita bertumbuh dari anak-anak
hingga dewasa. Mereka mengasihi kita saat kita tidak memiliki kasih. Mereka
merupakan gambaran Allah yang sempurna dari seseorang yang tidak pernah kita
kenal.
Ada begitu
banyak rangkaian-rangkaian kemenangan di dunia ini yang dapat dimenangkan, ada
begitu banyak mahkota yang dapat diraih, tetapi kemenangan yang paling besar
yang menjadi prestasi dan kejayaan terbesar yang dapat diraih adalah limpahan
kasih dari ibu kita. Begitu sederhana, manis, dan indah, tetapi juga menjadi
Batu Karang tempat kita berpijak dari pelayanan mereka yang manis terhadap kita.
Perjuangan yang terbesar selamanya telah
diperjuangkan
Haruskah aku memberitahu engkau kapan dan dimana?
Dalam peta dunia, engkau tidak ajarkan
menemukannya
Ia telah diperjuangkan oleh Ibu dari manusia
Bukan dengan meriam atau sebuah tembakan
Dengan pedang atau tulisan dari orang yang
terhormat
Bukan oleh kefasihan berbicara atau perkataan
Dari pikiran manusia yang menakjubkan
Tetapi jauh di dalam dinding hati seorang wanita
yang tertutup
Seorang wanita yang mungkin tidak kelihatan
menghasilkan
Tetapi dengan keberanian, melahirkan bagiannya
Lihat! Di sana ada sebuah pertarungan
Tanpa iringan tentara dan lagu yang gemuruh
Tanpa panji-panji yang berkibar dan bergelombang
Tetapi, oh! Perjuangan ini, akhir mereka sangat
panjang
Dari bayi yang kecil hingga ke pemakaman
Hingga sekarang, kesungguhan tetap seperti
jembatan bintang-bintang
Dia bertarung dalam tembok kota yang tertutup
Bertarung terus dan terus hingga pertempurannya
yang terakhir
Lalu hening, tak terlihat dan beranjak pergi
Oh! Engkau dengan panji-panji dan tembakan
meriam
Dengan tentara yang menembak dan bersorak
Aku akan memberitahukan engkau kemengan
perjuangan yang terbesar
Diperjuangkan dalam keheningan ini
Oh, wanita yang tak bernoda, dalam sebuah dunia
yang memalukan
Dengan mati-matian dan cemooh yang diam
Engkau telah kembali kepada Allah sebagaimana
engkau telah datang
Yang terlahir sebagai ratu pahlawan
--JOAQUIN MILLER
Kematian dari
Seorang Manusia yang Baik
Kisah
Rasul 11:24 “karena Barnabas adalah orang yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan
iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.” Barnabas merupakan, “anak
penghiburan” yang sangat mungkin telah meninggal ketika Lukas menulis ayat ini,
karena tabib yang agung itu menggunakan kata past tense (waktu lampau) ketika
menunjuk kepada dia. Sebagai seorang penulis yang menceritakan kisah dari orang
Kristen pertama di Antiokhia, dia kembali untuk menulis catatan tentang
orang-orang kudus dan pemimpin-pemimpin yang baik, yang datang untuk mengunjungi
pelayanan di ibu kota Siria, yang bersukacita dalam tangan Allah yang menaungi
mereka. Setiap orang yang baik bersukacita di dalam kekuatan dan perkembangan
dari injil, dan para jemaat tidak kurang sukacitanya di dalam kuasa dan
kehadiran dari oaring yang baik di tengah-tengah mereka. Orang yang baik adalah
menyaksikan tentang Allah sejauh yang dia dapat lakukan. Bukan sebuah bintang,
atau planet, atau lautan atau daratan, tetapi seorang yang baik. Dia merupakan
kebanggaan dan kekuatan bagi jemaat dan menjadi berkat bagi komunitas dan dunia.
Ada
beberapa hal sehubungan dengan kematian dari orang yang baik ini yang membuat
kita menyesal dan bersedih.
Kita
berduka karena perpisahan mengambil dia dari kita
Kita
berduka karena kehilangan pekerjaannya yang penuh dedikasi dari tugas-tugas kita
secara umum.
Kita
berduka karena rasa sakit dan duka yang kita lihat dalam kehidupan keluarga dan
teman-teman yang dia tinggalkan.
Tetapi
disini ada beberapa hal yang dapat kita syukuri melalui kata-kata yang
diekspresikan kepada mereka.
Kita
berterima kasih terhadap keluarga yang dia tinggalkan.
Kita
berterima kasih kepada jemaat yang telah dia kasihi dan selamatkan
Kita
berterima kasih kepada Allah yang sungguh-sungguh memberkati dia dan di dalam
namaNya dia tinggal dan berdoa setiap hari dalam hidupnya.
Kita
berterima kasih terhadap rumah surgawi tempat dimana dia pergi dan menunggu
kedatangan kita ketika tugas kita juga telah selesai. Dia tidak meninggal tetapi
mendahului kita lebih dahulu. Dia hanya pergi ke tempat yang lain, ke ruangan
yang lain. Robert Freeman menulis tentang hal itu di dalam baris-baris ini:
Di Rumah Bapaku
Bukan, bukan di bawah rerumputan yang dingin
Tidak ditutup oleh tembok didalam kuburan
Tetapi, di dalam rumah Bapa kita yang besar
Tinggal, di ruangan yang lain
Tinggal seperti manusia yang mencintaiku
Seperti bocah kecilku dengan kumpulan bunga di
pipinya
Hilang dari pandangan, di atas meja tulis atau
buku pelajaran
Sibuk, dalam ruangan yang lain
Lebih dekan dari purtaku yang memperoleh
keberuntungan
Memberi isyarat dari bayangan negri asing yang
samara-samar
Hanya dibalik tirai yang tergantung
Terhidang, di ruangan yang lain
Haruskah aku meragukan kemurahan Bapaku?
Haruskah aku berpikir bahwa kematian sebagai
malapetaka
Atau batu loncatan ataukan ambang pintu
Kepada sesuatu yang lebih besar, ruangan yang
bercahaya
Haruskan aku menyalahkan kebijaksanaan Bapaku?
Haruskah aku duduk dalam kemuraman
Ketika aku mengetahui bahwa orang yang kukasihi
berbahagia,
Menunggu di ruangan yang lain?
ROBERT FREEMAN
Tidak juga
berarti bahwa dia telah berhenti dari kehidupan kita karena dia telah berpindah.
Dia tetap hidup bersama kita di dalam keindahan dan kenangan yang berharga. F.
L. Hosmer mengekspresikan hal itu bagi kita dalam sajak yang sangat bermakna ini:
Sahabat Alam Baka
Aku tidak berpikir tentang mereka sebagai
kematian
Yang tidak lagi berjalan bersamaku
Sepanjang jalan hidup yang pernah tertapaki
Mereka hanya pergi lebih dahulu
……………………………………
Dan tetap pelayanan mereka yang hening
Dalam hatiku telah memiliki tempat
Sebagaimana mereka telah berjalan bersamaku
ketika berada dalam dunia
Dan bertemu denganku muka dengan muka
Kehidupan yang telah mereka buat menjadi milikku
selamanya
Apa yang telah mereka buat padaku
Telah tertinggal hingga sekarang dan seterusnya
menjadi materai dan tanda
Terukir jauh di dalam
Milikkulah mereka dengan sebuah hak kepemilikan
Baik waktu maupun kematian dapat membebaskan
Tetapi Tuhan telah memberikan kasih untuk dijaga
Menjadi milik yang kekal
--F.L. Hosmer
Kematian dari
Seorang anak Kecil
2 Samuel
12:15-23
Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan Tuhan
menulahi anak yang di lahirkan bekas istri Uria bagi Daud,sehingga sakit.
Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak
itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu
ia berbaring ditanah.
Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di
rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak
makan bersama-sama dengan mereka.
Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan
pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati.
Sebab mereka berkata: “Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara
kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat
mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!”.
Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya
berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya
kepada pegawai-pegawainya: “sudah matikah anak itu?” Jawab mereka: “Sudah”.
Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan
berurap dan bertukar pakaian; ia masuk kedalam rumah Tuhan dan sujud menyembah.
Sesudah itu pulanglah ia kerumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan
kepadanya roti lalu ia makan.
Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: “Apakah
artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau
berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!”
Jawabnya: “ selagi anak itu hidup, aku berpuasa
dan menangis, karena pikirku: siapa tahu Tuhan mengasihi aku, sehingga anak itu
tetap hidup.
Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus
berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang pergi kepadanya, tetapi
ia tidak akan kembali kepadaku.”
Di dalam
menjelaskan dengan sepenuhnya tentang kebenaran bahwa anaknya telah bersama
dengan Allah, Daud bangkit dari abu kedukaan untuk tinggal dalam cahaya dan
pengharapan dari kebaikan Allah. Anak kecil itu dalam tujuan Allah tidak dapat
kembali kepada daud, tetapi Daud dalam tujuan Allah dapat pergi kepada anak
kecil itu. Lalu di dalam surga Allah menjaga mereka bagi kita yang mengasihi
mereka dan yang kehilangan hanya untuk sementara.
Ini yang
disampaikan oleh Yesus ketika dia mengambil anak kecil dan menempatkannya di
pangkuanNya dan berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, ….datang kepadaKu; sebab
orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat.19:14). Di dalam
pangkuan Juruselamat kita mereka terlindung dan aman dan diberkati. Kita dapat
mempercayai Allah yang terkasih untuk menjaga mereka bahkan lebih baik dari apa
yang dapat kita lakukan. Apa yang Allah telah tetapkan itu merupakan hal yang
terbaik.
Itu Yang Terbaik
Ibu, Aku melihat engkau dengan cahaya
kanak-kanakmu
Memimpin semua bayi-bayimu dalam kemurnian
Kepada peristirahatan mereka yang manis
Kristus Gembala yang Baik, menjaga milikku malam
ini
Dan itu yang terbaik!
Aku tidak dapat menahan air mata ketika melihat
mereka berangkulan
Jari-jari mereka di dalam milikmu dan lingkaran
cahaya mereka yang bersinar
Diatas dadamu yang hangat
Tetapi Juruselamat lebih murni dari milikmu dan
milikku
Dia dapat mengasihi dengan yang terbaik!
Gemetarmu setiap waktu disebabkan oleh lenganmu
Begitu lemah; hatimu berbunyi dengan alarm
Dan luka yang tertekan
Yang kukasihi selamat, jauh dari jangkauan mara
bahaya
Dan itu yang terbaik
Engkau tahu bahwa milikmu adalah seorang yang
lemah
Dan yang kukasihi dapat berumur beberapa tahun
sendirian
Tanpa kasih, tanpa berkat
Milikku merupakan kegembiraan orang-orang kudus
yang berkeliling di takhta Allah
Dan itu yang terbaik
Engkau harus takut terhadap tahun-tahun rasa
bersalah yang membakar
Kegelapan yang jahat tidak dapat dibersihkan
dengan air mata penyesalan
Dan yang tak termaafkan
Milikku telah masuk tanpa kedalam tahun-tahun
kekekalan
Oh, betapa itu yang terbaik!
Tetapi kedukaan adalah keegoisan, dan saya tidak
dapat melihat
Selalu mengapa aku harus menderita
Lebih daripada perhentian
Tetapi aku tahu itu, yang terbaik bagi mereka,
bagiku
Allah telah melakukan yang terbaik!
--HELEN HUNT
Dibalik
perhatian, air mata dan kedukaan dari dosa-kedagingan dunia ini, anak-anak kecil
kita bersama dengan Juruselamat kita di surga. Para malaikat menyambut anak-anak
ini di tengah-tengah mereka.
Jembatan emas telah terbuka
Dan malaikat surgawi tersenyum
Dan dengan nada harpa mereka
Menyambut anak kecil
Mereka meneriakkan “tinggi dan kudus,
Seorang anak telah masuk ke dalam
Dan aman dari semua pencobaan
Jiwanya telah tertutup dari dosa.”
Mereka membimbing dia melewati jalan yang
terbuat dari emas
Kehadapan Raja segala raja
Dan kemulian bernaung atasnya
Dari gersik sayap-sayap mereka
Juruselamat tersenyum keatasnya
Senyuman yang dunia tidak pernah memilikinya
Dan kemulian surgawi yang besar bersinar di
sekelilingnya
Bocah dari dunia, anak yang lahir
Di atas dunia mereka telah kehilangan bocah
kecil itu
Mereka berkeluh kesah dan menangis dan mendesah
Dan berharap jika seperti yang lain
Seakan mereka telah pernah mati
Oh! Pernahkah mereka melihat melalui jembatan
yang tinggi itu
Sambutan yang diberikan kepadanya
Mereka tidak akan pernah berharap kepada anak
mereka
Kembali dari rumahnya di dalam surga
--PENULIS TIDAK DIKETAHUI
Pelayanan
kami disini tidak hanya dilakukan dengan pengalaman yang penuh sukacita dari
anak-anak kecil di surga. Puisi yang ditulis oleh Mary Burroughs sebgaiamana
yang dia lihat dari lukisan Paul Thurman, The Pitcher of Tears (Bejana
Air Mata), mengekspresikan kebenaran dengan begitu hidup dan pedih.
Hari-hari dari seorang ibu yang menderita
Terhadap rasa kehilangannya yang tak dapat
dipulihkan
Tangisan yang keras, air mata kepahitan, dan
keluhan
“Kematian yang Kejam telah mencuri anakku.”
Tetapi suatu malam ketika dia telah tertidur
Datang sebuah penglihatan kepada jiwanya
Dan dia melihat putri kecilnya
Dalam ladang Elysian yang penuh berkat.
Dan anaknya berdiri sendirian
Memegang sebuah bejana yang berat
Dengan bergegas ibunya menghampiri putrinya
Menahan sekitar lengannya yang goyah
“Mengapa begitu sedih dan sendirian sayang?”
Dia bertanya sambil membelai rambutnya,
Lihat begitu banyak anak kecil yang bergembira
Bermain di kebun raya
Lihat mereka memberi isyarat dan memanggil,
Pergi dan bantu mereka memetik bunga
Masukkan kedalam bejana yang berat
Berdansa dengan bebas dalam waktu yang cerah”
Dari bibir yang lembut dan memggigil
Jatuh sebuah jawaban diatas telinganya
“Di atas bumi ibuku menangis,
Dan bejana ini menampung air matanya
Air mata yang menyentuh kumpulan bunga surgawi
Merusak bunga sehingga mereka akan gugur
Jadi selama dia terus menangis
Saya harus berdiri dan menampung semua air
matanya”
“Tunggu tidak lama lagi,” jerit ibunya
“Lari dan bermainlah anak kecilku yang manis;
Tidak akan ada lagi air mata kedukaan
Yang merusak kebahagiaanmu luhur.”
Seperti burung yang terlepas dari kurungannya
Dengan bahagia bocah kecil itu berlalu dengan
cepat
Dan ketika ibunya bangun, hatinya diteguhkan
Dikuatkan untuk setiap hari-hari yang sepi
Di dalam
surga kehidupan yang kecil yang Allah mulai dari bawah sini akan berkembang
dalam keindahan yang sempurna dan kemuliaan di atas sana. Sebuah puisi yang
ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal mengekspresikan hal itu:
Aku berharap, oh, aku berharap kemana rupa yang
kecil pergi
Yang datang dan tersenyum dan tinggal sesaat,
dan berlalu seperti serpihan salju
Yang terkasih, bayi kecil kami yang tidak di
kenal oleh dunia
Tetapi disembunyikan oleh para ibu, matanya yang
lembut, dikedalaman lubuk hatinya
Aku senang untuk berpikir bahwa disuatu tempat,
di negri yang kita sebut surga,
Negri yang penuh memiliki pecan raya di setiap
tempat yang akan diberikan kepada mereka
Sebuah negri bagi bocah kecil—sangat kecil,
sangat meriah—
Dan setiap orang akan mengenal miliknya dan
tergantung kepada hal itu disana
Oh, berikanlah itu, Bapa yang terkasih, kepada
hati yang patah permohonan itu
JalanMu yang terbaik—oh lalu kemudian kepada
peristirahatan iman yang sempurna!
Untuk mengetahui bahwa kami akan menemukan
mereka—sekalipun mereka meninggal dalam kemurnian
Di tangan kananMu dalam negriMu yang bersinar,
dengan pimpinan air hidup!
--PENULIS TIDAK DIKENAL
Dosa awal dapat menjadi kutuk atau kedukaan yang
suram
Kematian datang dengan bersahabat
Membuka kuncup yang membawa surga
Dan menawarkan rangkaian bunga disana
--SAMUEL TAYLOR
COLERIDGE
Tangan-Tangan Kecil yang Terkasih
Tangan-tangan kecil yang terkasih, aku sangat
merindukan mereka
Sepanjang hari, kemanapun aku pergi—
Sepanjang malam, bertapa sepinya hal itu
terlihat
Untuk tangan-tangan kecilku yang membangunkan
mimpi-mimpiku
Aku merindukan mereka melewati masa-masa yang
sulit
Aku merindukan mereka sama seperti yang lain
merindukan cahaya mentari dan bunga-bunga
Saat siang dan saat malam, kemanapun aku pergi,
Tangan-tangan kecil yang terkasih, aku sangat
merindukan mereka
--PENULIS TIDAK
DIKENAL
Anak-anak
kecil dipinjamkan sementara bagi kita untuk sesaat. Kehidupan mereka selanjutnya
menjadi milik Allah di surga. Penyair Edgar A. Guest menuliskan hal ini di dalam
puisinya “I Lend This Child To You.” (Aku Pinjamkan Anak Kecil Ini Bagimu)
Saya akan pinjamkan bagimu untuk sesaat
Anak kecil milikku kataNya
Untuk engkau kasihi semasa dia tinggal
Dan berduka saat dia meninggal
Hal itu mungkin 10 atau 11 tahun atau 22 atau 3
Tetapi maukah engkau, hingga Aku memanggilnya
pulang
Menjaganya untukKu?
Dia akan membawa pesonanya untuk melegakan
engkau
Dan haruskan dia tinggal untuk sesaat
Engkau akan memiliki kenangannya yang manis
Sebagai penghiburan bagi kesedihanmu
Aku tidak dapat berjanji bahwa dia akan tinggal
Sejak saat dia kembali dari bumi
Tapi ada pelajaran yang disampaikan di bawah
sana
Aku ingin anak ini mempelajarinya
Aku telah mencari keatas seluruh dunia
Dalam pandanganKu untuk mengajarkan kebenaran
Dan dari kumpulan jalur hidup orang-orang banyak
Aku telah memilihmu
Sekarang berikanlah semua kasihmu padanya
Tanpa berpikir bahwa usaha akan sia-sia
Tanpa membenciKu saat Aku datang untuk memanggil
Untuk mengambil dia pulang
Aku berharap bahwa Aku mendengar mereka berkata,
“Ya Tuhan biarlah kehendakMu yang jadi.
Untuk semua sukacita yang telah dibawa oleh
orang ini
Semua resiko kedukaan akan kami larikan
Kami akan melindungi dia dengan kelembutan
Dan mengasihi dia semampu kami
Dan atas kebahagiaan yang telah dia bawa
Akan meninggalkan ucapan syukur selamanya.”
Dan jika malaikat akan datang untuk memanggil
Lebih cepat dari apa yang telah kami rencanakan
Kami dengan tabah menghadapi rasa pahit kedukaan
yang akan datang
Dan mencoba untuk mengerti.
--EDGAR A. GUEST
Dalam Mengenang Seorang Prajurit
Yohanes
15:13 “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Tidak ada
sebuah hadiah yang besar dapat dibawa tanpa sebuah pengorbanan yang besar. Tidak
ada pekerjaan besar yang dapat dilakukan tanpa kerja keras dan usaha. Hadian
yang terbesar dibawa dalam pengorbanan yang terbesar. Pekerjaan terbesar
dilakukan dengan kerja keras yang sungguh-sungguh dalam hidup.
Begitu
juga dengan Negara kita. Didirikan di atas darah dan pemgorbanan hidup dari
bapa-bapa pendiri kita.
Negara
kita tetap hidup hingga hari ini karena tembok-tembok baja yang dibangun
sekitarnya oleh angkatan bersenjata Negara kita. Tetapi dibalik dan diatas
dinding-dingding baja yang dibuat oleh bayonet, meriam dan kapal penempur ada
tembok-tembok dari hidup manusia yang melindungi kita dari gempuran musuh-musuh
kita. Demi rumah kita prajurit muda ini membaringkan hidupnya. Demi Negara kita
telah membayar harganya dengan darahnya sendiri.
Allah
telah menyediakan sebuah hadiah yang kekal di surga untuk pemuda Kristen ini.
Dia telah memanggil mereka untuk hidup yang lebih besar di atas sana dan dunia
yang lebih baik. Seorang penulis tidak dikenal telah menuliskan kasih kita dan
prenghargaan kita diatas kata-kata ini:
Dalam mengenang seorang prajurit muda
Begitu kuat, berani dan benar
Oh, langit Allah, bersinarlah dengan lembut
Dan pakailah jubah biru
O angin sepoi-sepoi, hembuskanlah dengan
perlahan
Keharuman dari bunga-bunga ini
keseluruh udara untuk mengenang
Pemuda terhormat ini, milik kami
Betapa beraninya barisan dari pemuda ini untuk
seterusnya
Untuk bertempur dan bertarung
Betapa mulia, untuk “kepentingan dari Negara
kita”
Yang telah menawarkan hidupnya dengan berani
Teriakan pertempurannya adalah “kebebasan”
Mottonya adalah, “untuk kebenaran.”
Dan Allah telah melihat kebawah kearah mereka
disana
Begitu loyal dalam pandanganNya
Dan Allah telah melihat bahwa dia telah lelah
Dan telah melakukan tugasnya dengan baik
Dan kita tahu bahwa kita akan dimahkotai dengan
rangkaian kemenangan
Prajurit mudaNya yang telah gugur—
Dalam tugasnya dan
Dia telah memanggilnya pulang untuk beristirahat
Di dalam kehangatan kedamaian abadi, diatas
Kelapangan kasih dada orang Kristen
--PENULIS TIDAK
DIKENAL
Dalam
Perpisahan dari Sepasang Pengantin Oleh Kematian
Wahyu
7:9-17
Kemudian dari pada itu aku melihat:
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan
takhta dan dihadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun
palem ditangan mereka.
Dan dengan suara nyaring mereka berseru:
“Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!”
Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta
dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur dihadapan takhta itu dan
menyembah Allah,
Sambil berkata: “Amin! Puji-pujian dan kemuliaan,
dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita
sampai selama-lamanya! Amin!”
Dan seorang dari tua-tua itu berkata kepadaku:
“Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?”
Maka kataku kepadanya: “Tuanku, tuan
mengetahuinya.” Lalu ia berkata kepadaku: “Mereka ini adalah orang-orang yang
keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan
menbuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Karena itu mereka berdiri digadapan takhta Allah
dan melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas
takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga
lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta
itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.
Dan Allah akan menghapus segala air mata dari air mata mereka.”
Dimanakah orang
yang kita kasihi ketika mereka dipisahkan dari kita oleh kematian? Apakah mereka
akan menjadi lenyap dan hilang selamanya? Tidak, mereka meninggalkan kita dan
hidup dalam daratan yang lain
Dibalik Horizon
Saat kumengarungi lautan dengan sebuah kapal
Dan kematian membentangkan layarnya
Tiada menangis untukku, karena disana akan
Seorang tuan rumah di pantai yang lain
Tuk memberi isyarat dan berteriak ,”Semua
Disambut.”
--ROBERT FREEMAN
Kenangan manis dari rekan
kita yang terkasih akan memberkati kita selamanya.
Haruskah Engkau Pergi Lebih Dahulu
Haruskah engkau pergi labih dahulu dan aku tetap
tinggal
Tuk menjalani jalan ini sendirian
Ku akan tetap hidup dalam taman kenangan,
kekasihku
Bersama hari-hari bahagia yang pernah kita
jalani
Di musim semi aku akan menanti bunga mawar merah
Saat pudarnya bunga lilac biru
Dalam guguran lebih awal saat warna coklat
meninggalkan sisa guguran
Aku akan mengejar pandanganmu sekilas
Haruskah engkau pergi lebih dahulu dan aku tetap
tinggal
Berjuang untuk menang
Setiap hal yang pernah kau sentuh sepanjang
jalan
Akan menjadi sebuah noda yang suci
Aku akan mendengar suaramu, melihat senyummu
Sekalipun dengan kebutaan aku akan merabanya
Kenangan dari pertolongan tanganmu
Akan tetap menahanku bersama harapan
Haruskah engkau pergi lebih dahulu dan aku tetap
tinggal
Tuk menyelesaikan dengan gulungan
Tanpa sebuah bayangan panjang yang akan menjilat
ke dalamnya
Untuk membuat hidup ini terlihat mengeluarkan
air liur
Kita telah mengenal begitu banyak kebahagiaan
Kita telah memiliki cawan sukacita kita
Dan kenangan adalah salah satu karunia dari
Allah
Yang mana kematian takkan dapat menghancurkannya
--ANONIMOUS
Kita akan mengenal satu sama
lain di surga. Yesus berkta bahwa kita akan saling mengenal.
Seorang dari penjahat yang digantung itu
menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu
dan kami!”
Tetapi yang seseorang menegor dia, katanya :
“Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman
yang sama?
Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita
memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan
perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Lalu ia berkata: “Yesus ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja.”
Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus.” (Lukas 23:39-43).
Dia dan
penyamun yang bertobat mengenal satu sama lain.
Paulus
berkata bahwa. “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang
samara-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku
hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan
sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Kor. 13:12).
Kita tidak
mengenal dengan sempurna satu sama lain hingga kita berada di surga.
Penulis
Ibrani berkata bahwa kita akan.
Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang
dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu
kesaksian yang baik.
Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih
baik bagi kita: tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan
awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang
begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang
diwajibkan kepada kita. (Ibrani 11:39-12:1)
Begitu
banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita. Kita akan mengenal mereka
sebagaimana mereka mengenal kita.
Yohanes
berkata bahwa kita akan.
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang
berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki
dian dari emas.
Dan di tengah-tengah kaki dia itu ada seorang
serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan
dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang
putih metah, dan mataNya bagaikan nyala api.
Dan kakinya mengkilap bagaikan tembaga membara
dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah.
Dan di tangan kananNya Ia memegang tujuh bintang
dan dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajahNya
bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di
depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya
diatasku, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
Dan Yang Hidup, Aku telah mati, namun lihatlah,
aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan
maut (Wahyu 1:12-18).
Rasul
Yohanes mengenali Tuhan Yesus yang hidup dengan segera.
Sebuah
puisi yang ditulis oleh yang tidak dikenal telah menulis:
Kemanakah orang-orang yang kita kasihi pergi
Setelah hidup berakhir “selamat tinggal”?
Adakah sebuah rumah dibalik sana
Dimana mereka tidak akan pernah mati?
Pertanyaan seperti ini timbul?
Mengubah pemikiran manusia,
Ini merupakan keyakinanku yang terpercaya
Aku akan melihat mereka lagi
Di negri Pekan Raya yang tak dikenal,
Jauh dari daratan dunia
Allah memanggil orang-orang yang dikasihinya
Pulang,
Untuk tinggal selama-lamanya
Mereka akan berbahagia di sana
Berdiam bersama dengan Dia
Dan ketika Dia memanggilku, aku percaya
Aku akan mengenal mereka kembali.
Sebuah Pesan bagi Mereka yang Bertanya “Mengapa”
Roma 8:28-39
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,, menjadi yang sulung diantara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga
dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga yang
dimuliakan-Nya.
Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang
semuanya itu? jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
Ia, yang tidak menyanyangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan
Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
Kristus Yesus, yang telah mati bahkan lebih lagi:
yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi
Pembela bagi kita?
Siapakah yang akan memisahkan kita dari Kristus?
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan,
atau bahaya, atau pedang?
Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami
ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan!
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup,
baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang,
maupun yang akan datang,
Atau kuasa-kuasa, baik yang ada di atas, maupun
yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan memisahkan kita dari
kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Kehendak
Allah selalu untuk mendatangkan kebaikan dan menjadi berkat bagi anak-anakNya.
Dia tidak pernah membuat kesalahan. Penyair A.M. Overton dengan sangat indah
menuliskannya dalam sebuah puisi:
Dia Tidak pernah Membuat Kesalahan
Jalan Bapaku mungkin menikung dan berliku
Hatiku mungkin berdebar dan sakit
Tetapi di dalam jiwaku aku senang tuk mengetahui
Dia tidak pernah membuat kesalahan
Rencana yang kuharapkan mungkin tidak sampai
Harapanku berangsur hilang
Tetapi aku tetap mempercayai Allahku tuk
memimpin
Demi Dia yang secara tepat mengetahui jalan
Malam hari menjadi gelap dan hal itu mungkin
kelihatan
Bahwa hari tak akan prernah patah
Tetapi kan datang apa yang mungkin, saya akan
percaya dengan sederhana
Dan melepaskan semuanya bagi Dia
Berangsur-angsur kabut akan lenyap
Dan Dia akan membuat semuanya terang
Melalui semua cara, yang kelihatan gelap bagiku
Dia tidak pernah membuat kesalahan
--A.M. OVERTON
Suatu hari
berdasarkan apa yang dituliskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 13:12, kita akan
mengerti tujuan dan rencana pemilihan Allah terhadap kita.
Suatu Hari Kita Akan Mengerti
Tidak sekarang, tapi dalam tahun-tahun yang akan
datang
Hal itu mungkin di negri yang lebih baik
Kita akan membaca arti dari air mata kita
Dan di sana, suatu hari, kita akan mengerti
Kita akan mengejar segala yang patah dan
meneruskan kehidupan lagi
Dan menyelesaikan apa yang telah kita mulai
Surga akan menjelaskan hal-hal yang bersifat
misteri
Dan kemudian, ah, kemudian, kita akan mengerti
Allah mengetahui jalan itu
Dia menuntun kita dengan tangan yang tepat
Kadang-kadang dengan air mata yang bercucuran
kita akan melihat
Ya, di sana, di atas sana, kita akan mengerti
--MAXWELL N.
CORNELIUS
Hingga
hari dimana Allah akan membuat semuanya jelas mengapa kita menderita karena
perpisahan, kehilangan, berdukacita, dan kita menemukan iman dan pengharapan di
dalam Yesus Kristus yang telah begitu mengasihi kita dan John Greenleaf
Whittier memuja hal itu dalam puisinya:
Suara Rumah tangga
Kerinduanku terhadap ---- yang sangat kucintai
Untuk senyuman yang telah menghilang aku rindu
Tetapi Allah telah memimpin kekasihku berlalu
Dan Dia tidak dapat melakukan kesalahan
Aku tidak tahu rahasia masa depan
Dari keajaiban atau kejutan
Yang menjamin hidup dan hati
Yang didasari oleh kemurahanNya
Dan jika hatiku dan dagingku menjadi lemah
Untuk memikul luka yang belum terasa
Luka yang kau berikan tidak membuat patah
Tetapi kekuatan dan sokongan
Dan juga dibalik laut yang hening
Aku menunggu bahaya mengayuh
Tiada kerusakan darinya yang dapat datang padaku
Diatas lautan dan diatas pantai
Aku tidak tahu dimana pantainya akan menyingsing
Daun-daun palem yang melambai di udara
Aku hanya tahu bahwa aku tidak menyimpang
Dibalik kasihNya dan perhatianNya
--JOHN GREENLEAF WHITTIER
Pesan Tentang
Surga
Wahyu
21:1-22:5
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang
baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut
pun tidak ada lagi.
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang
baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan
yang berdandan untuk suaminya.
Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari
takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia
akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan
menjadi Allah mereka.
Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata
mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau
ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihat
Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala
perkataan ini adalah tepat dan benar.”
Firman-Nya lagi kepadaku: “Semuanya telah
terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus
akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.
Barang siapa menang, ia akan memperoleh semuanya
ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi Anak-Ku.
Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang
tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan
mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua.”
Maka datanglah dari ketujuh malaikat yang
memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu
ia berkata kepadaku, katanya: “Marilah ke sini, aku akan menunjukan kepadamu
pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.”
Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah
gunung yang besar tinggi dan ia menunjukan kepadaku kota yang tinggi itu,
Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan
cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis,
jernih seperti kristal.
Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu
gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas
malaikat dan di atasnya tertulis kedua belas nama suku Israel.
Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan
di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang
dan di sebelah barat tiga pintu gerbang.
Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu
dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.
Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai
suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu
gerbangnya dan temboknya.
Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya
sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur
kota itu dengan tongkat itu: dua belas
ribu mil; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.
Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh
empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota
itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni.
Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan
segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu
nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zambrud,
Dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam
batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril,
yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras,yang kesebelas batu
lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung.
Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua
belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan
kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.
Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya;
sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba
itu.
Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan
untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah menyinarinya dan Anak Domba itu adalah
lampunya.
Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam
cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya;
Dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup
pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana;
Dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan
dibawa kepadanya.
Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang
najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air
kehidupan, yang jernih mengalir bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari
takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu
diseberang-menyebrang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua
belas kali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah
dan Takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambanya akan beribadah
kepadaNya,
Dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya
akan tertulis di dahi mereka.
Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan
mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan
menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
Ini
merupakan gambaran dari rumah kita yang kekal. Ini adalah tempat perhentian kita
yang terakhir. Di sini kita akan hidup sampai selama-lamanya.
Semua hal
yang pernah membuat kita takut dan cemas telah berlalu. Lagu yang kita nyanyikan
sungguh-sungguh benar:
Tiada rasa kecewa di dalam surga
Tiada kekhawatiran, dukacita, atau rasa sakit;
Tiada hati yang berdarah dan patah
Tiada lagu yang bersuara sumbang
Tidak akan pernah ada gagang pintu yang rapuh
Tiada kereta pemakaman di langit
Tiada makam di atas bukit kemuliaan
Karna di sana orang-orang kudus tidak pernah
mati
Aku sedang menuju kota yang indah itu
Tuhanku telah menyiapkan bagi orang-orang
kepunyaanNya
Dimana semua orang tebusan dari segala zaman
Menyanyikan “Glory” disekeliling takhta putih
Kadang-kadang aku ditumbuhi perasaan rindu
pulang ke surga
Dan kemuliaan yang akan kulihat disana
Betapa sukacitanya saat itu
Ketika kumelihat Juruselamatku
Di dalam kota emas yang indah itu.
---F.M. LEHMAN
Ketika tugas kita telah selesai,
surga menyambut kita dan membukakan pintu kekekalan dengan kebahagiaan. Dr.
Horatius Bonar menulis syair yang indah yang mengekspresikan iman surgawi. Lagu
ini dinyanyikan pada saat pemakamannya:
Surga Pada Akhirnya
Suara malaikat bernyanyi dengan lembut
Gemanya melampaui dering malapetaka yang gelap
Memberitakan kelegaan yang mankjubkan
Ah, surga ini pada akhirnya!
Diatas kemuliaan berdiri diambang pintu
Seperti seorang pengembara mendarat dengan
selamat
Lihat, orang asing berbinar melihat suasana yang
mengembang
Ah, surga ini pada akhirnya!
Dosa selamanya meninggalkan kita
Pemandangan duniawi berhenti membutakan kita
Belenggu duniawi berhenti membelenggu kita
Ah, surga ini pada akhirnya
Takkan pernah ada air mata yang terjatuh
Takkan pernah ada kesenangan yang kan
membosankan
Nyanyian demi nyanyian selamanya dikumandangakan
Ah, surga ini pada akhirnya!
Kristus sendiri semarak yang hidup
Kristus menyinarkan kesejukan dan kelembutan
Pujian bagi anak Domba yang mengubah kita:
Ah, surga ini pada akhirnya!
Menghancurkan rasa takut terhadap kematian yang
menjepit
Kehidupan dan kemenangan mengelilingi kita
Kristus sendiri, Raja yang telah memahkotai kita:
Ah, surga ini pada akhirnya!
--HORATIUS BONAR
Ibadah
Penguburan
Diatas
semua itu, ibadah penguburan di sisi kuburan harus ringkas dan bernilai Kristen.
Apa yang harus sampaikan oleh pendeta telah dia sampaikan dalam ibadah di gereja
atau di kapel. Pada saat penguburan hanya merupakan sebuah ucapan syukur yang
terakhir.
Doa Ucapan Syukur
Apa yang saya lakukan pada saat
penguburan adalah seperti ini: Setelah keluarga duduk dan sahabat-sahabat telah
berkumpul di sekeliling peti, saya membaca Wahyu 22:16-17, 20.
“Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk
memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah
tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!”
Dan barang siapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” dan barang
siapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barang siapa yang mau, hendaklah ia
mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Ia yang memberi kesaksian
tentang semuanya ini, berfirman: “Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan
Yesus!
Lalu saya
akan berdoa seperti ini: Tuhan Yesus, apa yang dapat kami perbuat sudah kami
lakukan. Kami akan meninggalkannya padaMu untuk mengambil alih dan menjaga.
Mengawasi tempat ini dalam kenangan yang kudus hingga sangkakala berbunyi dan
orang-orang yang telah meninggal dibangkitkan dalam kemuliaan. Berikan kami
kembali, nanti, orang yang telah kami kasihi dan kami telah kehilangan hanya
untuk sementara. Berkatilah keluarga yang menunggu di bumi hingga hari kemuliaan
itu dinyatakan sehingga kami dapat bergabung bersama-sama di dalam surga.
Hantarkan kami kembali kerumah kami masing-masing dan pekerjaan yang menunggu
kami di dalam kasih dan anugrahmu. Di dalam namamu kami berdoa. Amin.
Sebuah akhir “Selamat Malam, Aku akan Bertemu Denganmu Saat Pagi Hari”
Biarkan saya menutup bab ini
dengan ayat Alkitab ini atas air mata yang telah jatuh dan hati yang telah
diangkat. Hal itu tertulis di Yohanes 14:1-3, 27.
“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada
Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika
tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk
menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai
sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang
diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Biarkan saya menambahkan sebuah
pusi yang indah, ayat yang menutup kehidupan orang Kristen dan kesaksian dari
penyair Inggris, Alfred Lord Tennyson:
Melewati Rintangan
Mentari telah terbenam dan bintang malam
bersinar
Dan sangat jelas memanggilku
Dan mungkin di sana tiada rintangan yang akan
menghadang
Saat kuarungi lautan
Tetapi pasang menghempas tanpa henti
Tuk bersuara dengan berisik dan berbuih
Hingga akhirnya terhempas hingga kedalaman tanpa
batas
Kembali pulang ke rumah
Senjakala dan deringan malam
Dan setelah kegelapan itu!
Dan mungkin di sana tidak ada kesedihan dari
perpisahan
Saat kunaiki kapal
Dari engkau, dari waktu dan tempat yang telah
kita tinggali
Air yang besar mungkin membawaku jauh
Kuberharap tuk melihat pilotku muka dengan muka
Ketika aku telah melewati rintangan
---ALFRED LORD TENNYSON
Yang
terakhir dari semuanya, biarlah saya mengutip himne dari Fanny J. Crosby yang
juga dinyanyikan pada saat pemakaman ayah saya. Bagaimana hal itu menggerakkan
hati dan memperbaharui iman ketika saya mendengarnya pada saat khidmat itu.
Aman Di Tangan Yesus
Aman di tangan Yesus, Aman di jagaNya
Rasa jiwaku damai, Dan berbahagia
Hai dengarkanlah suara para malaikatnya
Yang menyanyi disana, Di surga mulia
Aman di tangan Yesus, Susahku hilanglah
Dosa pun tak berdaya, Bila ku disana
Bebaslah dari duka, Dari ketakutan
Dari mara bahaya, Aku diluputkan
Yesus perlindunganku, Tlah mati bagiku
Ya, pada batu zaman, Ku beriman teguh
Jadikan aku sabar, Hingga gelap tiada
Sampai terbitnya fajar, Di pantai mulia
Reff.
Aman di tangan Yesus
Aman di jagaNya
Rasa jiwaku damai
Dan berbahagia
--FANNY J. CROSBY, NYAYIAN PUJIAN NO. 277
(http://www.wacriswell-indo.org/criswell%20gudie%20for%20pastors%2017.htm)