Minggu, 01 April 2012

HAMBA YANG MENDERITA


Khotbah oleh Pdt. Hengky Ch.

Eksposisi Yesaya 52:13 - 53:12

 
Khotbah Yesaya 52:12-15 (TB-LAI)
(12) Sungguh, kamu tidak akan buru-buru keluar dan tidak akan lari -lari berjalan, sebab TUHAN akan berjalan di depanmu, dan Allah Israel akan menjadi penutup barisanmu. (13) Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. (14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia--begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi-- (15) demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat,dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.


Yesaya 53:1-12 (TB-LAI)
(1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap diam dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. (9) Orang menempatkan kuburnya di antara orangorang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

==========================================================

Pendahuluan

Penderitaan dan kematian Tuhan Yesus adalah merupakan hal yang penting dalam kehidupan orang Kristen. Tuhan Yesus menjelang disalibkan mengamanatkan pada murid-murid-Nya untuk mengingat penderitaan-Nya melalui Perjamuan Kudus.

Sentralitas penderitaan Tuhan Yesus bukan hanya merupakan pemberitaan Perjanjian Baru belaka, namun juga merupakan nubuatan Perjanjian Lama. Sekalipun tidak sejelas Perjanjian Baru, Perjanjian Lama memberikan indikasi mengenai penderitaan Tuhan Yesus. Salah satu bagian yang terpenting adalah Yesaya 52:13-53:12. Di dalam perikop ini, penderitaan Tuhan Yesus digambarkan dalam figur penderitaan dari seorang Hamba Tuhan. Identitas sang Hamba Tuhan yang menderita ini telah banyak diperdebatkan. Bagi orang-orang Yahudi tradisional, sang Hamba adalah bangsa Israel yang mengalami penderitaan. Penafsir lain mengidentifikasi sang Hamba sebagai raja Koresy (Yesaya 44:28, 45:1) dan Zerubabel (Ezra 3:2). Dengan membandingkan detil pengalaman sang Hamba, sebagaimana dilukiskan dalam perikop ini, dengan pengalaman yang dialami oleh Tuhan Yesus, kita dapat menemukan kesamaan yang mengejutkan dan jauh dari kebetulan. Pararel ini mendorong kita untuk menyimpulkan bahwa hanya Tuhan Yesus, dan Dialah yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam figur Hamba yang menderita.

Eksposisi Yesaya 52:13-53:12 dapat dibagi dalam beberapa bagian yang saling terjalin satu dengan yang lain. 

Memahami struktur perikop ini memudahkan kita melihat berita yang hendak disampaikan oleh Yesaya.



A. Sang Hamba akan ditinggikan (52:13-15)
     Subyek: Tuhan.
     Obyek: sang Hamba
B. Sang Hamba ditolak oleh sesamanya (53:1-3)
    Subyek: Yesaya / narator
    Obyek: sang Hamba
C. Alasan / penyebab penderitaan bagi sang Hamba: Kita (53:4-6)
    Subyek: Yesaya / narator
    Obyek: orang-orang Israel
D. Sang Hamba disingkirkan oleh sesamanya (53:7-9)
    Subyek: Yesaya / narator
    Obyek: sang Hamba
E. Sang Hamba ditinggikan (53:10-12)
    Subyek: Tuhan
    Obyek: sang Hamba

Sang Hamba akan ditinggikan dan hal ini membuat banyak orang terheran-heran (52:13-15). Ketiga ayat ini, dalam batasan-batasan tertentu, dapat dikatakan merupakan ringkasan dari detil yang diuraikan dalam pasal 53. Ayat 13 memulai bagian ini dengan menekankan bahwa sang Hamba akan berhasil dalam apa yang dilakukan-Nya. Keberhasilan sang Hamba ditekankan dengan mempergunakan tiga kata kerja secara berturut-turut: ditinggikan, disanjung dan dimuliakan (perlu dicatat bahwa dalam Bahasa Ibrani, penekanan dan hal-hal superlatif dinyatakan dengan pengulangan kata yang bermakna serupa). Dalam hal ini berita yang hendak disampaikan adalah bahwa sang Hamba akan sangat ditinggikan oleh karena apa yang berhasil dilakukan-Nya.

Ayat 14 merupakan bagian tak terpisahkan dari ayat 15, dan merupakan suatu perbandingan yang menekankan betapa tercengangnya orang-orang menanggapi keberhasilan sang Hamba. Sama seperti mereka tercengang melihat pederitaan-Nya, demikian pula mereka akan tercengang melihat bagaimana Dia ditinggikan. Hal ini dapat dimengerti kalau kita memperhatikan uraian dalam pasal 53:1-4 mengenai penderitaan sang Hamba. Orang-orang sebangsanya menafsirkan penderitaan-Nya yang begitu dasyat adalah karena dosa-dosa-Nya, sehingga Dia dihukum oleh Allah. Nampaknya mereka menafsirkan bahwa pastilah sang Hamba menanggung dosa yang sangat serius, sehingga Dia harus menderita sedemikian hebatnya.

Sama seperti mereka tercengang melihat penderitaan sang Hamba, demikian pula mereka tercengang melihat bagaimana sang Hamba ternyata begitu sangat ditinggikan (ayat 15). Apa yang mereka saksikan pada diri sang Hamba adalah hak yang belum pernah mereka lihat atau dengar sebelumnya. Pengalaman sang Hamba mengubah secara total konsep mereka mengenai penderitaan dan berkat. Sang Hamba melalui penderitaan-Nya, ditinggikan jauh melampaui kemuliaan pada raja. "Rajaraja mengatupkan mulut" dalam keheranan mereka. Gambaran ini menunjukkan bahwa mereka begitu tercengang, sehingga mereka bagaikan orang bisu, yaitu mereka tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka saksikan dan dengar dengan kata-kata. Apa yang terjadi pada diri sang Hamba melampaui segala pengertian mereka.



Bukankah bagian ini mengingatkan kita apa yang diungkapkan oleh Paulus dalam Flp. 2:6-11, di mana Paulus menungkapkan bahwa setelah penderitaan-Nya, Tuhan Yesus sangat ditinggikan? Penderitaan Tuhan Yesus adalah untuk segala bangsa, dan oleh karena itulah Dia layak ditinggikan di seluruh dunia. Kalau hari ini kita menghormati pahlawan yang mengurbankan dirinya, tidakkah kita lebih menghormati Tuhan Yesus yang menyerahkan diri-Nya, menderita bagi segenap manusia.

Kesederhanaan dan Penderitaan sang Hamba membuat Dia dihindari orang (53:1-3). Pasal ini dimulai dengan pengantar dari sang narator (nabi Yesaya) yang berbicara mengenai apa yang dialami oleh sang Hamba. Ayat 1 merupakan jembatan yang menghubungkan pasal 52:13-15 dengan detil yang diungkapkan dalam pasal 53 ini. Pengalaman sang Hamba membuat orang-orang sulit percaya dengan apa yang diberitakan. Bagaimana mungkin seorang yang begitu menderita kemudian menjadi sangat ditinggikan?
Banyak orang menolak percaya pada Tuhan Yesus bukan karena Dia kurang baik, namun lebih dikarenakan ketidakmengertian. Bukankah kita sering mendengar, atau bahkan kita sendiri mengatakan: "saya tidak akan percaya sampai saya mengerti". Hal mendasar yang harus kita pahami adalah bahwa dalam kemampuan kita yang sangat terbatas ini, banyak hal yang tidak dapat kita mengerti, apalagi pada saat kita mencoba mengerti apa yang dilakukan Allah. Di sinilah kerendahan hati dan iman diperlukan.

Ayat 2 berbicara mengenai kesederhanaan sang Hamba. Gambaran-gambaran yang dipergunakan "sebagai taruk dan sebagai tunas dari tanah kering" memberikan penekanan pada kesederhanaan-Nya. Secara manusia, tidak ada sesuatu yang menarik pada diri sang Hamba yang membuat orang-orang akan tertarik pada-Nya. Saking sederhananya Dia, orang-orang sama sekali tidak memperhitungkan-Nya.  

Keberadaan-Nya sama sekali tidak mengundang perhatian. Bukan hanya demikian; ayat 3 malah memberitahukan bahwa "Ia dihina dan dihindari orang". Dia bukan hanya tidak dipedulikan, Dia dihindari. Orang-orang yang menganggap Dia sebagai seorang yang berdosa dan patut dihindari. Teman-teman sebangsa-Nya menganggap mereka lebih baik dari Dia, sehingga mereka menghina dan merendahkan Dia sebagai orang yang dihukum Allah. Dia dinista dan disingkirkan oleh sesama-Nya.

Sang Hamba Menderita Menggantikan Orang-orang Sebangsa-Nya (53:4-6)

Sebagaimana yang kita lihat dalam struktur perikop ini, pasal 53:4-6 dapat dikatakan merupakan sentral dan titik putar dalam pemahaman mengenai penderitaan sang Hamba. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam bagian ini nabi Yesaya berbicara kepada teman-teman sebangsanya. Gambaran yang kita peroleh adalah, kalau dalam bagian-bagian sebelumnya, Yesaya seolah-olah sedang menyampaikan suatu cerita (dan berbicara sendiri), dalam bagian ini, Yesaya mengarahkan pandangannya kepada orang-orang Israel dan melibatkan mereka dalam kisah penderitaan sang Hamba.
Perhatikan munculnya kata ganti orang pertama jamak!

Kalau orang-orang menganggap bahwa sang Hamba menderita karena dosa-dosa-Nya, bagian ini mengungkapkan fakta yang mengejutkan: penderitaan sang Hamba memang adalah karena dosa, namun bukan dosa-Nya sendiri melainkan dosa kita. Dia menggantikan kita menderita. Sewajarnya bukan Dia yang menderita, namun demi menggantikan kita, Dia menanggung penderitaan itu. Adakah kasih dan pengurbanan yang lebih besar?


Ayat 5 melanjutkan detil kesengsaraan yang dialami oleh sang Hamba. Kata-kata kerja yang dipergunakan semuanya melukiskan penderitaan yang sangat dasyat. Dan ironi yang disampaikan, "oleh bilur-bilur -Nya kita menjadi sembuh". Kesembuhan di disini bukan menunjuk pada kesembuhan fisik, namun menunjuk pada kelepasan dari akibat dosa. Karena penderitaan-Nya yang begitu dasyat, kita menjadi terlepas.

Ayat 6 memperlihatkan apa yang kita lakukan dan apa yang dialami sang Hamba. Menarik untuk dikatakan bahwa dalam ayat ini digambarkan bahwa apa yang kita lakukan semuanya merupakan kehendak kita sendiri. Namun, sebagai akibat kita menuruti jalan kita sendiri, sang Hamba menanggung sengsara. Dia menanggung konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Bayangkan betapa berharganya penderitaan dan pengurbanan Tuhan kita Yesus Kristus. Bayangkan, apa yang akan terjadi kalau saja Tuhan Yesus tidak menderita dan mati bagi kita di Golgota. Bayangkan betapa serius dan mengerikannya dosa. Bayangkan betapa mulianya kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Paulus mengungkapkan bahwa kita diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Tuhan Yesus bukan pada waktu kita berbuat baik dan menyenangkan Tuhan, namun pada waktu kita masih merupakan musuh musuh Allah (Roma 5:10). Adakah kasih yang lebih besar?


Penderitaan Sang Hamba Mengakibatkan Kematian-Nya dan Dalam Kematian-Nya, Dia Dipermuliakan (53:7-9)


Bagian ini memperlihatkan bahwa penderitaan yang dialami mengakibatkan sang Hamba meninggal. Dalam penyerahan diri-Nya, menanggung penderitaan dan akibat dosa orang-orang sebangsa-Nya, sang Hamba menyerahkan nyawa. Dia tidak melawan, tidak membantah ketidakadilan yang menimpa diri-Nya. Dalam ketaatan-Nya Dia menyambuat kematian. Gambaran ketaatan ini dinyatakan dalam ayat 7 sebagai ketaatan seekor domba. Ketaatan-Nya ditekankan dengan dua kali mengulang pernyataan: "tidak membuka mulut-Nya". Kalau dalam ayat 6 kita semua digambarkan sebagai domba yang sesat, ayat 7 menggambarkan sang Domba Allah yang menanggung akibat dosa kita tanpa membuka mulut-Nya.

Ayat 8 melanjutkan dan memperjelas apa yang dialami oleh sang Hamba. Akibat pemberontakan umat Tuhan, sang Hamba harus menyerahkan nyawa-Nya. Dan dalam kematian-Nya pun orang menganggap Dia rendah. Dia tetap tidak diperhitungkan oleh manusia; namun tidak demikian dalam pandangan Allah. Ayat 9 memperjelas hal ini. Dalam Alkitab LAI, ayat ini diterjemahkan "Orang menempatkan kubur-Nya di antara orang-orang fasik, dan dalam mati -Nya Ia ada di antara penjahatpenjahat, sekalipun Dia tidak berbuat kekerasan atau tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya". Dalam bahasa Ibrani, ayat itu dapat diterjemahkan "Kuburnya ditempatkan bersama orang-orang fasik namun dalam kematian-Nya Dia bersama dengan orang kaya; karena Dia tidak melakukan kekerasan, demikian pula tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya". Hal ini menggambarkan apa yang dibayangkan oleh orang banyak, dan apa yang merupakan kenyataan dalam pengalaman sang Hamba.



Sang Hamba dilukiskan mati bagaikan seorang pesakitan, namun dalam kematian-Nya, orang kemudian menempatkan kubur-Nya bukan di antara pesakitan, namun di antara orang kaya. Di sini kita mulai melihat gambaran kemuliaan. Dia sudah menanggung penderitaan dan sekarang saatnya Dia dipermuliakan.
Kalau kita membandingkan bagian ini dengan penderitaan Tuhan Yesus, kita akan terkejut melihat betapa tepatnya penderitaan Tuhan Yesus digambarkan dalam nubuat ini (ingat nubuat ini diucapkan kira-kira 700 tahun sebelum peristiwa penyaliban Tuhan Yesus). Tuhan Yesus dilukiskan mati menggantikan kita (Mat. 20:28), Dia tidak membuka mulut membela diri dari tuduhan-tuduhan palsu, Mat. 27:12, Dia disalibkan di antara penjahat, Mat. 27:38; dan dalam kematian-Nya, Dia dikuburkan dalam kubur yang disiapkan oleh Yusuf Arimatea, seorang kaya raya, Mat. 27:57. Karena itulah, dengan penuh keyakinan kita mengatakan bahwa nubuat ini berbicara mengenai Tuhan Yesus. Dialah sang Hamba yang menderita itu.

Setelah Penderitaan-Nya, Allah Meninggikan dan Mempermuliakan Sang Hamba
Ayat 10 memberitahukan bahwa penderitaan yang dialami oleh sang Hamba adalah bagi orang orang sebangsa-Nya, namun semua itu terjadi dalam kehendak Allah. Segala sesuatu yang terjadi atas diri sang Hamba tidak lepas dari campur tangan Allah. Sang Hamba sekarang mempersembahkan diri- Nya sebagai kurban bagi orang-orang sebangsa-Nya. Dengan demikian, kehendak Tuhan terpenuhi dalam diri-Nya. Allah dipuaskan dan penebusan tersedia. Keselamatan dapat dianugerahkan secara cuma-cuma, karena Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya membayar harga yang diperlukan.
Ayat 11 dan 12 mengakhiri kisah penderitaan sang Hamba ini dengan melukiskan kemuliaan yang diterima sang Hamba. Dia akan membenarkan banyak orang dan memenangkan banyak orang. Dia dipandang hina dan disingkirkan, namun Allah berkenan memberikan orang-orang terhormat menjadi pengikut-Nya. 

Penderitaan-Nya bukan untuk diri-Nya sendiri dan tidak berlalu dengan sia-sia. Dia berfungsi sebagai Imam, menjadi Jurusyafaat bagi banyak orang. Melalui diri-Nya orang-orang berdosa memperoleh kelepasan dan keselamatan.

(Pdt. Hengky Ch. adalah alumnus SAAT yang melanjutkan studi di Amerika)
Sumber: Majalah TRINITAS Edisi I / 1998
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Kristen Abdiel Trinitas, Surabaya.