Oleh: Pdt. Dr.Erastus Sabdono.M.Th
Saudara-saudaraku yang terkasih, Bila kita
membaca kitab Kejadian 32:22-32, kita akan melihat kisah pergumulan antara Yakub
dengan Allah. Pergumulan itu terjadi ketika Yakub sedang berada dalam puncak
kesulitannya. Pada saat itu ia sedang bermasalah dengan Esau yang telah ia tipu.
Dalam pergumulannya dengan Tuhan, sendi pangkal pahanya terpelecok karena
dipukul. Apa yang kita dapat timba dari pengalaman Yakub ini? Kesombongan
manusia berpijak pada sikap hatinya yang merasa mampu menopang dirinya dengan
segala kemampuan yang ada padanya, sehingga ia merasa sering jatuh pada
kesalahan seperti ini. Dan biasanya pula Tuhan memaksa mereka untuk mengalami
apa yang pernah dialami oleh Yakub. Tuhan akan memukul pangkal pahanya untuk
membuatnya tidak dapat berdiri tegak, dan pada saat itulah manusia akan
menyadari bahwa ia adalah makhluk yang terbatas, dan mulai mengakui kebesaran
Tuhan atas hidupnya. Dalam kisah Raja Nebukadnezar dalam kitab Daniel, kita akan
melihat bahwa raja tersebut tidak lagi mengakui kebesaran Tuhan Semesta Alam
sebagai yang Mahabesar karena ia sudah merasa besar.
Padahal ia sudah
menyaksikan sebelumnya lewat hikmat Daniel. Ia malah hanyut tenggelam dalam
kesombongannya, dan Tuhan menjatuhkannya! (Dan. 4:24-25) Dalam cerita ini kita
akan mengetahui bahwa ketika kita mencoba untuk berpaling kepada kekuatan di
luar Tuhan dan merasa aman, di situ kita akan kurang mengakui atau tidak
mengakui kebesaran-Nya. Dan Tuhan tidak akan tinggal diam. Ia akan meremukkan
kita. Jadi percuma kita berkata kepada Tuhan bahwa Tuhan Mahabesar, kalau
ternyata sikap hati kita tidak dapat membuktikan apa yang kita ucapkan. Sudah
sedemikian hebatkah kita, sehingga kita berani hidup tanpa bergantung pada
kekuatan Tuhan? Banyak contoh dalam Alkitab yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu. Tetapi pada prinsipnya kita menemukan bahwa Tuhan selalu menentang
orang sombong dan mengasihi orang yang rendah hati. Alkitab dalam Yak. 4:6
mengatakan, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih
besar dari pada itu.
Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’” Inilah karakter Tuhan Semesata Alam
yang harus kita kenali betul. Kita tidak bisa memperlakukan-Nya dengan semau
kita, terlebih bila kita adalah kekasih-Nya yang telah coba-coba untuk berzina
dalam hati dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Salah satu hal yang harus
kita takuti dari Tuhan adalah kecemburuan-Nya. Dalam hal ini Tuhan ingin
membentuk hati kita agar mau mengakui kebesaran-Nya dan bergantung penuh pada
kekuatan-Nya. Sebab itu bagi Saudara yang sedang merasa kuat karena memiliki
sesuatu, hati-hati! Janganlah Saudara coba-coba berlindung di balik uang,
prestasi, gelar, karier dan reputasi yang Saudara miliki. Karena itu adalah
perzinaan rohani, dan Tuhan akan meremukkan kita. Ia tidak mau kita terjerumus
dan binasa, itulah mengapa Ia selalu cemburu terhadap hal-hal yang membuat kita
tidak bergantung kepada-Nya. Kecemburuan Tuhan bukan berakar pada ego-Nya,
melainkan berakar pada kasih-Nya. Ia tahu betul kita akan binasa bila tidak
bergantung penuh pada-Nya.
Tuhan cemburu karena Ia ingin menyelamatkan kita dari
kebinasaan, bukan karena Ia iri atau tidak ingin melihat kita hidup senang.
Akhirnya saya ingin mengajak Saudara untuk tetap merasa kecil dan miskin di
hadapan Allah agar supaya benih-benih kesombongan tidak merajalela atas hidup
kita, sehingga Allah dapat berdaulat penuh di dalam hidup kita. SolaGracia
Praise the Lord
BalasHapus