Senin, 23 Januari 2012

From Good to Great in God’s Eyes

Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Luk.1:26-38

Dua minggu yang lalu di dalam khotbah pagi saya mengutip dua buku yang berjudul “Good to Great in God’s Eyes” yang ditulis oleh Chip Ingram. Chip menulis buku ini khusus untuk hidup kita sebagai orang Kristen, bukan soal sukses, kaya atau berapa banyak yang kita milik atau berapa terkenal kita, tetapi yang terpenting apakah kita menjadi orang Kristen yang ‘great’ di mata Tuhan. Buku itu sangat menarik karena dimulai dengan satu pertanyaan yang sangat merangsang pikiran saya, yaitu mengapa terlalu banyak orang yang ingin di dalam setiap aspek hidupnya menjadi great and excellent, di dalam membesarkan anak, di dalam bekerja, berbisnis, dsb tetapi pada waktu ditanya kepada mereka do you want to become a great Christian, banyak di antara mereka tidak berani menjawab dengan tegas. Chip Ingram mengatakan kita sebagai orang Kristen harus memiliki hati ingin menjadi orang Kristen yang agung di mata Tuhan.

Satu buku lagi yang juga saya baca dalam minggu ini berjudul “Moving toward Mediocrity” oleh John Andrews juga mirip bicara mengenai bagaimana kita menjadi orang Kristen yang tidak boleh tinggal di dalam kondisi yang ‘sedang-sedang’. Di chapter pertama dari buku itu John Andrews justru mengutip kisah Maria, ibu Yesus. Terlalu sering kita membaca kisah ini tetapi kita lupa aspek yang agung dari kisah ini. Betul, ini adalah kisah mengenai keagungan Tuhan memberikan AnakNya yang tunggal lahir di dunia, tetapi jangan lupa keagungan yang dinyatakan oleh Maria. Natal tidak akan pernah terjadi kalau tidak ada seorang yang bernama Maria yang berani step up melampaui ekspektasi yang dipikirkan orang. “Jadilah kehendakMu atasku, karena aku ini hamba Allah,” kata Maria. Waktu dia menerima hal ini, mengandung konsekuensi yang luar biasa. Kemungkinan yang terbaik yang akan terjadi kepada Maria setelah dia menerima kehendak Tuhan di dalam hidupnya adalah dia diceraikan dan dipermalukan. The worst adalah ayahnya terlalu malu dan membunuh dia. Sdr tahu itu salah satu tradisi Timur Tengah yang sampai sekarang masih terjadi, honor killing. Alkitab juga mencatat bagi wanita yang hamil di luar nikah, dia berhak dirajam dengan batu. Yusuf mengambil kemungkinan yang the best yaitu menceraikan Maria.

Kedua buku ini membuat saya ingin mengajak sdr selama menjalani hari-hari sebelum menutup tahun 2007 ini untuk memikirkan do you want to become a great Christian in your life? Natal tidak akan terjadi kalau tidak ada seorang wanita yang berani step up menyerahkan diri, mengambil kehendak Tuhan itu untuk dirinya dan itu memberikan konsekuensi pengorbanan yang tidak bisa terbayangkan yang akan terjadi kepadanya. Itu sebab saya ingin mengajak sdr berpikir bagaimana kita belajar hidup untuk menjadi orang Kristen yang berpindah from good to great Christian. Point yang pertama, mari kita belajar menjalani hidup ini jangan gentar jika Allah memintamu untuk melakukan kehendakNya, melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.

Di dalam bahasa Indonesia malaikat berkata kepada Maria, “Salam kepadamu Maria yang diberkati Allah. Engkau dikaruniai Allah…” Dalam bagian ini tiga kali dipakai kata “blessing.” Maria berpindah menjadi seorang yang great karena dia taat menerima panggilan Tuhan melakukan kehendakNya.

William Carey menjadi misionari pertama ke India karena dia satu-satunya anak muda di gerejanya yang memikirkan untuk mengabarkan Injil kepada orang di sana. William Carey kecewa luar biasa karena gerejanya tidak mendukung kerinduan dia. “Kalau Tuhan memang mau orang kafir itu percaya kepadaNya, Tuhan akan membuat mereka percaya,” kata mereka. William Carey terus berjuang sampai panggilan Tuhan itu terjadi dalam hidupnya, pergi ke India mengabarkan Injil Tuhan. Dari seorang anak tukang sepatu dia menjadi orang yang agung sebab dia menerima apa yang Tuhan inginkan dalam hidupnya sekalipun hal itu belum pernah dia lakukan dalam hidupnya.

Demikian ini menjadi prinsip yang penting dalam hidup kita. Berani untuk menerima sesuatu yang mungkin belum pernah sdr lakukan dalam hidup ini bersama Tuhan. Kalau Tuhan memberimu kesempatan tahun depan mendapat pekerjaan yang lebih baik, take it. Kalau Tuhan memberimu kesempatan tahun depan melayani lebih baik, jangan menolak dan pikir kita tidak bisa mengerjakannya karena tidak pernah. Kita akan terus jatuh ke dalam wilayah ‘sedang-sedang’. Mungkin kita takut gagal, tetapi jangan itu menghalangimu. Katakan kepada Tuhan, saya mau mengerjakan itu.

Pada waktu malaikat datang kepada Maria, Maria menerima panggilan untuk memakai kandungannya sebagai alat Tuhan mengerjakan pekerjaan besar. Mary, you are being blessed, kata malaikat. Ini adalah kasih karunia Tuhan. Kita tidak akan bisa melihat hidup ini sebagai satu window opportunity kalau kita tidak membawanya di hadapan Tuhan dengan satu penghargaan penilaian yang terindah, everything is blessing from God. Kalau kita tidak punya prinsip seperti itu, tawaran yang terbaikpun kadang-kadang kita akan tolak. Tetapi pada waktu kita melihatnya sebagai blessing, kita akan menjalani pengalaman yang mungkin berbeda.

Beberapa bulan yang lalu saya pernah mengutip kalimat yang menarik dari Bob Dylan, pada waktu diwawancara oleh majalah Rolling Stones pada ulang tahunnya ke 50, apakah engkau berbahagia? Bob Dylan menjawab, “Happiness is a yuppies word. But life is not about happy or unhappy. It is about being blessed or unblessed.” Ini satu konsep Kristen yang kental, bukan? Hidup ini bukan soal happy or unhappy tetapi kita diberkati atau tidak. Apapun yang kita dapat, apapun yang kita raih, jika tujuannya untuk membuat kita happy, kita akan menggerutu karena kita merasa semua itu hasil kerja dan usaha kita sendiri, itu hal yang berhak dan layak kita dapat. Tetapi blessing konsepnya terbalik. Walaupun kita mengejar sesuatu, walaupun kita meraih sesuatu, ada satu perasaan sebenarnya hal ini tidak layak datang kepada hidupku. Kalau akhirnya itu terjadi, kita berbahagi karena kita merasa itu sebagai blessing dari Tuhan.

Being blessed. Kalimat malaikat kepada Maria itu unik sekali. Maria terima pemberian Tuhan ini. Tuhan mau engkau mengandung dan melahirkan bayi Yesus yang akan menjadi juruselamat. Menerima ini sebagai berkat untukmu. Maria bersukacita meskipun dia sadar dia akan diejek dan dipermalukan, tetapi dia melihat ini sebagai blessing baginya. Maria menerima kehendak Tuhan. Itu perlu keberanian. Tetapi dia melihat itu sebagai kesempatan, sebagai berkat, sebagai anugerah dari Tuhan. Bagaimana saya bisa menolak hal ini, I am being blessed. Have a great perspective in your life. Mungkin kita belum bisa mengerjakan dan mencapai apa yang kita mau, tetapi please put a great perspective ini: lihatlah semua itu as a blessing from God.

Kedua, Maria berkata, “How could this happen to me?” Maria melihat tidak ada kemungkinan itu terjadi, realitanya tidak bisa, sebab dia belum bersuami. Mau menjadi great, selain melihat hidup ini sebagai blessing, yang kedua, have a great perspective jangan lihat actuality, tetapi lihat possibility dan potensi yang ada di dalam dirimu. Maria belum melihat hal itu terjadi, tetapi dia siap menerimanya. Itu penting. Mau mengerjakan sesuatu, coba kerjakan, siapa tahu di dalamnya ada kemungkinan dan potensi itu. See the potential in your life. Saya percaya, waktu kita ketemu Tuhan kita akan sedikit malu karena terlalu banyak potensi yang belum kita pakai sepenuhnya. Lihat possibility itu, lihat kemungkinan itu di dalam hidup sdr.

Pada waktu orang Eropa pertama kali datang ke South Africa mereka kaget. Mereka melihat anak-anak kecil sedang bermain kelereng. Batu yang dipakai berwarna putih, waktu mereka asah, batu itu menjadi berlian. Di balik hidupmu mungkin banyak raw material yang seperti itu yang engkau tidak lihat dan hanya dipakai untuk bermain saja. Tetapi kalau sdr sungguh-sungguh melihat itu dari mata Tuhan, nothing is impossible. Itu bisa menjadi berlian yang indah di dalam hidupmu. Put it in your perspective, meskipun belum terjadi sekarang.

Saya pernah mengatakan beberapa kalimat, “Tidak ada satu orangpun lahir langsung sukses. Tidak semua orang bisa jadi orang sukses. Tetapi kesuksesan bisa datang kepada siapa saja.” How could this happen to me? Itu question mark yang perlu kita masing- masing jawab. Malaikat mengatakan, nothing is impossible for God. Tahun ini banyak onag mengakhirinya dengan men-toast champagne kesuksesan, tetapi tidak sedikit orang menyeruput kopi kepahitan. Tetapi apapun yang terjadi dalam hidupmu, tahun depan masih ada, kesempatan masih ada, bakat masih terpendam, sdr masih memiliki kemungkinan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Mari hari ini saya minta sdr memiliki sikap itu, jadikan Tuhan prioritas dalam hidupmu. Tahun ini kalau sdr tidak menjadikan Tuhan sebagai prioritas, saya minta sdr menjadikanNya prioritas dalam hidupmu.

Bagaimana kita mengubah hidup dari good menjadi great?

Yang pertama, jangan gentar jika Tuhan meminta kita untuk mengerjakan kehendakNya, sekalipun engkau belum pernah mengerjakannya. Yang kedua, hidup ini jangan pahit memegang apa yang sudah lewat di masa lampau sehingga kita tidak mau melangkah untuk hari depan.

Kita lihat 1 Taw.4:9-10 ada bagian yang sangat menarik sekali di dalam ayat ini. Nama Yabez diberikan ibunya sebab katanya “Aku melahirkan dia dalam kesakitan.” Bukan saja kesakitan, tetapi kepahitan. Pada waktu aku berada di dalam kondisi yang pahit, anak ini lahir sehingga aku memberinya nama Yabez. Itulah hidup kalau yang salah dari yang lampau terus kita bawa. Banyak hal kita tidak bisa great dalam hidup ini karena hambatan dari luar sebab kita terlalu banyak memperhatikan bagaimana perspektif orang kepada hidup kita. Ketakutan akan kegagalan masa lampau yang terus kita simpan di dalam hidup kita sehingga kita tidak berani untuk maju. Pertanyaan saya: apakah nasib kita di masa depan harus ditentukan oleh pengalaman kepahitan kita di masa lampau? Memang betul masa lampau tidak bisa kita hapus dari sejarah hidup kita, tetapi jangan sampai dia mengontrol hidup kita.

Ibu Yabez mengingat kepahitan hidupnya, dia tidak melupakan kegagalan masa lampau. Kita tidak bisa tahu apa yang menjadi kesakitan dan kepahitan dia. Cuma satu hal yang kita tahu, kesakitan dan kepahitan itu tidak dia tinggalkan, tetapi dia jadikan itu jubah bagi keturunannya. Anak ini menanggung penderitaan saya dan saya tidak mau dia lupa hal ini dan saya taruh itu di pundak dia. Ini salah besar. Maafkan. Jangan beri kado kepahitan kepada anakmu. Jangan simpan itu bagi generasi selanjutnya. Berapa banyak orang sampai hari ini tidak sanggup menerobos sehingga hidup ini menjadi indah karena kepahitan dan kegagalan melampaui dan terus dibawa. Saya akui itu tidak bisa lepas dan akan terus menjadi bagian di dalam hidup kita tetapi kenapa kita terus bawa sampai sekarang? Yabez tidak mau. Itu sebab di ayat 10 dia berseru kepada Tuhan, God, enlarge my horizon. Berkati hidupku. Apa yang mau saya kerjakan, janganlah kegagalan dan kepahitan mengikutiku. Berhenti membawa kegagalan dan kepahitan itu di dalam hidup saya. Saya tidak mau. Itu sebab orang ini dicatat di Alkitab hanya untuk mengajarkan kepada kita satu keindahan rahasia hidup seperti ini.

Ketiga, if you want to become a great Christian, raise your bar of expectation. Kita ingin ekspektasi hidup kita terus maju, demikian juga hidup rohani kita. Tercapai atau tidak, itu urusan belakang. Tetapi naikkan terus ekspektasi itu. Jangan ingin terus mengerjakan hal yang sama dalam hidup ini. Jangan merasa kita sudah melakukan pengorbanan yang besar dalam hidup ini. More than that. Angkat ekspektasi sdr.

Di dalam sejarah American Football pernah tercatat satu hal yang sangat mengesankan. Seorang pemain football bernama Roy Riggles dalam pertandingan final melakukan satu touchdown lari begitu jauh. Seluruh penonton terdiam. Baru dia sadar ternyata dia berlari ke gawang sendiri. Dia malu bukan main. Dia menolak untuk melanjutkan permainan di babak selanjutnya. “I’m finish,” katanya. Setengah permainan, pelatih masuk ke dalam dan berkata kepadanya, “Kau bisa pilih, terus duduk di situ dan mengakhiri game ini dengan memory orang tidak pernah lupa Roy Riggles did a memorable touchdown in a wrong side. Atau, you keluar, sebab the game is half over.” Dia berdiri lalu keluar dan dia main. Dan sejarah mencatat di sisa game itu Roy Riggles bermain seperti kesetanan.

Sudah gagal? Sudah salah? Ingat, the game is half over. You still have another game. He raised his bar of expectation. Saya bikin satu kegagalan, saya akan bikin lima kesuksesan. Saya bikin dua kegagalan, saya akan bikin sepuluh kesuksesan. Tahun ini saya baru mengerjakan satu hal. Tahun depan saya akan mengerjakan tiga hal. Itu namanya hidup. Itu namanya ekspektasi. Itu namanya keinginan desire dalam hidup kita. Tidak ada orang besar dalam dunia ini tidak lahir dari mimpi yang besar. Dan tidak ada orang besar dalam dunia ini yang menjadi besar karena tidak memiliki mimpi yang besar. Walaupun kita tahu tidak semua mimpi menjadi realita dalam hidup kita.

Terakhir, 2 Raj.4:3-4, cerita mengenai seorang janda miskin yang ditinggal mati suaminya, hanya mempunyai sebuah bejana kecil yang minyaknya hampir habis. Hidup kembang-kempis. Tidak tahu apa yang bisa dimakan besok. Sampai suatu kali nabi Tuhan datang dan kesempatan Tuhan ingin merubah hidup dia. Kumpulkan bejana sebanyak-banyaknya, pinjam dari tetanggamu, jangan pinjam sedikit. Apa yang terjadi? Minyak dari bejana yang begitu sedikit terus mengalir keluar mengisi seluruh bejana yang ada. Minyak itu tidak habis-habisnya mengalir. Sampai akhirnya tidak ada lagi bejana di rumah itu. Ayat 8 mengatakan ketika bejana itu habis, seketika itu juga minyak berhenti mengalir. Minyak dari Tuhan tidak berhenti karena minyak itu habis. Minyak dari Tuhan itu berhenti sebab bejanamu sudah habis. Waktu kau bawa satu lagi, pasti minyak itu mengalir lagi. Terlalu banyak orang membawa sedikit bejana kepada Tuhan karena pikir pasti bejana itu tidak akan penuh. Ternyata minyak Tuhan terlalu banyak bagi sdr. Kita hidup seperti itu di tahun-tahun yang lalu, bukan? Hari ini saya minta kepadamu memegang prinsip ke tiga ini, Tuhan saya mau raise my bar of expectation with you. Pulang baik-baik pikirkan kembali. Jangan terus berhenti kepada hal yang sudah kita kerjakan di dalam hidup ini lalu rasa puas. Tuhan bilang, bawa bejanamu sebanyak mungkin kepadaNya.(kz)

http://www.griisydney.org/ringkasan-khotbah/2007/2007/12/23/from-good-to-great-in-gods-eyes/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar