Minggu, 29 Januari 2012

Hati yang Suci

"Berbahagialah orang yang suci hatinya,  karena mereka  akan melihat Allah”
 
Oleh Benny Solihin
Nats     : Matthew 5:8 
Pendahuluan
Seorang Pendeta pernah bercerita tentang kisah pemilihan majelis di gerejanya.  Setelah melalui proses pemilihan yang cukup seru maka terpilihlah 10 orang untuk menjadi majelis dalam periode yang baru. Lalu tibalah mereka pada acara pemilihan ketua majelis.  Hampir semua majelis yang baru terpilih mendesak seorang bapak, katakanlah  bapak A, untuk menjadi ketua majelis. Tetapi berulang kali bapak A berkata: “Jangan saya tidak bisa, saya tidak pantas, sungguh jangan saya tidak mau!”  Akhirnya, pemilihan ketua majelis diadakan dengan cara setiap orang menulis di selembar kertas kecil sebuah nama yang difavoritkan untuk menjadi ketua.
     Setelah 10 orang majelis itu selesai menulis dan kertas dikumpulkan, kemudian nama-nama di kertas itu dibacakan dan hasilnya ditulis dipapan tulis. Ternyata dugaan semua orang tidak meleset, dari kertas pertama sampai kertas kesembilan nama yang tertulis adalah nama bapak A. Semua orang tertawa dan menyalaminya. Bapak A menjadi rikuh dan berkali-kali berkata: “Jangan, jangan saya orang lain saja. Saya tidak mau!”  Ketika orang sedang sibuk menyalaminya, sang pendeta berkata: “Coba bukalah kertas yang terakhir?”  Semua orang tenang kembali, kemudian kertas kecil itu dibuka dan nama yang terakhir itu adalah juga nama bapak A. Itu berarti bahwa bapak A telah memilih dirinya sendiri.
     Sdr-sdr, semua orang menjadi bingung dan bertanya-tanya tentang diri bapak A, “mengapa yang dikatakan oleh bapak A berbeda degan yang tersimpan di dalam hatinya?”  Dengan kata lain, “mengapa  citra yang diberikan oleh bapak A kepada orang-orang di sekelilingnya berbeda dengan integritas yang ada di dalam dirinya.”
 

Godaan yang kuat bagi rohaniwan

     Sdr-sdr, seorang rohaniwan mungkin saja tidak terlalu mudah tergoda untuk memiliki harta yang bukan miliknya, atau wanita yang bukan istrinya, atau pria yang bukan suaminya, atau kekuasaan yang bukan bagiannya, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa seringkali seorang rohaniwan lebih mudah tergoda untuk menampilkan citra lebih daripada integritas.
 
     Sdr-sdr, Citra adalah kesan yang kita berikan kepada orang lain tentang diri kita, sedangkan integritas adalah realita diri kita yang sesungguhnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan integritas sebagai    “ keterpaduan; kebulatan; keutuhan”. Tentu yang dimaksud adalah keterpaduan, kebulatan, keutuhan antara apa yang di luar dan apa yang ada di dalam; antara apa yang dikatakan dengan apa yang tersimpan di dalam hati. Dengan kata lain, integritas adalah kejujuran.
 

Latar-belakang

     Sdr-sdr, perkataan Tuhan Yesus dalam ucapan bahagia yang berbunyi, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” mempunyai latar belakang di mana Tuhan Yesus melihat kehidupan para rohaniwan saat itu, yakni orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang berusaha memberikan citra  mereka yang begitu rohani di mata publik, lebih dari keadaan mereka yang sebenarnya.
 
     Sdr-sdr, sekilas pandang, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat  adalah orang yang sangat ketat melakukan ibadah dan hukum-hukum agama. Mereka berpuasa, berdoa dan membayar perpuluhan mereka dengan setia. Mereka bergaul dengan hukum-hukum Tuhan, menyelidikinya dengan teliti, menjalankannya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup mereka yang tertinggi. Tiada hari yang mereka jalani tanpa Taurat Tuhan.
      Mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai penjaga hukum Allah.  Mata mereka bisa bersinar dengan tajam ketika melihat  seseorang melanggar hukum Allah. Mereka adalah polisi-polisi Allah yang menjaga agar orang-orang Yahudi tetap taat pada hukum-hukum Allah.  Tak heran, mereka menjadi tumpuan dan panutan masyarakat. Citra mereka sangat baik.
      Namun demikian, mereka tidak dapat mengecohkan mata ilahi Yesus.  Menara gading citra yang nampak indah menjulang tinggi, tidak dapat mencegah Yesus untuk melihat dasar fondasinya.  Dan ketika Yesus melihat dasar fondasinya Yesus mengecam mereka.
 
     Kecaman Yesus yang keras tertulis di dalam Matius pasal 23. Dalam ayat ke 25-26, Yesus berkata:
“Celakalah kamu, hai ahli-hali Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”
 
Kata celakalah dalam bahasa Yunani (ouai)  mengandung pengertian kemarahan dan juga kedukaan. Yesus geram dan juga sedih melihat kehidupan para rohaniwan saat itu.  Yesus mengecam mereka dan berkata:
1.      “Bagian luar dari cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya,”  Sdr-sdr, ini  menunjukkan bahwa orang Farisi dan ahli Taurat mempunyai perhatian khusus untuk menjaga citra mereka di mata publik.  Mereka melakukan itu karena mereka sadar sepenuhnya, bahwa citra adalah bagian yang jelas dilihat oleh orang banyak. Hormat dan pengakuan orang banyak kepada mereka sangat tergantung dari citra yang mereka berikan. Oleh karena itu, mereka menjaga nama baik mereka, reputasi mereka, penampilan mereka.
 
2.      “Tetapi sebelah dalamnya penuh dengan rampasan dan kerakusan” menyatakan betapa berbedanya citra mereka dengan integritas mereka. Mereka coba memoles citra tetapi mengabaikan integritas. Karena integritas ada di dalam dan tidak terlihat oleh mata manusia, mereka merasa aman.  Di dalam ruang nyaman inilah mereka ada sebagaimana yang mereka ada; mereka berpikir sebagaimana yang mereka pikirkan, mereka hidup sebagaimana yang mereka inginkan. Mereka memuaskan keinginan dan kerakusan serta kedagingan mereka: melahap, menindas, penuh kebencian, kebohongan, kesombongan dan ketidak-setiaan;  menggambil dan jarang memberi; menerima dan jarang membagi. Inilah keadaan mereka yang sebenarnya. Tidak heran Yesus mengecam mereka dan menyebut mereka munafik!
     R.C. Sproul berkata: “Orang munafik adalah pemain sandiwara moral yang memakai topeng untuk menutupi keadaan diri yang sesungguhnya. Ia berpura-pura lebih benar dari keadaan yang sebenarnya. Kehidupannya ialah kepalsuan yang terlindungi.”
 
3.      “Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih,”  Sdr-sdr, Yesus menyamakan para rohaniwan yang demikian itu dengan orang buta yang tidak pernah melihat wajahnya sendiri di dalam cermin. Mereka disibukkan dengan imajinasi akan reputasi diri mereka, tetapi tidak mau introspeksi diri  dan menyadari realita yang ada.
     Namun demikian, di sini Yesus memberikan satu prinsip “kebangunan” untuk para rohaniwan itu, yaitu  inside-out, yang artinya dari dalam ke luar. Bereskanlah yang di dalam lebih dahulu, yang tidak kelihatan oleh mata orang lain, maka yang di luar dengan sendirinya akan mengikuti.

Hati sebagai pusat

     Inside-out itulah prinsip pembaharuannya. Dimulai dari dalam, dari hati. Yesus tidak berkata, “berbahagialah orang yang  cerdas pikirannya” atau “berbahagialah orang yang gagah perawakkannya atau cantik parasnya,”   tetapi Ia berkata, “berbahagialah orang yang suci hatinya.” 
      Hati adalah pusat dari kehidupan batin seseorang di mana seluruh kekuatan dan fungsi spiritual berasal. Bagi Allah hati seorang rohaniwan merupakan standard ukuran dari pada pelayanannya. Oleh karena itu Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya.” Namun apa yang Yesus maksudkan dengan “orang yang suci hatinya” itu?  Apakah itu berarti hati yang tidak berdosa sama sekali?  Kalau memang demikian adakah orang yang seperti itu?
 

Definisi  “Orang yang Suci Hatinya”

      Dalam banyak terjemahan bahasa Inggris tidak ditulis dengan “holy in heart” (suci hatinya) tetapi “pure in heart” (murni hatinya).  Kata Yunani yang dipakai untuk kata suci di sini adalah katharos yang berarti bersih. Istilah ini kadang kala dipakai untuk menunjuk susu atau anggur yang tidak dicampur dengan air sedikit pun, atau logam yang dipanaskan sedemikian rupa sampai semua kotoran yang melekat padanya sirna.
 
Jadi, orang yang suci hatinya adalah:
·        orang yang hatinya murni, bersih, tidak tercemar, tidak terisi dengan kelicikan; orang yang bebas dari motif yang tidak benar. 
·        orang yang tidak pandai bersandiwara, transparan di hadapan Allah dan manusia; orang yang penampakkan luarnya sama dengan apa yang ada di dalam hatinya. Dengan kata lain orang yang memiliki integritas.
 

Antara Citra  dan  Integritas

      Orang yang memiliki integiritas tidak punya apa pun untuk disembunyikan dan tidak punya apa pun untuk ditakuti. Kehidupan mereka seperti buku terbuka yang diterbitkan memang untuk dibaca. Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih cenderung  adalah siapa diri kita yang sesungguhnya. Dan siapa diri kita yang sebenarnya, pada gilirannya menetapkan apa yang kita lakukan.   Integritas yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik.
 

Mereka akan melihat Allah

     Orang-orang yang seperti inilah yang disebut Tuhan berbahagia karena ia akan melihat Allah. Ia akan melihat Allah di dalam  kehidupannya, keluarganya, pelayanannya, dan dalam orang-orang yang dilayaninya. Di mana pun ia ada ia akan selalu melihat Allah, karena ia memiliki hati yang sama dengan hati Allah: lurus, murni adanya.
 
http://www.sumberkristen.com/

ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA HAL

Pdt. Dr. Stephen Tong

Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan
bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah, (Roma
8:28). Ayat ini tidak pernah kau temukan di dalam buku-buku klasik dari Gerika kuno. Juga
penginterpretasian yang begitu tepat dan akurat, begitu baik dan total seperti ayat ini tidak akan dapat
kau temukan dalam buku-buku Aristotle, Plato, Socrates, Heraclitos, Lucresius, Empedocles, Homer.
Kau tidak mungkin dapat menemukan ayat yang seindah ayat ini di dalam filsafat Descrates,
Kiekegaard, ataupun Kant. Satu-satunya sumber bijaksana yang begitu besar di dalam alam semesta,
yaitu Roh Kudus, mewahyukan kebenaran kepada manusia melalui Rasul-Nya, Paulus, sehingga dia
mengatakan kalimat yang mengandung makna yang amat dalam ini. Paulus menemukan kunci untuk
mengerti segala sesuatu berdasarkan wahyu Tuhan kepada manusia. Kita melihat ayat ini menonjol
sendiri di dalam seluruh Alkitab. Ayat ini sangat unik, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita,
peristiwa yang besar atau yang kecil, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, pengalaman yang
pahit atau manis, yang mematikan atau menghidupkan, yang menguntungkan atau merugikan,
mempunyai hubungan satu dengan yang lain, dan Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu, atau Allah
bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan faedah bagi orang yang mengasihi-Nya.
Untuk menterjemahkan ayat ini saja terdapat begitu banyak versi, sebab begitu banyak
kemungkinan menurut bentuk dari bahasa aslinya. Dikatakan di sini kita tahu bahwa Allah turut bekerja
di dalam segala sesuatu; God is working with all things, in everything He works; Allah bekerja di dalam
segala sesuatu atau yang diterjemahkan di sini menjadi 'Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu'.
Terjemahan bahasa Mandarin: di dalam segala sesuatu ada kekuatan yang bekerja bersama untuk
mendatangkan faedah bagi mereka yang mencintai Tuhan. Terjemahan NSV, ayat ini dikaitkan dengan
ayat sebelumnya, bahwa Roh Kuduslah yang turut bekerja di dalam segala sesuatu yang terjadi,
sehingga barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan profit dan kebaikan. Terjemahan bahasa
Indonesia cukup indah, tetapi istilah turut bekerja kurang mencerminkan Allah sebagai inisiator. Allah Sebagai
Inisiator
Because all things work together for good to those who love God. And God is working within all
things; Allah ikut bekerja dalam segala sesuatu. Allah bekerja untuk mengatur segala sesuatu. Dia bukan
hanya ikut-ikutan bekerja sebagai oknum yang pasif. Dia adalah inisiator yang mengontrol, memonitor
dan menguasai sejarah. Allah kita adalah Allah yang memimpin sejarah, Tuhan dari sejarah. Allah kita
tidak mungkin membiarkan segala sesuatu terjadi tanpa campur tangan atau izin-Nya. Yang
direncanakan berada dalam kehendak-Nya, yang diizinkan berada dalam kehendak-Nya, yang dibiarkan
sekalipun tetap berada dalam kehendak-Nya. Allah memberikan kemungkinan dengan segala kebebasan
yang liar, berbuat apapun, tapi akhirnya tetap dikuasai oleh-Nya. Jangan mengira kalau kita mau berbuat
apa-apa, maka Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa. Allah membiarkan kita berdosa, membiarkan kita
memakai kebebasan kita yang liar, tapi akhirnya kebebasan seperti itupun tidak bisa terlepas dari
penghakiman-Nya. Dengan demikian orang Kristen mengetahui bahwa kedaulatan Tuhan berada dan
melanda di dalam segala bidang, segala katagori, segala peristiwa dan segala sesuatu. Pemahaman ini
akan membuat iman kita menjadi kuat.


Segala Sesuatu Bekerja Sama
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang paling dalam untuk mengerti segala sesuatu yang terjadi di
dalam kosmos mempunyai makna dan telos (Yun: tujuan terakhir, Red) yang sesungguhnya. Allah
memberikan segala sesuatu kepada manusia, Dia mengizinkan segala sesuatu terjadi, dan Dia juga ikut
memonitor segala sesuatu di dalam sejarah. Tetapi apakah maksud segala sesuatu? Apakah sebagai
peristiwa yang berkeping-keping ataukah sebagai totalitas? Jawabannya, bukan berkeping-keping dan
terpecah belah, tetapi merupakan ketotalan. Ada kaitan antar satu peristiwa dan peristiwa lain, sehingga
orang Kristen mempunyai pandangan total tentang hidup. Kita menangkap dan mengerti segala sesuatu
bukan sebagai peristiwa yang terpisah-pisah oleh waktu, oleh periode sejarah, oleh peristiwa-peristiwa
yang bersifat fragmental, melainkan sebagai peristiwa yang total.
Seorang ayah memberikan mainan puzzle yang terdiri dari ribuan keping kepada anaknya. Anak itu
bertanya, "Kalau saya sudah menyusunnya, akan menjadi gambar apa?" "Kau akan mendapatkan
gambar peta dunia," jawab ayahnya. Si anak mulai menyusun, tetapi alangkah sulitnya menggabungkan
potongan-potongan kecil dari peta dunia, karena setiap potongan itu hampir sama: garis, warna sungai,
kota, tempat, hanya itu saja. Anak itu menggabungkan potongan-potongan itu dengan susah payah.
Akhirnya sang ayah berkata, "Kalau kaubalikkan semua potongan-potongan kecil itu, kau akan dapat
mengerjakannya dengan mudah." Maka si anakpun berusaha membalikkan semua potongan kecil.
Akhirnya dia mulai menemukan bahwa apa yang dikerjakan memang gampang. Karena di balik
potongan itu terdapat warna yang gampang untuk dicocokkan. Setelah dia menggabungkan semuanya
itu, dia menemukan bahwa gambaran yang jadi adalah Yesus kristus. Lalu diberikan lem dan dibalikkan,
ternyata peta dunia sudah jadi. Mengertikah Anda akan maksud saya?
Orang Kristen berbeda dengan orang yang bukan Kristen. Orang Kristen dididik dan diajar dengan
kalimat yang agung ini, all things work together for good to those who love God. Ini merupakan
pekerjaan Tuhan di belakang layar. Kalau kau memang adalah anak Tuhan yang mengasihi-Nya, tetapi
dalam hidupmu terjadi hal-hal yang berlawanan dengan kesejahteraan, kesehatan, dan keinginanmu,
jangan kecewa, menangis, dan mengeluh dengan tidak henti-hentinya. Karena kalau kau merasa sulit
untuk menyusun semua kepingan-kepingan yang bisa menjadi gambaran total, pasti ada maksud Tuhan yang
baik untukmu, pasti semua itu membawa akibat yang baik buatmu. Sampai kapankah iman kita
baru bisa menyanyi seperti ini, "Biarlah segala sesuatu terjadi pada diriku, karena semua itu menjadi
kebaikan bagiku yang mencintai Tuhan." Sampai kapankah kita bisa mempunyai iman yang teguh,
sehingga kita berteriak seperti ini, "Biarlah semua kepahitan, penganiayaan, kesulitan, dan semua yang
tidak aku inginkan menimpa diriku, aku tetap memuji Tuhan. Karena di belakang segala kepahitan,
penderitaan, kesengsaraan, kerugian ada topangan dari tangan Tuhan, untuk memberikan faedah bagi
diriku." Bila kerohanian seseorang sudah mencapai tahap ini, dia akan menjadi stabil luar biasa: biar
diancam, diiri, dihantam, difitnah, diumpat, dia tetap tenang dan tersenyum.


Segala sesuatu bekerja bersama? Memang. Allah tidak mencetak peta dunia yang kelebihan satu
atau kekurangan satu, sehingga akhirnya menjadi ompong-ompong. Tidak! Karena jikalau kau mengenal
kehendak Kristus dan rencana Tuhan yang kekal secara total, maka hidup yang berada di dalam
hidupmu dan pengalaman yang terjadi dalam hidupmu tidak ada satupun yang bisa dihapus.
Banyak orang Kristen tidak mau digarap oleh Tuhan. Hanya mau sebagian, tidak mau all things.
Hanya mau something, not all things. Only something and make you nothing. All things will make you
something. Kalau kau tidak rela diatur oleh Tuhan dalam semuanya, kau always become nothing. Tapi
bila kau menerima segala sesuatu dengan pengertian, ketaatan yang penuh, dan bijaksana yang dari
Tuhan, kau akan dibentuk oleh Tuhan menjadi sesuatu.
Dua ribu dua ratus lima puluh tahun yang lalu Mensius berkata, tian jiang da ren yu shi ren ye, pi
xian lao qi jing gu, jo qi fu; jikalau langit memberikan tugas yang berat kepada orang yang tertentu,
maka orang itu pasti diberikan kesengsaraan besar, dilatih sampai semua ototnya lelah, dan hatinya
penuh kepedihan, barulah dia akan menunaikan tugasnya. Sekali lagi saya menegaskan, tanpa salib tidak
ada kebangkitan; tanpa kematian, tidak ada mahkota; tanpa Getsemani, tidak ada kemuliaan. Inilah cara
Tuhan. Pada waktu kita berada di dalam kesulitan, kita berusaha melarikan diri, tetapi Allah
menghendaki kita mengalami segala sesuatu yang diizinkan datang melanda kita sebagai kesempatan
untuk mendapatkan kemenangan.



Mendatangkan Faedah
Di sini kita melihat ada campur tangan Tuhan Allah di dalam segala sesuatu, dan semua campur
tangan Allah mempunyai makna yang khusus: mendatangkan faedah, dan faedah ini khusus diberikan
kepada mereka yang mencintai Dia. Mengapa Tuhan memperbolehkan kesengsaraan berada di dalam
dunia? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan-kegagalan pribadi terjadi? Mengapa Tuhan tidak
menolong pada saat kita sedang dicobai setan, bahkan kadang-kadang memperbolehkan kita berada di
dalam cengkeramannya? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sulit ini sudah diberikan oleh
orang-orang di dunia, baik para filsuf, moralis atau agamawan. Tetapi kecuali kita kembali kepada Kitab
Suci, kita tidak mungkin mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk hal ini. Mengapa Tuhan
memperbolehkan sengsara itu ada? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan itu berada? Jika saya
adalah seorang yang mengajar anak saya menyetir mobil, lalu pada waktu kesulitan tiba -- kalau
memang dalam jangkauan saya--, saya akan berusaha mengerem, sehingga tidak akan terjadi tabrakan.
Mengapa Tuhan tidak mengerem? Mengapa Dia tidak memberikan interverensi darurat pada waktu
kesulitan-kesulitan terjadi? Mengapa Tuhan memperbolehkan segala marabahaya terjadi? Mengapa, mengapa,
mengapa? Kita bertanya dan bertanya terus. Sepanjang hidup, manusia adalah satu-satunya
makhluk yang tidak habis-habisnya bertanya tentang peristiwa-peristiwa seperti ini.
Mengapa Allah memungkinkan dan membiarkan segala sesuatu terjadi? Martin Luther berkata,
"There are no why in the heart of the true believer" ; tidak ada kata "mengapa" di dalam hati orang-orang
yang sungguh beriman kepada Tuhan. Karena iman yang sejati sudah mencakup penerimaan dan
pengertian bahwa Allah tidak mungkin berbuat salah. Kalau Allah tidak mungkin berbuat salah, maka
segala sesuatu yang Ia izinkan terjadi pada diri kita adalah hal yang mempunyai faedah yang luar biasa
meskipun di luar kesanggupan kita untuk mengerti.
Pada waktu kepicikan, menderita penyakit, mengalami kesulitan atau disalahmengerti, diserang
oleh orang lain; pada waktu kau harus mengalami segala kesusahan yang jauh lebih berat dari
kemungkinan yang dapat kau tanggung, jawablah because Thy will is like this, I except all of them,
karena kehendak-Mu memang begitu indah. Kehendak Tuhan bukan saja indah di hari di mana kau
mengalami kesuksesan, diberi berkat dan hadiah, kehendak Tuhan yang indah termasuk saat-saat kau
diizinkan untuk menerima penderitaan dan kesulitan yang besar. Saya bukan pendeta yang berkata
kepadamu, "Percaya kepada Tuhan, beri pesembahan sebanyak mungkin, supaya kau mendapatkan
curahan berkat dari surga, sehingga menjadi kaya raya." Saya berkata kepadamu, di antaramu ada yang
akan diberi kelancaran, kesehatan dan kekayaan, tapi sebagian mungkin akan diberi kecacatan,
kesulitan, dan segala penderitaan. Saya tidak tahu siapa. Tapi iman bukan hanya menyanyi di siang hari,
iman juga bisa menyanyi pada waktu malam yang gelap. Iman bukan hanya memuji pada waktu lancar,
iman selalu bersyukur di dalam penderitaan.


Mereka yang lancar, yang sukses, yang kaya, stop membanggakan diri, merebut kemuliaan Tuhan
Allah dan menghina orang lain. Sedangkan mereka yang menangis, yang menderita dan yang berada di
dalam kesengsaraan, yang sedang memikul salib berat, stop hujat Tuhan, stop mencela nama-Nya dan
berhenti berbuat dosa dalam usaha untuk menyelesaikan kesulitan itu. Segala sesuatu yang diizinkan
Tuhan terjadi di dalam hidup kita ada maksud tertentu yang sekarang terselubung dengan fenomena-fenomena
kesulitan, tetapi ada suatu pencerahan, pada waktu kau masuk ke dalam dirimu yang terdalam
untuk menemukan jawaban dari Tuhan.
Pada waktu gereja berada di dalam kesulitan, pada waktu orang Kristen mencucurkan air mata,
pada waktu kita mengalami segala kepicikan, jangan lupa bahwa Tuhan sedang menyatakan
kemungkinan yang lain di luar dalil dan rumus-rumus umum darimu. Mari kita semua melepaskan diri
dari segala kemungkinan yang mengakibatkan kita tercerai berai dari rumus dan pimpinan Tuhan yang
dinamis dan begitu indah. Biarlah kita tetap peka dan betul-betul rendah hati dan taat kepada Tuhan
setiap saat. Katakanlah, "Tuhan, segala sesuatu yang terjadi telah membawa aku lebih dekat kepada-Mu.
Untuk yang baik, saya bersyukur kepada-Mu, bukan karena jasaku yang tidak baik, yang tidak
menguntungkan, juga bukan satu hal yang khusus Tuhan pakai untuk menghantam saya, melainkan
Tuhan memakainya untuk melatih diriku menjadi lebih baik."
Calvin dan komentator lain seperti F.F. Bruce melihat bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya
sebagai latihan buat orang Kristen saja. Namun saya melihat hal lebih luas dari itu, melampaui sekadar
pengalaman pahit bagi orang Kristen saja. Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang tidak kita
inginkan terjadi? Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang seharusnya tidak terjadi? Saya tidak
tahu. Tapi saya tahu satu hal, untuk menyempurnakan yang di dalam, perlu memotong bagian bagian
yang di luar; untuk menyempurnakan yang lebih kekal, perlu ajaran yang diberikan pada bagian luar.
Kadang-kadang Tuhan harus memotong sesuatu, harus memukul sesuatu, sehingga kerugian yang
sementara mengakibatkan kesempurnaan yang kekal. Penderitaan kedagingan mengakibatkan suatu
kenikmatan rohani, sehingga kerusakan dan kekurangan secara fenomena dan hal yang terjadi di dunia
mengakibatkan kita memikirkan hal yang kekal.         Sebuah buku apologetika komunisme untuk melawan
kekristenan yang saya baca mengatakan,
"Jika orang Kristen mengatakan bahwa orang komunis bersalah banyak membunuh rakyatnya, kita akan
membantah dengan berkata, 'Allahmu bersalah membunuh manusia lebih banyak daripada orang-orang
komunis.' Satu kali bencana alam, seperti gunung meletus atau badai laut besar, ratusan ribu orang yang
tidak bersalah harus dibunuh." Di dalam Kitab Suci kita melihat hal yang paling tidak masuk akal, atau
yang paling tidak bisa kita mengerti adalah peristiwa yang terjadi dalam hidup Ayub. Kesepuluh
anaknya mati dalam satu hari, harta benda dirampas dan semua yang dia miliki lenyap dari tangannya.
Bukan saja demikian, istrinyapun mulai meninggalkan dia. Hampir tidak ada contoh yang lebih
mengerikan, tidak ada malapetaka yang lebih besar, yang bisa kita bayangkan daripada peristiwa yang
terjadi pada diri Ayub. Hal tersebut perlu dicatat di dalam Alkitab, sehingga dari zaman ke zaman,
waktu manusia bertanya, 'mengapa?' (sebenarnya kita tidak berhak bertanya) dia boleh mencatat
peristiwa Ayub. Alkitab mencatat akhirnya Tuhan mengembalikan semua milik Ayub yang hilang dua
kali lipat dari sebelumnya.
Mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi? Di dalam iman, kita tidak perlu bertanya,
"mengapa?" Jawabannya bukan dari spekulasi kepintaran kita, melainkan dari Kitab Suci: Allah belum
pernah berbuat salah. Dan di dalam segala penderitaan, kesulitan dan bahkan kematian yang terjadi pada
diri orang-orang yang mencintai Dia, ada rencana dan pemeliharaan yang kekal, yang jauh lebih tinggi
daripada fasih lidah kita untuk berdebat, daripada pikiran kita berlogika, dan spekulasi kita dengan
jawaban yang tidak sempurna.
Puji Tuhan! Jikalau hidupmu penuh dengan gelombang, pengoyakan, penyaringan, penggeseran,
ujian, cobaan, namun akhirnya kau menang. Waktu kau bersaksi, kau tenang. Kalau orang lain sedang
mengalami sesuatu, langsung kau bisa mengucapkan kata-kata yang indah yang bisa menenangkan dia.
Bila orang lain menceritakan kesulitannya, kau langsung mengeluarkan kata-kata mutiara untuk
menghibur dia. Bila ada yang tawar hati, kau langsung mengucapkan kata-kata perjuangan untuk
mendorong dia.



Karena Kita Tahu
Jika pada ayat-ayat sebelumnya kita mendapati bahwa kita sebagai buah-buah sulung Roh
Kuduspun turut mengeluh, kita berada di dalam keadaan sengsara, penderitaan dan kesulitan yang tidak
berbeda dengan mereka yang belum diselamatkan, yang bukan anak Tuhan. Kita adalah orang-orang
yang sama-sama berada di dalam penderitaan tetapi status kita berbeda, karena kita adalah anak-anak
Allah. Jika perbedaan status tidak membawa perbedaan kenikmatan, apa pula artinya? Memang hampir
tidak ada perbedaan antara orang Kristen dan orang yang bukan Kristen dalam menghadapi kenikmatan
dan kesengsaraan di dalam dunia. Tetapi ada kenikmatan tertentu di dalam pengertian rohani orang
percaya yang memberikan kesadaran dan kekuatan untuk melampaui segala sengsara sebagai fenomena
yang sementara ini. Pada saat Paulus mengatakan kita tahu, dia sedang mengadakan perbedaan antara
orang Kristen dan orang bukan Kristen, yaitu kita orang Kristen --mengetahui bahwa kita mempunyai
pengertian yang berbeda dengan orang lain. Meskipun sama-sama berada dalam penderitaan, dalam
kesulitan-kesulitan duniawi ini, orang Kristen mempunyai semacam kesadaran dan pengetahuan yang
tidak mungkin dimiliki oleh mereka yang belum mengerti akan wahyu dari Tuhan Allah.          Orang Kristen yang
beriman, yang bervisi dan mempunyai pengertian melalui iman yang
mendatangkan visi yang benar itu berani berkata seperti ini, "Karena kita tahu; because we know."
Sejarah mencatat bagaimana orang Kristen di abad pertama mengalami pencemoohan, penganiayaan,
penderitaan dan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah dunia yang melawan Yesus Kristus, seperti
Herodes dan para kaisar Romawi. Mereka memperlakukan orang Kristen bagaikan sampah dunia, tetapi
mereka merasa heran sekali, karena orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan dan penderitaan
dapat berdiri dengan tegak, tegar, dan menyanyi di dalam penderitaan.      

   
Seorang sejarahwan Yahudi yang bernama Josephus berkata, "Saya tidak bisa mengerti, pada
waktu singa menerkam mereka, orang Kristen tetap mempunyai wajah yang tenang, hati yang begitu
stabil dan mereka memuji Yesus Kristus. Sebelum mati, suara pujian tidak henti-hentinya keluar dari
mulut para martir-martir itu." Jawabannya terdapat di sini: sebab kita tahu; because we know. Iman yang
sesungguhnya bukan iman yang tahayul, yang membius otak, yang menginjak-injak logika, melainkan
iman yang menggugah pengertian yang sesungguhnya, yang sesuai dengan kebenaran Tuhan. Allah
yang mewahyukan kebenaran, adalah juga Dia yang menciptakan otak manusia. Ketika kita
menggabungkan kedua hal ini, kita tahu bahwa keduanya hanya mempunyai satu tujuan, yakni supaya
kebenaran yang Tuhan wahyukan boleh memimpin pikiran yang dicipta oleh Tuhan yang sama. Begitu
banyak kaum cendikiawan, kaum intelektual ketika mengembangkan intelek mereka, mereka tidak
memiliki penguasa intelek. Sebab itu, mereka bersandar pada pikiran, otak dan logika mereka sendiri.
Maka semakin seseorang memiliki kepintaran, semakin mungkin dia berada di dalam hati yang gelap.
Semakin mereka bertumbuh secara pengetahuan, mereka semakin jauh dari kerelaan untuk mematahui
kebenaran Tuhan Allah. Sebab itu, iman kepercayaan bukan membunuh logika atau otak melainkan
memimpin otak yang Tuhan ciptakan itu untuk kembali kepada firman yang Dia wahyukan. Inilah yang
membuat Paulus mencetuskan because we know.


Apakah bedanya penderitaan bagi orang yang beriman dan bagi orang yang tidak beriman? Bagi
orang yang beriman, penderitaan akan membuat imannya menghasilkan pengharapan. Namun bagi
mereka yang tidak beriman, penderitaan justru membunuh pengharapan mereka. Inilah perbedaan antara
orang yang memiliki dinamika iman dan mereka yang tidak memilikinya. Saya mengambil contoh dari
dua orang terpidana mati. Mereka menerima vonis yang sama, tinggal di dalam kamar yang sama
kondisinya, dan di dalam penjara yang sama. Namun akhirnya salah seorang di antara mereka
mendapatkan pengampunan, dan yang seorang lagi tetap dipidana mati. Penjaga penjara datang
memberitahukan kepada A, "Sepuluh hari lagi kau akan dibebaskan." Lalu kepada si B ia mengatakan,
"Sepuluh hari lagi kepalamu akan dipenggal." Permisi tanya, apakah bedanya sepuluh hari itu untuk
mereka berdua? Mereka tetap berada di dalam keadaan yang sama, hidup di bawah atap yang sama,
penjara yang sama, dalam penderitaan yang sama tetapi yang seorang berpikir, "Sepuluh hari lagi aku
akan pulang, bertemu dengan istri dan anak yang merindukanku." Sedangkan yang satu lagi berpikir,
"Sepuluh hari lagi saya akan mati, kepala saya akan dipenggal dan dikuburkan." Sepuluh hari lagi
memang sama jumlahnya bagi si A dan bagi si B, namun perasaan mereka berbeda. Karena yang
seorang sudah memperoleh keyakinan, jaminan, dan pengharapan untuk bebas. Sementara yang lain
menantikan eksekusi vonisnya, kepalanya akan dipenggal dan dia akan menuju kepada kematian yang
belum dia ketahui. Maka ketika si A menghitung hari-harinya, "Sisa 9 hari, 8 hari, 7 hari, 6 hari, 3 hari,
2 hari dan besok, saya akan keluar dari sini. Istri saya sedang menunggu," pengharapan itu memberikan
gairah dan kekuatan yang luar biasa bagi jiwanya. Tetapi bagi yang seorang lagi, setiap matahari terbit
merupakan kutukan baginya, dan ketika matahari terbenam merupakan ancaman baginya. "9 hari, 8 hari,
7 hari, 3 hari, 2 hari lagi saya harus mati." Ini melukiskan perbedaan antara orang Kristen dan mereka
yang tidak beriman kepada Tuhan.


Because we know, karena kita tahu. Kalimat ini merupakan proklamasi bagi orang yang beriman
kepada Tuhan. Kalimat ini juga diucapkan oleh seorang yang hidup sebelum Musa lahir, yaitu Ayub.
Ayub 19:25 menyatakan, "Because I know my redeemer lives; karena aku tahu Penebusku hidup dan satu hari
nanti Dia akan berdiri di atas bumi ini untuk menghakimi segala sesuatu, dan di dalam tubuhku
aku akan berjumpa dengan-Nya." Pengetahuan yang diutarakan oleh Ayub ini melukiskan pengharapan
yang mempersatukan kekekalan dengan kesementaraan. "Aku mengetahui Tuhanku, Penebusku hidup."
Inilah kalimat pertama dalam Alkitab yang mencetuskan iman kepercayaan orang Kristen yang
melampaui semua agama. "Karena Penebusku adalah Penebus yang mengalahkan kematian dan bangkit,
sehingga Dia hidup. Aku tahu bahwa Penebusku hidup dan pada hari terakhir, ketika dunia kiamat, Dia
akan berdiri di atas bumi ini. Dia akan datang kembali." Pada waktu Ayub menulis ayat yang begitu
penting, Kristus belum inkarnasi, belum datang ke dalam dunia, belum mengalahkan pencobaan, belum
dipakukan di atas kayu salib, belum dikuburkan, belum dibangkitkan pula dari antara orang mati. Tetapi
Ayub melihat dengan iman akan wahyu yang Tuhan berikan dalam hatinya. Dia mengetahui sedalam-dalamnya
bahwa Penebusnya hidup, dan pada hari kiamat nanti Dia akan berdiri di dunia ini untuk
mengatasi dan menghakimi seluruh umat manusia.
All things work together, begitu banyak hal yang Tuhan perbolehkan terjadi, pada waktu kita tidak
mengerti, jangan kita bersungut-sungut, atau melawan Dia, atau marah kepada-Nya, biarlah orang
Kristen belajar bersabar untuk menunggu, serta berkata di dalam hati, Tuhan, apa yang Kau kerjakan
lebih besar daripada kemungkinan aku mengerti, biarlah aku bersabar dan hanya taat kepada-Mu saja.
Sebab itu saya menghimbau orang kaya jangan menghina orang miskin, orang miskin juga jangan iri
terhadap orang kaya, orang pandai jangan membiarkan diri congkak, dan orang yang kurang pandai juga
jangan menghina dirinya sendiri. Karena segala sesuatu yang berada di bawah pengaturan Tuhan akan
menjadi baik dan indah jika motivasi kita adalah cinta kepada-Nya. Allah memperbolehkan penderitaan,
kesengsaraan, kesulitan menimpa seseorang untuk membuktikan bahwa orang yang mencintai-Nya tidak
akan dihancurkan oleh penderitaan. Jika seseorang tetap bersih, tetap setia, tetap mempunyai watak yang
anggun dalam penderitaan dan kesengsaraan, maka Tuhan akan berkata kepada setan, "Coba lihat anak-Ku
yang satu ini, meskipun diberi penderitaan dan kesengsaraan, ia tetap teguh, tetap jujur, tetap berdiri
dengan teguh dan setia kepada-Ku." Penderitaan-penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan untuk menimpa
diri orang Kristen adalah alat yang paling baik untuk membuat setan undur. Penderitaan-penderitaan
besar yang Tuhan berikan adalah yang paling baik bagi kita untuk menyumbat mulut Iblis yang selalu
menuduh kita.

Ada 3 pekerjaan setan yang besar, yang dicatat oleh Alkitab:
1. Setan adalah pencoba manusia, yang menggoda manusia berbuat dosa.
2. Setan adalah perintang Allah dalam menghambat terlaksananya rencana-rencana Allah.
3. Setan adalah penuduh orang suci akan dosanya di hadapan Tuhan Allah siang dan malam.
Ketiga hal ini adalah pekerjaan setan yang tidak habis-habisnya. Tuhan memperbolehkan semua ini
terjadi, tapi bagi mereka yang mencintai Tuhan, ada jalan keluarnya. Setan menuduh, mencobai dan
merintangi, karena itulah pekerjaannya. Mengapa Allah membiarkan setan ini berada? Untuk
membuktikan sekalipun setan ada, tetap tidak mungkin menjatuhkan gereja. Sepanjang sejarah, gereja
telah diombang-ambingkan, dikacaukan oleh setan. Banyak pemimpin-pemimpin gereja yang tidak
waspada, malah lebih suka bekerja dengan setan, untuk menjadi alat setan, sehingga tubuh dan gereja
Yesus Kristus kehilangan kemuliaan yang sesungguhnya.
Dalam Mzm 119, Mazmur yang terpanjang, terdapat beberapa kalimat mengenai sengsara. Dan ada
dua ayat yang sangat penting, yaitu ayat 67 dan 71, yang di dalamnya terdapat dua istilah mengenai
penderitaan. Pemazmur berkata, "sebelum menderita, aku pernah jalan sesat." (terj. LAI: 'tertindas',
Red). Kedua, "penderitaan itu berfaedah bagi diriku." Saya minta engkau memikirkan kedua kalimat itu.
Sebelum penderitaan, saya selalu berjalan pada jalan yang sesat, dan di dalam penderitaan, saya
mengalami faedah dari Tuhan Allah. Tidak pernah ada sebuah cincin emas yang tidak melewati api.
Tidak pernah ada sebuah berlian yang tidak mengalami asahan dan dibentuk dengan indah. Tidak ada
pakaian yang indah yang tidak mengalami digunting dan dijahit dengan jarum yang tajam. Jika emas
memerlukan api, sehingga warnanya nyata, berarti pembakaran adalah hal yang sangat diperlukan oleh
setiap orang. Jika berlian perlu diasah sampai bisa berbentuk indah, berarti orang Kristen juga
memerlukan penderitaan. Demikian juga ketika kain yang indah dipotong oleh gunting yang tajam dan
jarum yang menusuk, semua itu membuktikan ketika kita berada di tangan Tuhan, Tuhan
memperbolehkan segala penderitaan menimpa diri kita merupakan rencana yang agung untuk kebaikan
kita. Puji Tuhan! Mengapa Allah membiarkan setan ada? Jawabannya tetap dari kitab Ayub, di mana
Tuhan memegahkan, memuliakan Ayub dan berbantah dengan setan, "Bukankah kau minta kepada-Ku
agar hidup Ayub disiksa olehmu? Agar tubuh Ayub diberi sebanyak mungkin penyakit?" Jangan kita
memutlakkan semua penderitaan dan penyakit berasal dari setan. Itu adalah ajaran yang tidak benar.
Semua penyakit dan semua penderitaan kalau bukan diizinkan oleh Tuhan, setanpun tidak mungkin
memberikannya pada tubuh orang Kristen. Jika Tuhan mengizinkan, meskipun penyakit-penyakit itu
menyerang diri kita, orang yang mencintai Tuhan pada akhirnya akan mengalahkan semua itu.
"Sekarang lihatlah," kata Tuhan, "bahwa imannya terhadap-Ku tetap teguh." Iman kepercayaan
orang Kristen tidak boleh hanya dibangun di atas bahagia dan keuntungan yang Tuhan berikan kepada
kita. Saya percaya hari ini di antara Anda ada yang lancar luar biasa, ada yang sama sekali tidak lancar,
ada yang berdagang mati-matian, kerja dengan sesetia mungkin tapi terus tidak mendapat keuntungan,
ada yang sepertinya tidak usah bekerja apa-apa, hanya dengan mengangkat telpon saja sudah dapat uang
milyaran uang.
Saya tidak mengerti mengapa. Namun saya berkata kepadamu, pada saat ujian, pencobaan,
kesulitan, dan penderitaan menimpa dirimu, janganlah kau cepat-cepat bersungut-sungut kepada Tuhan,
karena itulah waktu setan memakai dirimu untuk mencela Tuhan. Saat itu biarlah kau kembali kepada
Alkitab, "Sebab aku tahu, segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan faedah bagi mereka yang
cinta Tuhan." Dalam kesulitan yang bagaimanapun, peliharalah hatimu yang cinta kepada-Nya,
peliharalah pikiranmu yang bersih, peliharalah hatimu yang tidak mau ditinggalkan oleh cinta Tuhan.
Peliharalah dirimu di dalam kasih Allah senantiasa. Tegakkan dirimu di atas firman Tuhan yang suci dan
yang benar itu, dan berdoalah di dalam Roh Kudus.
Sekali lagi saya menjelaskan istilah ini, berdoa di dalam Roh Kudus tidak berarti berdoa di dalam
bahasa Roh, sebagaimana berjalan di dalam Roh tidak berarti berjalan dengan bahasa Roh, melainkan
berarti mengikuti pimpinan dan jejak Roh Kudus, sehingga perjalanan hidup sehari-hari kita dipimpin
oleh oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Dan berdoa dalam Roh berarti seluruh hidup doa kita adalah
doa yang dipimpin dalam naungan Roh Kudus. Karena Roh dengan keluh kesah yang tidak terkatakan
telah membantu mengoreksi doa kita menjadi doa yang suci dan murni, yang boleh berkenan kepada
Tuhan Allah.
Allah Bapa dengan kasih-Nya melindungi kita, Allah Anak dengan firman-Nya mendidik kita,
Allah Roh Kudus dengan kebijaksanaan yang melampaui manusia memimpin kita, dan dengan keluh
kesah-Nya menolong kita berdoa. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak akan
meninggalkan kita, dan kitapun jangan meninggalkan Dia. Jangan kita berusaha keluar daripada tangan
Tuhan lalu kita minta dipelihara, itu tidak mungkin. Biarlah kita tetap berada di dalam cinta Tuhan, dan
barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan faedah. All things work together for good to those who
love Him. Siapakah di antara kita yang berkata, "Tuhan, di hari -hari aku lancar aku cinta Kau, di hari-hari
aku sehat aku cinta Kau, di hari-hari aku beruntung aku cinta Kau, di hari -hari aku merasa picik dan tidak lancar,
di hari-hari aku mengalami penderitaan, kerugian, Tuhan aku mau tetap cinta Kau." Tuhan
akan menghapus air matamu untuk melihat bahwa hari depanmu tetap ada penyertaan-Nya, Dia tidak
akan meninggalkanmu. Karena segala sesuatu bekerja sama mendatangkan faedah bagi mereka yang
mengasihi Dia.
Renungan ini ditranskrip dan disusun kembali dari seri khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di
Mimbar Gereja Reformed Injili Indonesia di Jakarta

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 26 - April 1995
http://www.geocities.com/reformed_movement/artikel/allahbkr.html

Eksposisi Yunus 4:1-11

Eksposisi Yunus 4:1-11

Yunus  4:1-3

1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.

2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.

3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”

Ada sesuatu yang aneh setelah kita baca ketiga ayat ini.

Kalau kita baca ayat 2 di atas dengan seksama – Yunus tahu bahwa ALLAH kita adalah ALLAH yang penuh dengan kasih dan sayang. ALLAH kita itu panjang sabar dan berlimpah kasih setia-NYA, juga “menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-NYA”

Kutipan yang terakhir perlu saya perbaiki. TUHAN kita tidak pernah membuat keputusan secara gegabah – IA tidak pernah menyesali keputusan yang telah dibuat. Oleh karena itu saat saya baca versi NIV dari ayat Yun 4:2 ini – saya dapati kata “relents”.

JONAH 4:2He prayed to the LORD, “O LORD, is this not what I said when I was still at home? That is why I was so quick to flee to Tarshish. I knew that you are a gracious and compassionate God, slow to anger and abounding in love, a God who relents from sending calamity.
Yang artinya Yunus berdoa kepada TUHAN, “Ya TUHAN, bukankah ini yang telah kukatakan kepada-Mu ketika aku masih di rumahku? Oleh karena inilah aku begitu cepat melarikan diri ke Tarsis. Aku sudah tahu bahwa Engkau adalah ALLAH yang mengampuni dan penyayang, lambat marah dan berlimpah dalam kasih, ALLAH yang membatalkan / mencabut putusan / memikirkan kembali untuk mengirimkan bencana kehancuran.
Kata “Relents” ini sinonim dengan mencabut, memikirkan kembali, membatalkan. Bukan berarti menyesal.
Jadi yang sebenarnya terjadi adalah inilah bukti bahwa TUHAN kita itu sebenarnya tidak pernah mau menghukum manusia. Setiap kali manusia berbuat keji di hadapan TUHAN, berbuat hal-hal yang mendukakan TUHAN – TUHAN akan berusaha untuk memperingatkan kita untuk kembali kepada jalan-NYA, supaya TUHAN tidak perlu menghukum manusia atas perbuatan mereka.
Jadi TUHAN kita itu selain sungguh mengasihi kita, TUHAN kita juga tegas terhadap yang berbuat dosa. BAPA di surga sungguh adalah ALLAH yang maha ADIL. IA memberikan kesempatan kepada kita manusia untuk bertobat sebelum hukuman itu dijatuhkan.
Yang terjadi pada kota Niniwe ini adalah mereka sadar dan mereka adalah orang-orang yang percaya kepada ALLAH dan perbuatan mereka telah mengetuk hati TUHAN yang sebenarnya tidak mau menghukum kota Niniwe. Oleh karena itu TUHAN membatalkan / mencabut hukuman atas kota tersebut. Jadi TUHAN kita tidak pernah menyesal atas keputusan yang telah dibuat-NYA, tapi IA bisa saja membatalkan / mencabut hukuman atas kita – asalkan kita bertobat, mengakui dosa kita dan mau kembali kepada jalan-NYA.
Kembali ke pertanyaan mengapa Yunus marah
Mengapa Yunus marah sampai ia minta kepada TUHAN untuk mencabut nyawanya?
Mengapa Yunus menghindari perintah TUHAN untuk memberitakan firman-NYA di kota Niniwe?
Saat saya baca kitab Yunus ini dari pasal 4 – lalu saya baca ulang dari pasal pertama. Saya tidak berhasil menemukan mengapa Yunus melarikan diri dari tugas yang diperintahkan TUHAN. Saya juga tidak menemukan mengapa Yunus begitu kesal kepada tugas yang diberikan kepadanya, sehingga Yunus minta kepada TUHAN untuk mencabut nyawanya.
Akhirnya saya cari komentar-komentar para ahli yang mempelajari kitab Yunus ini dan dituliskan bahwa Yunus adalah orang Israel. Warga Niniwe bukan bangsa Israel. Yunus adalah salah satu dari bangsa Israel yang masih menganggap bahwa keselamatan adalah milik bangsa Israel saja dan bukan untuk bangsa-bangsa lain di dunia.
Inilah yang menyebabkan Yunus begitu kesal dan marah, sampai-sampai ia minta kepada TUHAN untuk mencabut nyawanya.
Yunus kesal dan marah akibat arogansi yang ada dalam dirinya karena ia seorang bangsa Israel, sebuah bangsa yang merupakan pilihan TUHAN. Ia melarikan diri dari tugas yang diberikan kepadanya, karena ia tidak ingin ada bangsa lain yang diselamatkan dan dikasihi oleh TUHAN.
Dengan kesombongan dan dengan keyakinan yang berlebih bahwa Yunus pasti masuk surga; Yunus minta kepada TUHAN untuk mencabut nyawanya, karena Yunus tahu “hidup adalah milik TUHAN“. Yunus sangat tahu, bunuh diri merupakan dosa besar dan ia akan menerima hukuman kekal di neraka jika melakukannya.
Yunus di masa kini melambangkan orang Kristen yang telah menerima keselamatan, orang Kristen yang mengenal dan belajar firman. Akan tetapi, kabar keselamatan ini disimpan sendiri. Orang Kristen yang macam ini tidak mau berbagi apa yang ia tahu akan firman TUHAN. Orang ini lebih senang ngurusi dirinya sendiri, tanpa memperdulikan keselamatan orang-orang di sekitarnya. Sungguh orang semacam ini telah berdosa kepada TUHAN tanpa ia sadari.
Ia tidak menyadari bahwa setiap orang yang telah terbebas dari dosa di masa sekarang adalah orang-orang Kristen perjanjian baru. Kita dibebaskan oleh darah YESUS, kita telah ditebus oleh darah-NYA; Darah YESUS adalah Darah Perjanjian yang mengikat kita semua yang terima penebusan ini. Melalui perjannjian ini kita mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengabarkan injil keselamatan yaitu injil YESUS KRISTUS.
Dan Yunus telah berdosa karena telah berusaha mengatur TUHAN dengan meminta TUHAN untuk mencabut nyawanya.
YUN 4:4
Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”
Lalu TUHAN menegur Yunus yang sedang marah pada ayat 4 ini dengan berkata “Layakkah engkau marah?
Sebuah pertanyaan yang sifatnya agar Yunus untuk instropeksi diri, agar Yunus bertanya kepada dirinya sendiri “apakah pantas Yunus marah karena kasih TUHAN atas kota Niniwe?”
Apakah kita patut mempertanyakan kasih TUHAN?
Apakah kita patut memberi tahu TUHAN siapa yang layak untuk menerima kasih dan sayang-NYA?
Apakah kita lebih tahu daripada TUHAN?
_________________________________________________________________________________
YUN 4:5
Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
Ayat berikutnya TUHAN sendiri mengajar Yunus untuk lebih mengenal kasih TUHAN kepada kota Niniwe.
Dituliskan pada ayat ke 5 – Yunus yang masih dengan perasaan kesal dan marah keluar dari kota Niniwe, mendirikan sebuah pondok / tempat berteduh yang sederhana (dalam NIV ditulis “shelter”) dan duduk di bawah bayangan-nya (dalam NIV ditulis “shadow”). Lalu Yunus menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
Di sini diajarkan – bahwa kalau kita dikuasai amarah, kita tidak dapat mendengar firman TUHAN. Karena di ayat sebelumnya TUHAN telah berfirman bahwa TUHAN telah mencabut keputusan-NYA untuk menghukum kota Niniwe.
Akan tetapi yang Yunus perbuat adalah Yunus malah pergi ke Timur dengan tujuan supaya ia tidak ketinggalan melihat apa yang akan terjadi kepada kota Niniwe; agar ketika matahari menyingsing Yunus masih berharap TUHAN mendengar dan mengabulkan keinginannya – yaitu kota Niniwe tetap dihukum.
YUN 4:5
Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
Lalu dituliskan – Yunus membuat tempat berteduh sementara dari teriknya matahari, ia berteduh di bawah bayangan tempat berteduh. Ayat 6 – TUHAN membuat pohon jarak (NIV: Vine – tanaman merambat) untuk tumbuh di atas kepala Yunus dan menaunginya dengan tujuan agar Yunus reda kesal dan marahnya. Pohon jarak dari TUHAN ini berhasil membuat Yunus bersuka cita karenanya. Akan tetapi Yunus bukan bersuka cita atas keajaiban yang TUHAN perbuat baginya, melainkan suka citanya Yunus oleh karena pohon jarak semata.
YUN 4:7-9
7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.”
9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”
Kemudian ayat 7 dan 8 – akan tetapi berikutnya, saat fajar menyingsing TUHAN mengirimkan seekor ulat yang dalam waktu singkat membuat pohon jarak itu layu. Lalu saat matahari terbit meninggalkan horizon, ALLAH membuat angin timur yang sangat panas dan membakar. Ditambah dengan panasnya sinar matahari yang sangat menyakiti kepala Yunus.
Lalu dalam ayat 9 – TUHAN menegur Yunus sekali lagi dengan menanyakan pertanyaan yang tujuannya sama dengan ayat 4 di atas dan kali ini Yunus masih belum sadar juga, Yunus tetap menyimpan amarahnya dan berharap ia dapat mati oleh tangan TUHAN.
Tidakkah terasa aneh, kalau kita sebagai seorang pelayan TUHAN saat menghadapi masalah (angin timur dan terik matahari) dan saat kesenangan pribadi kita diambil oleh TUHAN – malah menjadi kesal dan marah, lalu ujung-ujungnya selalu minta kepada TUHAN untuk mencabut nyawa kita??
Bukankah sudah seharusnya kalau pelayan TUHAN itu tunduk sepenuhnya kepada perintah TUHAN? Dan bukan memaksakan kehendak pribadi kepada TUHAN? Kemudian jika ada masalah, bukankah pelayan TUHAN itu seharusnya memohon pertolongan TUHAN dan bukan minta mati?
Satu hal yang perlu kita renungkan.
Janganlah karena kita sudah menjadi pelayan TUHAN, lalu dengan sangat yakin kita sudah beriman telah beroleh keselamatan yang datang dari TUHAN; lalu dengan seenaknya kita bisa minta untuk mati saja, karena kita tidak mau susah di dalam TUHAN, karena kita tidak mau dibentuk dan diajar oleh TUHAN??
Sungguh perilaku Yunus ini adalah sebuah sikap dan pola pikir yang harus kita buang jauh-jauh, karena sikap dan pola pikir Yunus ini membuat kita bukan semakin dekat kepada TUHAN, malah membuat kita semakin jauh dari TUHAN.
YUN 4:10-11
10 Lalu Allah berfirman: “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
Kemudian dalam ayat 10 TUHAN mulai menjelaskan kepada Yunus dan kepada kita semua maksud dari menumbuhkan pohon jarak hingga pohon itu layu.
TUHAN berfirman bahwa Yunus lebih sayang dan lebih perduli kepada pohon jarak yang bukan hasil pekerjaan Yunus sendiri. Dan Yunus lebih memperhatikan pohon jarak yang sifatnya sementara itu ketimbang warga kota Niniwe yang lebih berarti dan yang lebih perlu diperhatikan oleh Yunus, oleh pelayan TUHAN, oleh kita semua.
Ayat 11 – kata “Aku” mewakili ALLAH, ALLAH yang akan lebih menyayangi kota Niniwe yang jauh lebih bernilai daripada pohon jarak. ALLAH lebih menghargai jiwa manusia ketimbang pohon jarak yang melambangkan segala hal yang TUHAN telah ciptakan dan sediakan di atas muka bumi ini.
Lalu dijelaskan oleh ALLAH bahwa penduduk kota Niniwe yang jumlahnya lebih dari seratus dua puluh ribu orang, semuanya itu tidak tahu cara membedakan tangan kanan dari tangan kiri dengan jumlah ternak yang banyak.
Maksud ALLAH dengan tangan kanan dan kiri serta jumlah ternak yang banyak adalah warga kota Niniwe beserta harta yang mereka miliki – tidak tahu perbuatan mana yang merupakan dosa dan mana yang bukan. Hidup mereka, pekerjaan mereka dan hasil yang mereka capai – mereka jalani dan mereka raih tanpa mengetahui apakah yang telah mereka lakukan adalah dosa atau bukan.
Dari ayat 11 dapat kita serap bahwa Kota Niniwe ini juga mewakili kita dan orang-orang di sekitar kita semua pada masa ini, yaitu masih banyak dari kita yang tidak mengerti dan tidak mengetahui firman sepenuhnya. Karenanya, terkadang kita suka bingung sendiri, apakah yang kita perbuat sudah sesuai dengan firman atau belum? Apakah cara hidup kita dengan harta yang dimiliki atau saat kita berusaha dan berkerja untuk meraih harta itu, sudah sesuai dengan cara TUHAN atau belum?
Berdosakah kita saat berupaya dalam menjalani hidup kita ini?
_________________________________________________________________________________
Dan yang dapat saya simpulkan setelah membaca seluruh ayat dalam kitab Yunus ini adalah;
Pada kesempatan ini TUHAN hendak mengajar kepada kita semua, termasuk kepada saya pribadi untuk lebih setia dalam menjalankan perintah TUHAN. Untuk menanggalkan kesombongan, amarah dan kepentingan pribadi yang sudah pasti tidak sejalan dengan cara TUHAN.
Untuk menanggalkan akal pikiran kita yang sudah pasti bukan pemikiran TUHAN dan sudah pasti tidak mampu menduga rencana-rencana TUHAN yang ajaib di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Untuk lebih menghargai dan memperhatikan jiwa-jiwa yang belum mengenal ALLAH atau jiwa-jiwa yang sudah Kristen tapi tidak tahu perbuatan mereka itu dosa atau bukan. Singkat kata yaitu untuk mengabarkan injil YESUS kepada semua orang, tanpa memandang asal-usul mereka, tanpa menghakimi apakah mereka layak atau tidak layak menerima keselamatan itu.
Untuk tidak lebih memperhatikan hal-hal yang sifatnya sementara, yaitu segala hal yang ada di muka bumi ini. Yang asal dan pertumbuhannya, beserta hasilnya bukanlah hasil usaha kita semata, melainkan ciptaan TUHAN, pemberian dari TUHAN yang disediakan bagi kita selama kita di muka bumi ini.
Untuk lebih menghargai hidup yang kita miliki saat ini dan untuk menghasilkan yang terbaik dari hidup kita ini melalui talenta yang TUHAN telah berikan kepada tiap pribadi.
Dan untuk tetap bersandar kepada TUHAN di setiap saat, apalagi di saat banyak masalah terus menghimpit kita, banyak masalah yang membuat kita panas, masalah yang membuat kita seperti tanah kering. Janganlah cepat putus asa seperti Yunus yang minta agar nyawanya diambil TUHAN, karena kita tidak tahu apa rencana TUHAN atas apa yang terjadi atau yang kita hadapi saat ini.
Karena mungkin saja saat ini kita sedang dalam proses diajar, dibentuk dan diubahkan oleh TUHAN. Untuk menjadi ciptaan-NYA yang baru.

2 KOR 5:17-18
17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Di dalam KRISTUS, melalui penebusan yang YESUS genapi – kita adalah ciptaan baru. Yang baru itu ialah KRISTUS YESUS, IA sudah datang dan IA sudah menyediakan keselamatan bagi kita. Tinggal terserah kepada kita untuk meraih keselamatan itu atau membiarkannya berlalu.
Melalui darah yang KRISTUS curahkan di atas kayu salib – kita menjadi layak untuk menghadap dan bersekutu dengan ALLAH BAPA yang memiliki dan menciptakan segala yang di bumi dan di surga.
Dan kita telah dipercaya oleh ALLAH BAPA untuk menjadi pelayan pendamaian, yaitu untuk mengabarkan berita Injil YESUS yang telah menebus dosa-dosa kita, mati ganti kita.
Yang terakhir, percayalah dan imanilah bahwa TUHAN mampu, TUHAN sanggup melakukan perkara ajaib bagi kita yang berseru kepada-NYA. Ia mendengar. TUHAN memberkati kita semua.

http://dawords.wordpress.com/2009/03/02/yunus-dan-kota-ninewe-yun-41-11-jonah-41-11/

Eksposisi Lukas 5:17-26

Oleh Pdt. Budi Asali, M.Div. 
LUKAS 5:17-26
 
I) Yesus mengajar di sebuah rumah:
Pada saat Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat yang duduk mendengarkan (ay 17).
Pulpit Commentary mengutip Matthew Henry:
"They are willing that we should preach before them, not that we should preach to them" (= Mereka mau supaya kita berkhotbah di depan mereka, bukan supaya kita berkhotbah kepada mereka).

Renungkan:
Apakah saudara mempunyai sikap yang sama dengan mereka pada waktu mendengar Firman Tuhan?
 

II) Orang lumpuh dibawa kepada Yesus:
1) Ditinjau dari sudut si lumpuh:
 
a) Penderitaannya membawa dia kepada Kristus.
Penderitaan memang sering membawa seseorang kepada Kristus. Tetapi juga sering menyebabkan orang justru lari ke dalam dosa / menjauhi Tuhan. Kalau saudara menderita, yang mana yang menjadi sikap saudara?
b) Ia mau dilayani oleh ke 4 temannya (ay 18).
Ada banyak orang kristen yang sekalipun membutuhkan pelayanan tetapi tidak mau dilayani, karena:
      • sombong.
 
      • sungkan / takut akan merepotkan, dsb.
Ini bukan sikap yang benar. Kita harus mau dilayani!
c) Pada waktu ia mau datang kepada Yesus, ada halangan (ay 19).
Contoh orang lain yang juga dihalangi pada waktu mau datang kepada Yesus adalah:
      • Zakheus (Luk 19:3).
 
      • orang buta dalam Mat 20:30-31.
2) Ditinjau dari sudut 4 temannya:
 
Mereka mau melayani teman mereka dan membawanya kepada Yesus (ay 18). Peristiwa dimana 4 orang membawa orang lumpuh kepada Yesus ini bisa memberi kita beberapa pelajaran tentang pelayanan:
 
a) Ada kesatuan dan ada 1 tujuan yaitu membawa si lumpuh kepada Yesus.
b) Ada kerja sama. Ini mutlak harus ada dalam pelayanan.
c) Ada ketekunan.
      • mula-mula ada halangan (banyak orang menghalangi pintu masuk). Perlu diketahui bahwa kalau kita mau membawa orang kepada Yesus, setan tentu tidak tinggal diam, dan akan memberikan banyak halangan.
 
      • Mereka tidak putus asa, tetapi bertekun untuk menembus halangan. Mereka membawa si lumpuh ke atap, lalu membuka atapnya dan menurunkan si lumpuh di depan Yesus (ay 19). Perlu diketahui bahwa rumah pada saat itu mempunyai atap datar, dan biasanya mempunyai tangga di luar rumah menuju ke atap.
Tyndale Commentary: "Houses usually had flat roofs, often with external staircases leading up to them" (= Rumah biasanya mempunyai atap datar, sering dengan tangga di luar untuk naik ke atap).
Juga atap rumah pada saat itu bisa dibuka tanpa terlalu banyak kesukaran (jangan bayangkan mereka punya atap beton seperti jaman sekarang!).
Penerapan:
Ketekunan, sikap tidak mudah putus asa, sikap tidak mau menyerah / tunduk pada halangan, adalah hal-hal yang harus kita tiru dalam pelayanan kita. Bdk. Pengkhotbah 11:4,6 yang berbunyi sebagai berikut:
"Siapa senantiasa memperhatikan arah angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai. ... Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik".
 
d) Ada kasih kepada orang yang dilayani. Kasih ini menyebabkan mereka mau berkorban tenaga, waktu, perasaan, dsb.
 
Adakah hal-hal ini dalam pelayanan saudara?
 
III) Yesus mengampuni dan menyembuhkan:
1) Yesus ‘melihat’ iman mereka (ay 20a).
 
a) Ini merupakan bukti keilahian Yesus. Ia bisa melihat iman.
Calvin berkata bahwa Yesus melihat iman mereka dari usaha mereka, bukan karena Yesus mahatahu. Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus melihat iman mereka karena Ia mahatahu.
Kita juga bisa melihat apakah seseorang beriman atau tidak, misalnya dengan melihat:
      • pengertiannya tentang dasar-dasar kekristenan.
 
      • keyakinan keselamatannya.
 
      • kerinduannya akan Firman Tuhan.
 
      • pengudusan dalam hidupnya dan sikapnya terhadap dosa.
Tetapi karena ‘lalang’ itu mirip dengan ‘gandum’, maka sering kita tidak bisa mengetahui hal ini dengan pasti.
b) Siapa yang dimaksud dengan ‘mereka’ dalam ay 20a?
      • Ada yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘mereka’ hanyalah 4 orang yang mengusung si lumpuh.
William Barclay: "The wonderful thing is that here is a man who was saved by the faith of his friends" (= Hal yang indah ialah bahwa di sini ada orang yang diselamatkan oleh iman teman-temannya).
 
Tetapi pandangan ini jelas salah, karena kalau si lumpuh itu sendiri tidak beriman, ia tidak mungkin mendapat pengampunan dosa (bdk. Ibr 11:6). Kitab Suci tidak pernah mengajar bahwa kita bisa ‘nunut’ pada iman orang lain. Bandingkan juga dengan 12 Pengakuan Iman Rasuli yang selalu berkata ‘Aku percaya’, bukan ‘Kami percaya’.
      • Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘mereka’ adalah 4 orang yang mengusung dan si lumpuh sendiri.
2) Yesus mengampuni dosa si lumpuh (ay 20).
 
a) Ini menunjukkan bahwa mungkin sekali orang itu lumpuh karena dosa.
b) Orang itu pasti menginginkan kesembuhan jasmani. Yesus memberikan apa yang sebetulnya lebih dibutuhkan orang itu, yaitu kesembuhan jiwa, sekalipun orang itu tidak meminta hal itu.
c) Ini menunjukkan bahwa Yesus lebih mementingkan kesembuhan rohani / jiwa dari pada kesembuhan jasmani. Apakah kita / gereja kita juga seperti itu?
 
3) Para ahli Taurat dan orang Farisi berpikir dalam hati bahwa Yesus menghujat Allah (ay 21).
 
a) Mereka mempunyai pandangan yang benar, yaitu bahwa hanya Allah saja yang bisa mengampuni dosa. Lalu mereka melihat Yesus mengampuni dosa. Ada 2 kesimpulan yang bisa mereka ambil:
      • Yesus adalah Allah.
      • Yesus menghujat Allah, karena sekalipun Ia adalah manusia biasa yang bukan Allah, Ia mengampuni dosa, dan itu berarti menyamakan diri dengan Allah.
b) Ini adalah ketidaksenangan yang tidak diungkapkan.
Sebetulnya lebih baik mengungkapkan ketidaksenangan dari pada memendamnya, karena memendam ketidaksenangan biasanya berakhir dengan penyebaran gossip pada waktu orang yang tak disenangi itu tidak ada.
 
4) Yesus mengetahui pikiran mereka (ay 22).
 
Dalam 1Kor 2:11 dikatakan bahwa yang tahu pikiran seseorang hanyalah roh orang itu. Tetapi seseorang bisa mengetahui pikiran orang lain:
a) Dengan pertolongan Tuhan. Contoh: nabi-nabi dan rasul-rasul sering bisa tahu pikiran orang lain (Misalnya: Kis 5:1-4 1Raja-raja 14:1-6).
b) Dengan pertolongan setan. Karena itu jangan terlalu heran dan lalu percaya kepada orang yang tahu pikiran saudara atau problem / penyakit saudara. Ia mungkin saja menggunakan kuasa gelap.
c) Kalau orang itu adalah Tuhan sendiri.
5) Yesus menyembuhkan si lumpuh (ay 24-25).
Mula-mula Yesus mengajukan pertanyaan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi: "Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?" (ay 23).
Dari sudut manusia memang gampang untuk berkata ‘dosamu sudah diampuni’. Karena apa? Karena tidak ada buktinya apakah hal itu betul-betul terjadi atau tidak. Tetapi kalau harus mengucapkan kalimat itu dan harus betul-betul terjadi, maka itu jelas mustahil. Juga mengatakan ‘bangunlah, dan berjalanlah’ dan harus betul-betul terjadi, adalah sesuatu yang mustahil bagi manusia.
Tetapi bagaimana kalau ditinjau dari sudut Tuhan? Ada yang mengatakan bahwa bagi Tuhan mengampuni dosa lebih sukar, karena untuk bisa mengampuni dosa Ia harus menjadi manusia dulu dan mati menebus dosa manusia. Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit Ia tidak perlu melakukan semua itu. Tetapi kalau penyakit orang itu terjadi karena dosanya, maka jelas bahwa penyakit itu tidak akan sembuh sebelum dosanya diampuni.
Jadi, pertanyaan Yesus dalam ay 23 harus dijawab sebagai berikut: ‘Bagi manusia dua hal itu sama-sama mustahil, sedangkan bagi Allah sama-sama mungkin / bisa dilakukan’.
Arti dari bagian ini: dalam ay 20 Yesus mengampuni dosa. Ini merupakan suatu claim bahwa Ia adalah Allah. Tetapi tidak ada bukti bahwa pengampunan dosa itu betul-betul terjadi. Karena itu, claimnya sebagai Allah juga tidak terbukti. Ia lalu membuktikan claimnya sebagai Allah itu dengan menyembuhkan orang lumpuh itu (ay 24-25). Ini membuktikan bahwa Ia memang adalah Allah, dan kalau Ia memang adalah Allah, maka jelaslah bahwa pengampunan dosa yang tadi Ia ucapkan memang betul-betul terjadi.
6) Pada waktu melihat mujijat itu, orang banyak itu menjadi kagum dan memuliakan Allah. Tetapi mereka toh tetap tidak percaya kepada Yesus! Dari mana kita bisa tahu bahwa mereka masih tetap tidak percaya?
Perhatikan pada bagian paralelnya, yaitu Mat 9:8 yang berbunyi:
"Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian kepada manusia".
a) Jelas bahwa mereka masih tetap menganggap Yesus sebagai manusia, bukan sebagai Allah.
b) Kata ‘manusia’ sebetulnya ada dalam bentuk jamak (Inggris: ‘men’). Yang dimaksud adalah ‘seluruh umat manusia’ (human race). Jadi, mereka menganggap Yesus hanya sebagai salah satu dari ‘human race / umat manusia’.
 
Kesimpulan / penutup:
1) Mujijat tidak mempertobatkan (bdk. Luk 16:27-31).
2) Yesus adalah Allah, yang bukan hanya bisa melakukan mujijat, tetapi bisa / berhak mengampuni dosa! Karena itu:
 
a) Datanglah kepadaNya untuk mendapatkan pengampunan dosa.
b) Berusahalah untuk lebih mengenal Dia, mentaati Dia, melayani Dia, dan memuliakan Dia!
                                                                    -AMIN


http://www.golgothaministry.org/lukas/lukas-5_1-11.htm

Eksposisi Lukas 5:1-11

Oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.

LUKAS 5:1-11
 
I) Yesus mengajar:
Ada kontras antara pengajaran / pemberitaan Injil yang Yesus lakukan dalam Luk 4 dengan dalam Luk 5. Kontrasnya yaitu: dalam Luk 4 Yesus mengajar / memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat (Luk 4:15,16,33,44), sedangkan dalam Luk 5 Yesus mengajar di luar rumah ibadat:
  • Luk 5:1 ® di danau.
  • Luk 5:12 ® di sebuah kota. Di sana ada orang kusta, dan ini menunjukkan bahwa itu tak mungkin terjadi di rumah ibadat, karena orang kusta pasti dilarang masuk rumah ibadat.
  • Luk 5:19 ® di sebuah rumah.
  • Luk 5:27 ® di luar, dimana ia bertemu Matius / Lewi si pemungut cukai.
Semua ini mengajar apa? Ini mengajar bahwa sekalipun gereja seharusnya dipenuhi dengan Pengajaran Firman dan khususnya Pemberitaan Injil, tetapi hal-hal itu tidak boleh hanya dilakukan di dalam gereja! Tentu saja baik kalau saudara bisa mengajak orang datang ke gereja untuk mendengar Firman / Injil, tetapi ada banyak orang tidak mau diajak untuk pergi ke gereja. Karena itu, kita yang harus keluar untuk menginjili mereka di tempat dimana mereka berada.
Banyak orang kristen yang sudah memberitakan Injil, tetapi lalu ‘kehabisan ladang’, karena semua orang yang dekat sudah diinjili. Maka ia harus mencari ladang baru yang bisa diinjili! Lihatlah betapa bervariasinya tempat-tempat dan orang-orang yang diinjili oleh Yesus dalam Luk 5 ini!
 

II) Mujijat penangkapan ikan:
1) Mujijat penangkapan ikan di sini jelas tidak sama dengan yang terjadi dalam Yoh 21:1-14, karena Yoh 21:1-14 itu terjadi setelah kebangkitan Yesus.
 
2) Terjadinya mujijat penangkapan ikan di sini.
 
Dalam ay 4 kita melihat bahwa selesai mengajar, Yesus menyuruh Petrus untuk pergi ke tempat yang dalam dan menjala ikan di sana. Sebetulnya Petrus mempunyai alasan-alasan rasionil untuk mengabaikan perintah Yesus itu, misalnya:
    • Yesus adalah tukang kayu, bukan nelayan. Bagaimana mereka sebagai nelayan harus menuruti nasihat dari tukang kayu dalam hal menangkap ikan?
    • Sepanjang malam itu mereka tidak mendapat ikan (ay 5), padahal malam adalah waktu yang terbaik untuk menangkap ikan. Tetapi sekarang Yesus menyuruh mereka menjala ikan pada pagi / siang hari.
    • Tempat yang dalam bukanlah tempat yang baik untuk menjala ikan, kecuali mereka mempunyai jala yang sangat besar / lebar, yang jelas tidak dipunyai oleh nelayan pada jaman itu.
Tetapi, hal yang luar biasa adalah: sekalipun ia mempunyai alasan-alasan rasionil tersebut, ia tetap mentaati perintah itu!
 
Penerapan:
Kalau saudara mendapat perintah Tuhan, dan saudara mempunyai alasan yang rasionil untuk tidak mentaati perintah Tuhan itu, apakah saudara tunduk pada Firman Tuhan ataukah pada alasan rasionil saudara? Bdk. Amsal 3:5-6.
 
Contoh:
    • Tuhan menyuruh saudara untuk jujur. Tetapi, dalam hal-hal tertentu, seperti dalam bisnis / pekerjaan, kejujuran bisa merugikan kita / mengurangi keuntungan kita. Akankah saudara tetap jujur?
    • Tuhan menyuruh saudara untuk mengasihi musuh, bahkan untuk membalas kejahatan dengan kasih. Tetapi kalau hal itu saudara lakukan, maka ‘para musuh’ itu pasti akan makin menjadi-jadi dalam menjahati saudara. Apakah hal itu saudara jadikan alasan untuk tidak mentaati Firman Tuhan?
    • Tuhan menyuruh saudara untuk memberi persembahan persepuluhan. tetapi ternyata penghasilan saudara tidak mencukupi kebutuhan hidup saudara! Lalu, bagaimana? Apakah saudara tetap taat pada perintah Tuhan?
    • Tuhan menyuruh saudara untuk melayani Dia, padahal saudara sudah sangat sibuk. Maukah saudara mentaati perintah Tuhan itu?
Ketaatan Petrus ini menyebabkan terjadinya suatu mujijat, yaitu mereka menangkap begitu banyak ikan, sehingga jala mulai koyak dan perahu hampir tenggelam karena dipenuhi ikan. Mujijat ini mengalahkan Petrus ‘di daerahnya’ sendiri (di daerah dimana ia adalah seorang ahli), dan ini menyebabkan ia dan nelayan-nelayan lain menjadi takjub (ay 9).
 
III) Akibat mujijat itu pada diri Petrus:
1) Petrus takjub (ay 9).
 
2) Petrus menyadari keillahian Yesus.
 
Ini terlihat dari perubahan sebutan yang dipakai oleh Petrus terhadap Yesus. Dalam ay 5, sebelum mujijat itu terjadi, ia menyebut Yesus dengan sebutan ‘Guru’, bahasa Inggrisnya ‘Master’, bahasa Yunaninya EPISTATA. Kata ini:
    • hanya dipakai sebanyak 6 x dalam Perjanjian Baru.
    • hanya dipakai oleh Lukas.
    • selalu menunjuk kepada Yesus.
(bdk. Luk 8:24,45 9:33,49 17:13).
Arti sebenarnya dari EPISTATA adalah ‘superintendent, overseer’ (= atasan, pengawas).
Tetapi, dalam ay 8, setelah terjadinya mujijat itu, ia menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’, bahasa Inggrisnya ‘Lord’, bahasa Yunaninya KURIOS. Kata bahasa Yunani KURIOS ini menterjemahkan kata bahasa Ibrani YAHWEH / YEHOVAH, yang dalam Perjanjian Lama selalu menunjuk kepada Allah.
 
Perubahan sebutan itu menunjukkan bahwa mujijat yang dilakukan oleh Yesus itu menyadarkan Petrus bahwa Yesus adalah Allah.
Penerapan:
Percayakah saudara bahwa Yesus adalah Allah? Atau hanya sekedar nabi, orang baik, guru? Kalau saudara percaya bahwa Yesus adalah Allah, maka jangan biarkan hal itu menjadi suatu kepercayaan yang kosong / tidak berarti. Iman saudara itu harus diwujudkan dengan maunya saudara berusaha untuk mengenal Dia lebih baik, menyembah Dia, memuliakan Dia, mengasihi Dia, mentaati Dia, dan melayani Dia. Kalau tidak, maka ‘iman’ saudara itu hanyalah iman di mulut / di otak belaka dan ‘iman’ seperti itu tidak menyelamatkan saudara!
3) Petrus menyadari kesucian Yesus / Allah dan sekaligus keberdosaannya.
Dalam ay 8 Petrus berkata: ‘Pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa’. Kesadarannya bahwa Yesus adalah Allah, secara otomatis diikuti dengan kesadaran akan kesucian Yesus, karena Allah pasti suci. Ini menyebabkan ia merasa kotor / berdosa / tidak layak berada bersama dengan Yesus.
Banyak orang cuma menekankan bahwa Allah adalah kasih. Ini adalah sesuatu yang salah / tidak seimbang. Allah memang kasih tetapi Ia juga suci!
Kesucian Allah terlihat dari:
a) Hukum-hukum Tuhan yang begitu tinggi tuntutannya (Misalnya: Mat 5:28,44 dsb).
b) Adanya Imam-imam (pengantara antara Allah dan manusia dalam Perjanjian Lama).
c) Adanya tabir Bait Allah yang menjadi pemisah antara manusia berdosa dengan Allah yang maha suci dalam Perjanjian Lama.
d) Banyaknya hal-hal yang membuat seseorang najis dalam Perjanjian Lama (Misalnya: Im 11-15).
e) Kata ‘kudus, kudus, kudus’ yang ditujukan kepada Tuhan dalam Yes 6:3 dan Wah 4:8. Sesuatu yang perlu diperhatikan adalah: sekalipun Allah itu kasih, dan kasihNya sangat ditekankan, tetapi tidak pernah ada sebutan ‘kasih, kasih, kasih’ yang ditujukan kepada Allah.
f) Dibutuhkannya penebusan Yesus Kristus supaya manusia bisa mencapai Allah.
Penerapan:
    • apakah saudara menyadari kesucian Allah yang begitu tinggi, dan apakah saudara menyadari bahwa hal itu menyebabkan saudara sama sekali tak layak menghadap Allah, apalagi masuk surga dan tinggal di sana bersama Allah, selain oleh penebusan Yesus Kristus?
    • kesucian Allah ini menyebabkan di awal kebaktian selalu ada doa pengakuan dosa. Ini juga perlu saudara lakukan setiap kali menghadap Tuhan, seperti berdoa, bersaat teduh dsb.
4) Petrus ‘mengusir’ Tuhan Yesus (ay 8).
Kesadaran bahwa Yesus adalah Allah yang maha suci, dan kesadarannya bahwa ia adalah manusia yang penuh dengan dosa menyebabkan Petrus merasa takut (bdk. ay 10), dan merasa tidak layak bersama Yesus. Itulah sebabnya ia ‘mengusir’ Yesus! Ada 2 hal yang perlu dicamkan di sini:
 
a) Sekalipun tindakan pengusiran itu, kalau ditinjau secara lahiriah, adalah sesuatu yang salah, tetapi pengusiran itu didorong oleh sesuatu yang benar di dalam diri Petrus.
b) Petrus tidak sungguh-sungguh ingin terpisah dari Yesus, tetapi ia merasa layak terpisah dari Yesus.
 
Ada pengusiran yang lebih jelek yang merupakan pengusiran yang sungguh-sungguh / serius:
    • orang-orang Farisi, imam-imam, ahli-ahli Taurat membenci / mengusir Yesus karena iri hati.
    • Yoh 3:19-20: orang jahat benci kepada terang.
    • Luk 8:33: orang-orang itu mengusir Yesus karena Yesus merugikan mereka.
Penerapan:
Apakah saudara sering mengusir Yesus dengan cara menolak Firman Tuhan yang menegur saudara, atau dengan cara marah kepada pendeta yang menegur dosa saudara?
 
Apakah saudara ingin berhenti menjadi orang kristen karena merasa bahwa ketaatan kepada Yesus adalah sesuatu yang merugikan saudara?
 
IV) Sikap / tindakan Yesus:
1) Ia tidak menuruti permintaan Petrus, tetapi sebaliknya Ia memanggil dan mau memakai Petrus (ay 10 bdk. Mat 4:19).
 
a) Seharusnya Yesus yang maha suci itu mempunyai hak untuk mengusir manusia yang berdosa. Tetapi Ia tidak melakukan hal itu. Bahkan, pada saat terjadi hal yang sebaliknya, Yesus ternyata bukan saja tidak mau pergi meninggalkan manusia yang berdosa itu, tetapi sebaliknya Ia memanggil manusia yang berdosa itu. Apakah hal ini tidak menunjukkan kasih Yesus yang begitu luar biasa kepada orang-orang berdosa, termasuk saudara dan saya?
 
b) Yesus memanggil dan mau memakai nelayan, yang adalah orang bodoh / tak terpelajar sebagai alatNya.
 
Calvin: "When our Lord chose persons of this description it was not because he preferred ignorance to learning: as some fanatics do, who are delighted with their ignorance, and fancy that, in proportion as they hate litelature, they approach the nearer to the apostles" (= Pada waktu Tuhan kita memilih orang-orang seperti ini itu bukanlah karena Ia lebih senang orang bodoh dari pada yang terpelajar, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang fanatik, yang senang dengan kebodohan mereka, dan berkhayal bahwa makin mereka membenci literatur makin mereka mirip dengan rasul-rasul).
 
Dalam persoalan pemanggilan orang bodoh / tak terpelajar ini, ada 2 hal yang perlu diingat:
      • Selain memanggil orang bodoh / tak terpelajar, Yesus juga memanggil orang pandai / berpendidikan, seperti Paulus.
      • Yesus memanggil orang bodoh / tak berpendidikan tetapi bukannya lalu membiarkan mereka bodoh / tak berpendidikan terus. Sebaliknya Yesus mengajar mereka sehingga menjadi pandai (dalam hal rohani).
Perlu diingat bahwa syarat penatua adalah cakap mengajar. Bagaimana orang bisa mengajar kalau ia bodoh terus? Jadi, bodoh / tak berpendidikan bukan halangan untuk melayani Tuhan, tetapi ia harus mau belajar!
 
2) Panggilan Yesus adalah: menjadi penjala manusia (ay 10).
 
a) Sekalipun panggilan ini ditujukan kepada Petrus, tetapi yang menanggapi adalah ‘mereka’ (ay 11). Karena itu jelas terlihat bahwa panggilan Yesus ini berlaku untuk semua orang, termasuk saudara.
 
b) Penjala ikan menjadi penjala manusia.
      • Ada penafsir yang beranggapan bahwa mujijat penangkapan ikan di sini merupakan suatu perumpamaan tentang menjala manusia. Saya tidak tahu apakah itu bisa dibenarkan atau tidak, tetapi jelas bahwa memang ada beberapa kemiripan antara 2 hal ini, yaitu:

 
        • harus ada keberanian. Orang yang menjala ikan pasti ada resiko terkena badai, dsb, dan demikian juga orang yang menjala manusia juga ada resikonya. Karena itu keduanya membutuhkan keberanian.
        • harus ada kerja sama, bukan persaingan (ay 7). Betul-betul hebat bahwa teman-teman diperahu yang lain itu tidak menganggap Petrus sebagai saingan, tetapi sebaliknya mau membantu dan bekerja sama dengan Petrus untuk menangkapi ikan yang terjala. Dalam menjala manusia, gereja, hamba Tuhan, dan semua orang kristen juga harus meniru sikap ini.
        • harus ada ketaatan kepada Tuhan (ay 4-5).
        • harus ada kerajinan dan ketekunan (ay 4-5 bdk. Pengkhotbah 11:4,6 1Kor 15:58).
Tetapi juga ada perbedaan antara dua hal ini, yaitu: ikan ditangkap untuk dibunuh, tetapi manusia tidak. Karena itu terjemahan hurufiah dari kata-kata ‘menjala manusia’ dalam ay 10 itu sebetulnya berbunyi ‘catching men alive’ (= menangkap manusia hidup-hidup).
      • Mungkin hubungan antara 2 hal ini menyebabkan ‘ikan’ menjadi simbol orang kristen abad pertama. Perlu diketahui bahwa kata ‘ikan’ dalam bahasa Yunani adalah ICHTHUS, dan ini dijadikan singkatan dari IESOUS CHRISTOS THEOU HUIOS SOTER, yang berarti ‘Yesus Kristus Anak Allah Juruselamat’.
Catatan: perlu diketahui bahwa:
o        Huruf CH di awal kata CHRISTOS, dalam abjad Yunani adalah satu huruf, yaitu huruf CHI.
o        Huruf TH di awal kata THEOU, dalam abjad Yunani adalah satu huruf, yaitu huruf THETA.
o        Kata HUIOS dalam bahasa Yunani dimulai dengan huruf U (UPSILON).

 
V) Tanggapan Petrus:
1) Ia mengikut Yesus (ay 11).
 
Yesus selalu memanggil dengan berkata: ‘Ikutlah Aku’!
 
Karena itu, kita harus memastikan bahwa di dalam kita menjadi orang kristen, kita betul-betul mengikut Dia! Ada banyak orang kelihatannya mengikut Yesus, tetapi sebetulnya tidak! Contoh:
    • Orang kristen yang begitu fanatik pada gerejanya sendiri. Kalau ia pergi ke luar kota, ia tidak mau pergi ke gereja, karena di sana tidak ada gereja dengan merk yang sama. Ini bukan pengikut Yesus, tetapi pengikut gereja!
    • Orang kristen yang fanatik kepada pendeta tertentu. Memang kita harus memilih pendeta, supaya jangan kita mendengar ajaran yang sesat dari para nabi palsu. Tetapi, ada orang kristen yang menjadi begitu fanatik kepada pendeta tertentu, sehingga kalau pendeta itu tidak berkhotbah, ia tidak mau ke gereja. Ini bukan pengikut Yesus, tetapi pengikut pendeta!
    • orang kristen yang menjadi kristen hanya karena orang tuanya / keluarganya / pacarnya adalah orang kristen. Mereka bukanlah pengikut Yesus, tetapi mereka adalah pengikut orang tua / keluarga / pacar!
Renungkan! Apakah saudara betul-betul mengikuti Yesus?
 
2) Ia segera mengikut Yesus (ay 11).
 
Jangan menunda dalam mengikut Yesus! Mengapa? Karena:
 
a) Tak selalu Tuhan mau menerima (Yes 55:6).
b) Kita tidak tahu kapan kita akan mati. Bagaimana kalau saudara mati dengan mendadak sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat? (bdk. Ams 27:1 Yak 4:14a).
 
c) Kalau akhir jaman tiba, Yesus akan datang ke dua kalinya. Itu akan terjadi pada saat yang tidak saudara duga (Mat 24:44). Dan kalau hal itu terjadi, maka kesempatan untuk bertobat akan hilang! Kalau selama ini Yesus sabar saja melihat saudara mengusir Dia, maka pada saat itu, Ialah yang akan mengusir saudara! (Mat 7:23b Mat 25:41).
 
3) Ia meninggalkan segala sesuatu, termasuk bisnis ikannya yang baru saja sukses luar biasa.
 
a) Di sini kita melihat sesuatu yang luar biasa. Yesus memberi Petrus sukses secara jasmani, tetapi ini menyebabkan ia melihat kebesaran Tuhan sehingga ia justru tidak menghargai sukses jasmani itu, tetapi sebaliknya meninggalkannya dan mengikut Tuhan dan melayaniNya.
Kebanyakan orang pada waktu diberi sukses jasmani, lalu justru mendewakan kesuksesan tersebut dan terikat pada kesuksesan tersebut sehingga meninggalkan Tuhan / tidak mengikut Tuhan.
Saudara lebih mirip yang mana?
 
b) Memang tidak semua orang dipanggil untuk meninggalkan segala sesuatu dan menjadi hamba Tuhan yang full timer. Tetapi semua orang kristen harus rela melakukan hal itu kalau Tuhan memang menghendaki. Relakah saudara?
 
 
-AMIN-


http://www.golgothaministry.org/lukas/lukas-5_1-11.htm